Dalam setiap langkahnya, Lucia masih memikirkan beberapa hal terutama perihal monster sebelumnya. Bahkan tanda tanya muncul di kepalanya, membuat hatinya sulit mendapatkan ketenangan.
"Monster itu ... dunia ini ... apakah semua ini benar-benar hanya sebuah permainan? Mata yang di penuhi kesedihan, tawa yang di penuhi kebahagiaan ... bukankah semua ini terlalu nyata untuk sebuah permainan? Apa yang sebenarnya di pikirkan oleh mereka yang menciptakan dunia ini?"
Masih terpaku pada hal lalu, hingga tak sadar bahwa hutan tempatnya berpijak menjadi lebih suram setiap kali masuk lebih dalam. Kendati suara monster bergema di setiap sudut, Lucia masih terus bergerak tanpa arah yang jelas. Sejenak ia berhenti, memerhatikan map untuk mencari informasi geografis. Lucia juga mencoba untuk memerhatikan dan memahami aspek-aspek penting lainnya, yang mungkin bisa menjadi faktor pendorong dalam leveling.
Sedikit berharap dirinya bisa bertemu dengan pemain lain agar bisa mendapatkan informasi lebih baik. Akan tetapi, bahkan setelah berjalan hampi selama satu jam, Lucia masih belum menemukan seekor pun monster ataupun pemain lain. Seolah-olah area itu sudah di bersihkan oleh orang lain.
Tentu saja Lucia menyadari keanehan tersebut, tetapi tetap memilih untuk melanjutkan perjalanan. Semakin dalam semakin mencekam dan tak ada tanda-tanda kehidupan, yang membuat hatinya semakin tak karuan. Hingga akhirnya suara raungan terdengar dengan begitu kencang dari arah selatan.
Lucia dengan cepat langsung bereaksi, berlari ke arah sumber suara untuk mencari tahu apa yang terjadi. Ketika tiba di sana, dirinya di kejutkan oleh sekelompok pemain yang tengah melawan monster beruang yang begitu besar. Levelnya pun berada pada titik yang berbeda—level 45. Kelompok itu terdiri dari pemain di atas level 70, dengan jumlah sekitar 13 pemain.
Mereka mengepung monster beruang itu, dan menyerangnya dari segala arah. Monster yang hanya memiliki kekuatan tanpa kecerdasan, biasanya akan kesulitan dan kebingungan untuk memilah dalam menyerang lawan ketika di serang dari berbagai arah. Seseorang yang berada di paling belakang sebagai Pemanah, memberikan mereka perintah yang kemungkinan besar adalah ketuanya.
"Rou, Agni, Ivs, Philips, buat monster itu kebingungan. Tarik agronya di saat yang bersamaan. Dan untuk yang lain, gunakan kesempatan sebaik mungkin untuk menghabisinya dengan kemampuan terkuat kalian!" titah pemain itu yang kemungkinan besar adalah ketuanya.
Keempat pemain dengan perisai dan pedang besar secara serentak meneriakkan skil mereka.
"Revrit! Avrit! Ristors! Lut!"
Tanah tempat mereka berpijak menjadi retak ketika perisai mereka mengeluarkan gelombang aneh, yang membuat monster itu semakin murka dan kebingungan. Alhasil dia menyerang secara membabi-buta, dan hampir mengacaukan formasi mereka. Mungkin karena kepemimpinan yang begitu baik, membuat mereka bisa mengalahkan monster itu walaupun kesulitan.
Di sisi lain, Lucia yang melihat hal tersebut merasa cukup terpesona akan kombinasi serangan mereka hingga lupa bahwa dirinya tengah bersedih sebelumnya. Kendati dia tak bisa menyapa mereka, karena tidak saling mengenal. Hingga akhirnya Lucia kembali melanjutkan perjalanan guna menaikkan level secepatnya. Pria itu menatap ke arah Lucia, karena berpikir ada seseorang yang tengah mengawasinya.
