Rumah papan yang begitu rapuh nan tua menjadi tempat tinggal untuk dua orang manusia. Mereka adalah ibu dan anak yang tak memiliki apa pun selain kasih sayang dan cinta, yang mustahil untuk bisa di makan bersama.
"Aku pulang."
Suara lirih seorang pria menjadi penyemangat untuk seorang wanita tua yang hidupnya mungkin sudah tak lama lagi. Kendatipun demikian, dia tetap menjalani hidupnya sebaik mungkin dan penuh senyum bahagia di Karenakan putranya Lucia. Baginya hal yang paling indah adalah cinta kasih seorang anak kepada ibunya, dan selama ia bisa melihat senyum di wajah Lucia itu sudah lebih dari cukup baginya.
Bagi ibunya Lucia—Listiana, harta bukanlah apa-apa selain pembawa bencana. Namun, kehidupan mereka akan jauh lebih indah bila memiliki banyak uang, karena tanpa uang mereka bukanlah siapa-siapa selain seonggok sampah tua.
"Bu, lihat. Lucia membawa makanan enak, ayo sini makan barang."
Hidup dengan serba keterbatasan, bahkan sedari kecil Lucia sendiri tak pernah memiliki kebebasan untuk bermain dan melakukan apa yang di suka. Bukan ia ibunya tak mengizinkan, melainkan karena sebuah pilihan. Dua porsi nasi yang di bungkus dengan lauk seadanya sudah sebuah berkah ternikmat buat mereka berdua. Lucia makan dengan begitu lahap dan ceria, seolah-olah dia sudah mendapatkan apa yang di inginkannya.
Di saat yang bersamaan, kebanyakan uang hasil jerih payahnya ia tabung untuk biaya pengobatan ibunya. Dia bercerita banyak hal kepadanya Listiana, dan ibunya mendengarkan dengan penuh hikmat tentang kebahagiaan kecil putranya. Ruangan sepetak dengan tempat tidur beralaskan tikar tanpa adanya bantal ataupun selimut, senantiasa menemani lelahnya tubuh mereka sangkala rembulan kian berpijar.
Di tengah malam yang sepi nan sendu, Lucia bermimpi tentang sebuah rumah mewah dan ragam makanan nikmat yang bisa ia dan ibunya santap tanpa perlu memikirkan tentang uang. Tubuh ibunya yang sehat dan bisa berlari lagi dengan bebas seperti saat ia kecil dulu. Impian sederhana yang begitu mulia dan di penuhi cinta, membuat Lucia semakin bertekad untuk mendapatkan banyak uang dari permainan itu.
**
"Mulai." Lucia yang saat ini tidak menerima panggilan apa pun perihal pekerjaan, langsung pergi ke warnet untuk memainkan Revive Online dan mencari uang sebanyak-banyaknya. Kini ia sudah memiliki sekitar 20 koin tembaga, atau 2 koin perak. Semua itu di dapatkan dari berburu dan training serta tambahan dari sistem untuk pemula membeli perlengkapan sederhana.
Namun, Lucia sedikit pun tidak merasa puas dengan apa yang di milikinya saat ini. Perlahan dia memeriksa inventory-nya, guna melihat apakah ada yang bisa di jual atau di gunakan.
"Eh, serius? Jackpot!"
Ketika melihat hal yang begitu menarik, Lucia langsung tersenyum bahagia karena bisa mendapatkan sejumlah uang yang banyak dalam sekejap. Benar, tanpa di duga dia mendapatkan dua drop item buku keterampilan. Drop item untuk buku keterampilan tak lebih dari 0,5% saja, sedangkan saat itu Lucia mendapatkan dua item keterampilan.
Sistem : Buku keterampilan
Sistem : Buku keterampilan
Yang satu adalah buku keterampilan yang di minati banyak orang, dan satu lagi buku keterampilan tanpa dengan informasi yang begitu menggiurkan.
Sistem : Pandora
Jika dia menjualnya, maka sudah pasti Lucia akan mendapatkan banyak uang. Akan tetapi, di saat yang bersamaan dia menjadi sangat penasaran sekaligus bimbang. Apakah harus di jual atau di gunakan untuk memperkuat diri sendiri. Lama dia berpikir sebelum akhirnya memutuskan untuk mempelajari kedua jenis keterampilan tersebut, dengan dalih keuntungan jangka panjang.
