Lucia merasa enggan untuk sekadar kembali ke dunia itu, karena menurutnya Revive Online terlalu mengerikan untuk introver seperti dirinya. Akan tetapi, dia membutuhkan banyak uang dan Revive Online salah satu solusinya. Kebimbangan dan kegundahan terus saja memarahinya, hingga akhirnya keberanian kembali muncul. Namun sayang, hal itu hanya bisa bertahan untuk sejenak.
"Sudah Log-out, kenapa?"
Faisal sedikit penasaran karena Lucia yang ke luar dari permainan, karena biasanya orang-orang enggan untuk ke luar dari sana karena permainan yang begitu luar biasa. Bahkan sering kali Faisal harus memaksa mereka untuk ke luar dari permainan karena waktu sewa telah berakhir. Terlebih lagi, Faisal di bingungkan ketika melihat Lucia yang di banjiri keringat dingin dengan tubuh gemetar seolah habis melihat setan.
"Hoi, hoi, hoi, apa yang terjadi? Kenapa kau basah kuyup seperti itu?"
Beberapa kali Faisal bertanya, Lucia hanya tertegun dengan mata terbelalak. Dan karena kesal, dia pun sedikit meninggikan suaranya.
"Jawab aku, sialan!" tegas Faisal Basri dengan urat yang mulai kelihatan.
"ihh ...! Maaf, aku tidak akan lari lagi," lirih Lucia sembari memejamkan kedua manik lavendernya.
"Eh? Apa maksudmu. Apa kau di bulli dalam sana?" tanya Faisal Basri menahan tawa.
Barulah Lucia sadar dari lamunannya ketika mendengar suara gelak Faisal. Dia plonga-plongo selayaknya orang bodoh, kemudian menghela napas lega ketika tahu hanya ada mereka berdua di sana. Karena kasihan, Faisal hanya diam dan enggan lagi membahasnya. Bahkan apa yang terjadi di dalam sana sudah bisa di tebak olehnya, karena ada beberapa kasus serupa. Selain itu, kasus pembulian dalam game adalah hal biasa.
Setelah lima menit berlalu, Lucia akhirnya memutuskan untuk kembali bermain. Bukan karena hal tak mendasar, melainkan karena yakin orang-orang itu sudah pergi menjauh. Perbedaan waktu di antara dunia maya dan game adalah 3/1, di mana waktu pada dunia maya terasa berjalan lebih lamban dari dunia nyata. Tepat seperti yang ia perkiraan, Veronica bersama temannya sudah tak ada lagi di sana.
Hal itu jelas membuat Lucia merasa sangat lega, karena tidak akan ada lagi sosok yang mengerikan. Dengan segera Lucia langsung menuju arena pelatihan, untuk memahami cara kerja dan kemampuan miliknya di dunia itu. Tidak seperti sebelumnya, Lucia kini menyempatkan diri untuk membaca buku panduan guna mendapatkan informasi lebih lanjut.
Setibanya di arena pelatihan, Lucia bertemu dengan perang Npc (Non Playable Character). Non Playable Character adalah sebuah fitur yang di gerakkan oleh sistem dengan menggunakan otak buatan, AI (Artificial Intelligence) di mana ia bisa bergerak dan berpikir selayaknya manusia pada umumnya. Tindakan, sifat dan penampilan mereka pun berbeda untuk setiap Npc, karena itu para Pemain tidak bisa secara asal memperlakukan mereka.
Revive Online di buat dengan serealistis mungkin, bahkan Npc dan beberapa monster yang memiliki kecerdasan, juga memiliki emosi tersendiri. Dan bukan tidak mungkin bagi Npc level tinggi untuk membunuh Pemain yang tidak mereka sukai, karena sudah banyak kejadian seperti itu.
"Permisi, Tuan. Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya Npc bernama Lorian sembari tersenyum ramah.
"Eto, aku ingin belajar menggunakan pedang," lirih Lucia.
"Hahaha ... santai saja Tuan, tidak perlu segugup itu. Perkenalkan namaku Lorian, jika berkenan bolehkah saya tahu nama Anda?" tanya Npc Lorian.
"Lucia, itu namaku."
Entah sadar atau tidak, Lucia malah menyebutkan nama aslinya, bukan id gamenya. Walaupun hal itu tidak akan berdampak apa pun pada dirinya, karena nama tetaplah sebuah nama.
"Silakan kau pukul boneka jerami itu dengan pedang kayu yang ada di sana. Untuk setiap 100 pukulan akan di hadiahi 1 koin tembaga, dan untuk setiap 50 pukulan akan di berikan sepotong roti sebagai hadiah."
