Sistem : Selamat datang di kota para pemula, Arza
"Woah, keren! Sangat-sangat keren ...!"
Begitu terpukau dengan pemandangan sekitar, membuatnya hampir kehilangan fokus awal. Tanpa arah dan bimbingan, Lucia terus berjalan dengan mata berbinar seraya menatap sekitar. Tingkahnya yang begitu pencicilan, membuat orang lain tergelak. Beberapa orang menganggapnya normal, terlebih lagi kepada pemain baru. Sedangkan sebagian lagi menganggapnya bodoh dan idiot karena bersikap terlalu berlebihan.
"Yo, apa ini pertama kalinya kau bermain?"
Seorang wanita berjubah dan mengenakan set perlengkapan berwarna putih perlahan menghampiri Lucia bersama dengan dua orang temannya. Awalnya Lucia hanya diam, tetapi ketika melihat perlengkapan yang begitu indah, Lucia langsung bersemangat ketika memikirkan harganya.
"Keren, sangat keren! Kapan aku bisa memiliki pakaian keren seperti ini?"
Tingkahnya yang pencicilan, hampir membuat Lucia menjadi buronan semua orang. Dia terus menyentuh secara asal, dan hampir saja mengenai bola besar yang di gemari seluruh kaum Adam.
"Apa kau pe–bisakah berhenti menyentuhku secara asal, sialan!"
Entah karena terlalu kesal atau Lucia yang salah pegang, wanita itu langsung memukulnya dengan kencang hingga membuatnya terjatuh menghantam lantai dan hampir kehilangan seluruh health poinnya. Seketika itu juga Lucia langsung menjauh dengan netra yang hampir di hiasi air mata.
"Kenapa kau menjauh? Cepat ke sini!"
Mendengar suara yang begitu kasar dan tinggi, Lucia semakin menjauh. Semakin banyak kata yang terucap, semakin jauh pula Lucia dari wanita itu. Hingga pada akhirnya, dia memberikan sebuah ancaman yang membuat Lucia bergegas pergi tanpa menoleh ke belakang.
"Hoi, kalau kau masih tidak mau mendekat. Akan kubunuh kau!"
Entah benar-benar ketakutan atau hanya sandiwara belaka, yang jelas Lucia lari darinya. Wanita itu jelas murka karena malu saat di tertawakan oleh kedua rekannya.
"Tangkap dan bawa bajingan kecil itu ke hadapanku!"
Dengan enggan mereka bergerak sesuai perintah pemain wanita itu, karena dia adalah ketua dari kelompok mereka.
"Baik, Nona Veronica."
Ketika mereka mencoba untuk menangkap Lucia, tanpa mereka sadari dia mampu berbaur dengan sangat baik. Mata mereka sanggatlah tajam, tetapi masih tidak mampu menyaingi kecerdasan Lucia. Di saat kedua orang itu tengah sibuk mencari Lucia, dia saat ini tengah bersantai dengan para pemain asing. Entah mengapa dia bisa dengan mudah dekat dengan para pemain, tetapi yang jelas kemampuannya dalam berbicara tidak bisa di remehkan.
"Sialan, apa tidak ada semacam peraturan yang melarang seorang pemain untuk saling menyerang dan membunuh," gerutu Lucia sembari merebut minuman orang yang ada di sebelahnya.
Saat ini Lucia berada di sebuah kafe kecil, sembari terus menyamarkan keberadaannya.
"Tentu tidak. Jika ada, tidak mungkin aku akan mencoba untuk memukul ataupun membunuhmu."
"Begitu, ya? Sialan!" gerutus Lucia yang masih belum sadar bahwa di belakangnya sudah ada Veronica yang entah muncul dari mana.
"Apa kau tidak membaca buku panduan?" tanya Veronica sembari duduk dengan santai di sebelah Lucia.
Veronica yang sudah terkenal dan salah satu ranker dalam game Revive Online, bisa dengan mudah mengusir orang lain agar bisa duduk di sebelah Lucia.
"Tentu tidak. Lagian apa gunanya membaca buku panduan. Hanya orang bodoh saja yang melakukannya," lirih Lucia menyombongkan diri.
Kerutan muncul di kening Veronica ketika melihat sikap sombong Lucia, padahal dia hannyalah seorang pemula yang masih belum tahu apa-apa.
"Tentu saja berguna, dan salah satu contohnya adalah ini!"
Tanpa sedikit pun keraguan, Veronica langsung memukuli Lucia tanpa ampun. Bahkan dia terus-menerus mengurangi healtnya hingga hanya tersisa 1 poin saja.
"Maafkan hambamu ini, Tuan."
Seketika harga diri Lucia langsung hilang tak bersisa. Baru pertama kali bermain game dan menginjakkan kaki di Arza, mentalnya sudah di buat rusak oleh seorang wanita yang begitu mengerikan. Sembari bersimpuh dengan wajah babak belur, Lucia terus menatap ke bawah karena takut akan di hajar lagi. Veronica duduk di atas kursi seraya menikmati secangkir kopi.
