Lizzy terus mencari waktu yang tepat untuk mengunjungi Nicole Kathrine. Dia harus mendapat waktu walau Lizzy tahu tak akan mudah untuk melakukannya. Tiba hari senin dan Lizzy masih mencari kapan sekaligus memberitahukan bos besar.
Dalam suasana yang tenang, Eka membuka pintu ruangan Lizzy secara kasar. Napasnya yang terengah adalah bukti bahwa dia sedang tergesa-gesa. "Saga Pranaja ... dia ingin menemuimu ...." Lizzy membentuk senyum misterius.
"Sungguh?" Eka mengangguk bersamaan mengatur napasnya. Lizzy bergerak keluar dari ruangan menuju ruang aula tempat Saga berada.
"Tuan Saga," Saga menoleh kepada Lizzy dengan ekspresi datar. Keduanya berjabat tangan sebentar.
"Senang bertemu dengan anda lagi, Tuan Saga. Ada urusan apa anda datang kemari, bukankah urusan kita sudah selesai?" tanya Lizzy santai seolah-olah dia tak punya muslihat kepada Saga.
"Sebenarnya aku memang tak punya urusan pekerjaan tetapi aku ingin bicara denganmu sebentar, apa kau punya waktu?" Lizzy berpikir sesaat.
"Baiklah, lagi pula aku tak punya pekerjaan yang banyak sekarang." Saga bernapas lega, dia kira permintaannya tak diterima. Mereka lalu membawa kaki mereka keluar dari perusahaan untuk berjalan-jalan sebentar.
"Sekarang katakanlah apa yang ingin kau katakan." pinta Lizzy sambil terus berjalan. Saga tak menjawab, dia hanya mengisyaratkan agar Lizzy mengikuti langkahnya yang mendekati tempat duduk.
Lizzy pun patuh dan ikut duduk di samping Saga. "Saya tak tahu kalau anda punya riwayat penyakit sama dengan istri saya." Ungkapan itu sontak membuat pandangan mata Lizzy tajam.
"Apa anda mencari tahu tentang saya?" Saga kikuk tiba-tiba dan berdehem agar menghilangkan kegugupan yang dia rasa. "Maafkan saya Nona Lizzy, saya hanya ingin..."
"Tuan Saga, apa anda mencurigai saya?" Saga sontak menggeleng.
"Itu sangat tak sopan Tuan Saga, saya memang benar-benar saudara Lisa. Kenapa anda tak melihat saya di acara pernikahan kalian karena waktu itu saya disibukkan dengan mengurus pekerjaan saya yang masih terbilang cukup baru di perusahaan M&A Corp." jelas Lizzy.
"Untuk penyakit. Memang kami memiliki riwayat penyakit yang sama sebab penyakit maag kami turunan dari Ibu kami." Saga mengerjapkan mata tak percaya dengan penuturan Lizzy.
"Be-benarkah?" Lizzy mengangkat salah satu bibirnya membentuk senyuman sinis.
"Ya. Jika anda hanya mengatakan hal ini maka saya pamit. Saya tak punya banyak waktu untuk mendengarkan cerita tak jelas anda." sahut Lizzy serta berdiri bermaksud akan pergi.
"Tunggu sebentar." cegat Saga dengan menarik lengan Lizzy. Tindakan Saga tentu sangat gesit sampai Lizzy terhuyung mundur menabrak dada Saga. Decakan sebal keluar dari mulut tipis Lizzy. Pandanganya kembali tertuju kepada Saga tetapi Lizzy tercengang karena melihat jarak wajahnya dengan Saga sangatlah tipis.
Saga juga merasakan hal yang sama, jantungnya berdetak dengan kencang saat melihat wajah Lizzy yang cantik dari dekat. Dia terus mengingatkan diri bahwa yang didepannya adalah Lizzy bukan Lisa, istrinya.
Saga mulai mengendalikan dirinya ketika Lizzy membuang muka ke arah lain. Sepersekian detik kemudian, Lizzy menjauh dari Saga dengan wajah merona. Perasannya tak karuan sekarang antara malu dan kesal. Dia mencomel tak karuan karena bisa-bisanya dia terjebak dalam pesona Saga. Saga yang mendengar gumaman tak jelas Lizzy tertawa kecil.
Lizzy terlihat beda dari sifat sebelumnya. Saga kembali ke dunia nyata dan buru-buru menggeleng cepat. Dia tak boleh tertarik pada adik iparnya sendiri kendati Saga tak memungkiri bahwa dia melihat Lisa dalam diri Lizzy.
Tak berbicara, Lizzy lantas meninggalkan Saga langsung menuju ruang CEO. Dia mengetuk pelan pintu dan masuk. Di dalam ruangan ada Daniel sedang sibuk bekerja. "Lizzy, kenapa anda datang kemari? Apa ada masalah?"
"CEO Dan, apa boleh saya ambil cuti untuk setengah hari ini. Saya punya pekerjaan yang sangat penting." Dan menyorot tajam kepada Lizzy. Melihat apakah gadis itu tengah berbohong padanya atau tidak?
Faktanya, Lizzy terlihat cemas dan menunjukkan keseriusan dalam waktu bersamaan hingga membuat Dan ragu. "Benarkah? Memangnya kamu mau ke mana?"
"Mm, aku ingin menjenguk teman menurut berita dia masuk rumah sakit jiwa." Dan mengkerutkan dahi dan membuang napas kemudian.
"Baiklah aku akan mengijinkanmu untuk pergi tapi hanya untuk hari ini saja aku memberikan leluasa kepadamu." Lizzy tersenyum simpul dan mengucapkan terima kasih.
Dia sedikit merasa bersalah kepada sang bos karena sudah membelokkan fakta untuk bisa cuti tapi ini untuk penyelidikan.
💟💟💟💟
Catatan Author :
Maaf ya readers kalau lambat update! ini semua karena kemarin baru pagi-pagi dapat kabar bahwa Secret Marriage diplagiat di Wattpad dua akun lagi. Tentu saja saya tak terima kalau karya saya di copas sama orang dan saya minta sama mereka untuk hapus cerita itu walau ada yang bilang kalau sudah minta ijin sama saya. Saya tetap nggak percaya dan minta hapus segera.
Salah satunya sih udah di hapus cuma yang lain belum ada kabar. Nah, bagi yang berniat copas cerita saya saya bilang sama kalian saya nggak mau! Ini karya saya dan butuh perjuangan.
Saya sering dimarahi ortu saya karena saya begadang supaya bisa update pagi harinya. Lalu kalian seenak jidat kalian bilang udah minta ijin dan posting di salah satu aplikasi penulis. Kalian boleh terinspirasi tapi tak boleh mengkopi karya saya!
Untuk para readers Secret Marriage, saya mohon maaf karena cerita ini sudah saya hapus. Saya tak mau lagi ada yang copas dan ngaku-ngaku kalau itu adalah hasil kerja sendiri.
Doakan juga mudah-mudahan bisa naik cetak dan jadi buku. Lalu karena kejadian kemarin saya intropeksi diri dengan saya akan menghapus cerita ini jika saya sudah update di Wattpad tapi untuk sekarang saya mau tamatin dulu biar readers puas.
See you in the next part!! Bye!!