Walaupun begitu, dia hanya bersikap acuh tak acuh dan langsung kembali bersama timnya. Sempat Lucia berpikir untuk memiliki guild atau teman, tetapi enggan karena harus berfokus untuk mencari uang. Dia bersandar di bawah pohon besar sembari menunggu para monster respawn. Dia berharap agar tidak bertemu dengan monster yang memiliki level tinggi, seperti beruang yang di lawan para pemain profesional sebelumnya.
15 menit telah berlalu, akhirnya Lucia kembali melangkahkan kaki mencari mangsa yang di minati. Kali ini dia cukup beruntung, karena bertemu dengan monster level 15, yang sedikit lebih tinggi level darinya. Monster itu memiliki bentuk seperti laba-laba, tetapi dengan 3 tanduk di kepala besar dan panjang di kepala. Ukurannya pun cukup besar, sekitar 70-90 cm.
Sistem :
Nama : Laba-laba Bertanduk Hitam
Health : 7.891/7.891
Mana : 2.451/2.451
Level : 15
Skil :
Laba-laba itu berada di antara pepohonan, sembari menunggu mangsanya untuk terperangkap dalam jaring. Entah dia sadar atau tidak akan kehadiran Lucia, yang jelas itu membuat Lucia gembira.
"Yohs, kali ini aku akan benar menghajarmu!"
Lucia berharap agar kejadian sebelumnya tidak terulang dan bisa menikmati sebuah pertarungan. Belum sempat pedangnya terayunkan, laba-laba lain yang bersembunyi menembakkan jaringannya dan tepat membuat Lucia terperangkap di pohon. Sontak hal itu membuatnya terkejut sekaligus jengkel, belum lagi jaring yang begitu kuat. Belati yang di kendalikannya, memotong dengan sangat pelan.
"Sial, ayolah! Aku tidak ingin turun level karena monster-monster sialan ini!"
Melihat dua ekor laba-laba yang dengan cepat mendekatinya, membuat Lucia semakin panik. Dari taring mereka terlihat samar racun yang menetes, membuat apa pun yang di sentuh menjadi layu. Dia terus berusaha meloloskan diri dari lilitan jaring yang melekat pada tubuhnya.
Crek!
Taring monster laba-laba itu menusuk daging Lucia, membuatnya menjerit kesakitan. Matanya terbelalak sembari meronta untuk bisa lolos dari sana. Tanpa di duga, kedua monster itu saling berkelahi memperebutkan Lucia. Lucia yang kini terkena debuff beracun dan paralize, di mana dia akan memasuki keadaan diam dan healthnya akan terus berkurang sebesar 20 untuk setiap 5 detiknya.
Jika terus berlanjut, dengan total healtnya saat ini, Lucia hanya bisa bertahan selama 5 menit. Sembari terus menggerutu, dia terus mencoba untuk mengontrol belati itu untuk terus mengikis jaring lengket yang mengikatnya.
"Oh, ayolah!"
Sayang keberuntungannya buruk, di mana monster itu berhenti berkelahi setelah 2 menit berlalu. Sedangkan untuk Lucia, dia masih mencoba untuk meloloskan diri dengan penuh kepanikan.
"Arghh ... persetanlah! Jika aku memang akan mati, setidaknya akan ku bawa salah satu dari kalian untuk menemaniku di neraka!"
Dia yang kini dalam keadaan berputus asa, mencoba untuk membawa salah satu dari laba-laba itu untuk mati bersamanya. Belati yang sebelumnya di gunakan untuk memotong benang, kini malah menyerang seekor laba-laba di sana. Namun sayang, lagi-lagi harapannya di hancurkan begitu saja karena damage yang di berikan tidak lebih dari +5. Mengetahui bahwa dirinya yang sudah tidak mungkin lagi untuk selamat, hanya bisa tersenyum seraya memejamkan kedua manik indahnya.
Lama dia menutup mata dan telah bersiap untuk kehilangan experience dan levenya, tetapi semua itu hanya pikirannya saja. Keajaiban terjadi begitu saja, di mana ada seorang pemain wanita yang datang dan menolong Lucia. Lirih suaranya membuat Lucia terbangun dari keputusasaan, hingga tertegun.
"Hei, apa kau baik-baik saja? Ini, gunakan ini memulihkan healtmu."