Garis tipis terukir di wajahnya ketika melihat Lucia yang di penuhi luka, seolah dengan menghajarnya bisa mendapatkan kepuasan tersendiri.
"Psikopat!"
Satu kata dalam benak Lucia yang kini terukir, walaupun tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Hampir seluruh pandangan tertuju pada mereka berdua, bahkan ada banyak mulut yang merasa kasihan kepada Lucia. Mereka masih saja di temani hening dan secangkir kopi, tanpa ada niatan untuk saling berbicara.
"Lust, Lia, datanglah ke Kafe Az. Aku sudah menangkap bocah itu."
Matanya terus tertuju pada Lucia, hingga membuat Lucia gemetar karena ketakutan. Namun, Lucia tersipu ketika melihat rambut putih terurai lembut. Set perlengkapan putih bercampur rambut putih dan mata lazuardi yang begitu indah, hampir membuat Lucia jatuh cinta.
Namun, hal itu tidak akan terjadi karena rasa takut yang menghantui. Entah apa alasannya, secara mengejutkan Veronica membuka kata.
"Ha ... jadi, kenapa kau lari?"
Pertanyaan sederhana itu, seketika membuat Lucia tersentak. Dia takut salah menjawab dan kemudian di hajar lagi. Walaupun di dalam game, pancaindra mereka berfungsi secara 100% sama halnya di dunia nyata. Jika pun berbeda, itu akan jauh lebih tajam dari dunia nyata karena beberapa aspek pendukung dari sistem.
"Jawab, jangan hanya diam saja, sialan!" titah Veronica sembari memukul meja dan mengejutkan seluruh pelanggan.
"Ihh ...! I-itu ... itu karena Nona terlihat sangat menakutkan," lirih Lucia sembari terus menarik-ulur kedua telunjuknya di depan dada.
Lust dan Lia yang tiba secara bersamaan, seketika langsung tertawa ketika mendengar jawaban Lucia. Sikap mereka pun terlihat sangat lucu, karena sama sekali tidak sesuai dengan gender mereka. Di satu sisi Lucia terlihat sangat feminin, sedangkan Veronica terlihat sangat macho dan gagah.
"Sebenarnya siapa di sini yang wanita dan pria? Sikap kalian sangat berbeda satu sama lain," gelak Lust yang keceplosan.
Bruak! Buk! Bak!
Usai di pukul secara habis-habisan, Lust langsung bersimpuh di sebelah Lucia sembari terus meminta maaf. Perbedaan level dan rank di antara mereka sanggatlah, karena itu Lust hanya bisa pasrah ketika di hajar oleh Veronica. Belum lagi fakta bahwa Veronica adalah ketua dari kelompok mereka.
Kini Lucia dan Lust saling menatap dan mendapatkan satu kesimpulan yang sama di dalam kepala mereka, Gila dan Psikopat.
"Haa ... jelaskan, kenapa kau takut?" titah Veronica lagi.
"I-itu ... ka–"
"Yang jelas, Bangs*t! Kau ini pria atau wanita sih?" selah Veronica kembali memukul meja dan mengacungkan jari tengah.
"Bukankah itu pertanyaan untuk dirimu sendiri?" gumam Lust.
Kembali dia di hajar hingga healtnya tersisa setengahnya. Melihat hal itu, Lucia semakin ketakutan dan hampir menangis.
"Ka-karena Nona terlihat sangat mengerikan. Aku pikir nona akan merampokku," lirih Lucia.
"Haa?!"
Veronica hampir saja naik pitam, tetapi di tenangkan Lia.
"Sudah-sudah, biar aku saja yang menanyainya. Kau istirahat dulu saja, Ketua," pinta Lia dengan senyuman manis dan suara selembut sutra.
Benar saja, Veronica diam dan mengikuti perkataan Lia. Suara yang begitu lembut nan merdu, menenangkan Lucia dari ketakutannya.
"Woi, setan, Ba*i, Anj**g, Bangs*t, kenapa kau takut, ha? Kami tidak akan melukaimu!"
Beragam kata kasar terlontar darinya, yang seketika itu juga semakin membuat Lucia trauma karena ekspetasinya yang di hancurkan dengan seketika. Bahkan kini tubuhnya semakin gemetaran, dan menjadi sangat ketakutan untuk bermain lagi. Karena putus asa dan ketakutan, Lucia langsung memutuskan untuk log-out dari permainan.
"Eh? Sialan! Kembali woi, aku belum selesai berbicara!"
Entah mengapa kini Lia terlihat sangat kesal, bahkan kata-katanya jauh lebih kasar dan brutal daripada Veronica. Beragam kutukan terus terlontarkan, sedangkan Lucia merasa sedikit lega karena bisa ke luar dengan tenang. Belum sampai 16 menit berlalu, tetapi Lucia sudah berhenti dan ragu untuk kembali memainkan Revive Online.