Sistem : Blacksmith
Level : 0
Sistem : Pandora
Sistem : Mendapatkan skil
Sistem : Control
Level : 0
Lucia benar-benar beruntung karena mendapatkan dua keterampilan tanpa perlu menggunakan mana. Selain itu keterampilan yang di milikinya sama sekali tidak memiliki batasan. Untuk saat ini Lucia masih belum bisa menggunakan kemampuan blacksmith di karenakan tidak adanya uang dan bahan untuk membuat perlengkapan. Di sisi lain, skil control yang di milikinya pasti akan sangat membantunya di masa depan.
Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa Lucia akan menjadi salah satu ranker jika dia bisa mengoptimalkan penggunaan skil control. Dua skil yang bisa membuat penggunanya menjadi kuat tetapi juga sangat lemah, kini berada di tangan seorang pria yang memiliki IQ luar biasa.
"Objek, ya? Apakah itu termasuk makhluk hidup?"
Entah apa yang ada di pikirannya, yang jelas tampaknya Lucia memiliki suatu rencana. Selain dua buku keterampilan, drop item yang di dapatkan sama sekali tidaklah berharga. Di saat yang bersamaan, Lucia sama sekali tidak memiliki tujuan. Alhasil ia memutuskan untuk kembali ke tempatnya Npc Lorian, guna mendapatkan informasi.
"Sepi banget, kenapa gak di tutup saja tempat ini? Atau jual saja, lumayan pasti."
Sedikit candaan untuk orang tua yang tengah terpaku menatap kamp pelatihan yang hanya di isi beberapa pemain saja. Ketika melihat Lucia, senyuman pria itu kembali merekah. Entah memang benar-benar merasa senang atau hanya berpura-pura guna menutupi luka, yang jelas hal itu sedikit menyakitkan bagi Lucia.
Mereka mungkin baru pertama kali bertemu, dan Npc Lorian bukanlah sosok yang nyata. Akan tetapi, Lucia enggan mengakuinya karena dia adalah sosok ketiga yang begitu baik kepada dirinya. Sedikit pujian terlontar dari mulut Lorian.
"Hmm ... tampaknya levelmu udah meningkat, selamat. Selain itu, ada urusan apa ke sini?"
Lucia hanya menanggapinya dengan tawa kecil seraya menggaruk-garuk kepalnya dan mengatakan hal yang sebenarnya.
"Hehehe ... aku cuma mau nanya aja, tempat yang sesuai untukku meningkatkan level selanjutnya di mana? Selain itu apakah kau punya saran senjata seperti apa yang sebaiknya kugunakan, atau setidaknya membeli di mana?"
Npc Lorian terdiam sejenak, kemudian menghela napas dalam.
"Haa ... jadi, level berapa kau sekarang, 2, 3 atau 4?" tanya Npc Lorian.
"7," lirih Lucia.
"Apa kau melakukan grinding di lokasi lain?" tanyanya lagi dengan ekspresi yang jauh lebih terkejut.
Lucia hanya menggelengkan kepala, karena tidak tahu harus berkata apa.
"Apa kau bercanda? Gila!" kata Npc Lorian dalam keterkejutan.
Npc Lorian tersentak ketika mendengar perkataan Lucia, bahkan dia enggan untuk percaya begitu saja. Namun, setelah di perlihatkan status milik Lucia, Npc Lorian terdiam dengan mulut menganga dan mata enggan berpaling. Jelas hal itu membuat Lucia kebingungan, hingga menciptakan tanya di benaknya.
"Ke-kenapa dengan wajahmu itu? Apa ada yang salah dengan levelku?" tanya Lucia.
"Ti-tidak, tidak ada yang salah dengan levelmu. Hanya saja ... aku terkejut karena kau bisa menaikkan level dengan begitu cepat," lirih Npc Lorian yang masih enggan untuk percaya pada sebuah fakta.
"Apakah bocah ini monster? Bagaimana dia bisa menaikkan level sebanyak itu hanya dengan mengalahkan monster kelas rendah?" lanjutnya berpikir dan bertanya dalam kepala.
"Oh iya, aku juga mendapatkan dua buku keterampilan dan beberapa koin tembaga, hehehehe," kekeh Lucia tersipu dan bangga.