Karena hanya sebuah tutorial, Lucia sama sekali tidak mendapatkan notifikasi Quest dari Npc itu. Selain itu, pelatihan ini hanya di gunakan untuk menambah stamina dan kemahiran Lucia dalam bermain pedang, tidak lebih dan kurang. Namun sayang, kebanyakan pemain enggan untuk melakukannya karena menganggap bahwa itu hannyalah membuang waktu.
Berbeda dengan pemain yang ada di sana, Lucia terlihat sangat menikmati setiap ayunan pedang yang ia lakukan. Lama waktu berlalu, dan tanpa sadar sudah 3 jam lebih ia mengayunkan pedang tanpa henti. Hal itu membuat Npc Lorian menjadi tertarik, bahkan sampai memerhatikan Lucia karena masih belum mengambil hadiahnya.
Awalnya Npc Lorian hanya berpikir bahwa Lucia berniat untuk menumpuk hadiah saja, tetapi setelah melihat senyum kebahagiaan di wajahnya, dia terdiam untuk sejenak.
"Kenapa kau belum berhenti, bukankah kamu sudah mengayunkan pedang lebih dari 100 kali?"
Karena penasaran sekaligus kagum melihat ketekunan Lucia, Npc Lorian memutuskan untuk bertanya. Siapa sangka jika jawabannya akan membuat Npc Lorian tergelak ketika mendengarnya.
"Eh, iyakah? Artinya aku sudah bisa mendapatkan uang dan rotiku?" tanya Lucia polos.
"Jadi selama ini kau hanya mengayunkan pedang tanpa tahu ingat waktu dan tidak menghitungnya sama sekali? Sungguh aneh," lirih Npc Lorian yang mulai tertarik kepada Lucia.
Berbeda dengan game pada umumnya yang memberitahu sekaligus menampilkan tingkat afinitas seorang Npc. Dalam Revive online, sama sekali tak terlihat ataupun ada sistem afinitas karena semua Npc di buat khusus selayaknya manusia dan terlihat senyata mungkin seperti para pemain. Sekilas tidak ada yang membedakan antara pemain dan npc, karena baik dari segi kemampuan, level, pola pikir bahkan emosi mereka di rancang sedemikian rupa dengan para pemain.
Namun, warna nama dan penampilan bar hp mereka saja yang berbeda. Jika pemain normal memiliki warna bar hp dan nama hijau, player killer memiliki bar hp dan nama berwarna merah, maka Npc memiliki warna hitam.
Walaupun Npc Lorian mulai tertarik pada Lucia, dia mencoba untuk tidak menunjukkannya agar tak di manfaatkan oleh Lucia. Pemikirannya adalah hal yang wajar, apalagi Npc Lorian bukanlah sembarangan Npc. Ia adalah Npc level tinggi sekaligus mantan ksatria suci Kerajaan Ristan.
"Jadi, mana hadiahku?" tanya Lucia dengan polos dan penuh semangat.
"Eh? Aku tarik kembali kata-kataku yang menganggapnya sebagai orang yang tidak serakah," batin Npc Lorian sembari menghela napas dalam.
"Ini bayaranmu, 7 koin tembaga dan 14 potong roti," lanjutnya seraya memberikan tujuh koin tembaga dan 14 potong roti.
Npc Lorian sempat berpikir bahwa Lucia akan langsung pergi setelah mendapatkan hadiahnya, tetapi ternyata dia salah besar. Entah mengapa Lucia secara sembarang terus mengayunkan pedangnya ke segala arah, hingga akhirnya tercipta ayunan pedang yang begitu indah. Entah hanya sebuah keberuntungan atau memang dengan sengaja menciptakan skil pedang, yang jelas Npc Lorian sempat terkesima dengan gerakan kasar Lucia.
"Hei, bocah. Kenapa kau memilih untuk menjadi petualang dan memilih pekerjaan sebagai seorang ksatria?" tanya Npc Lorian untuk ke sekian kalinya.
"Eh, kenapa? Ya karena aku ingin mendapatkan uang, apa lagi?"
Jawaban yang begitu singkat, padat dan jelas hingga membuat Npc Lorian kehabisan kata. Kembali dia tergelak dan semakin menjadi tertarik dengan Lucia, bahkan hanya dalam waktu singkat Npc Lorian mengajari Lucia bagaimana cara menggunakan pedang dengan lebih baik.