Chereads / Alta dan Allamanda / Chapter 21 - Bab 10 B | Rhytme

Chapter 21 - Bab 10 B | Rhytme

🎼🎶

Sudah hampir jam satu dini hari dan Kalka masih duduk di sofa ruang tengah sambil menonton televisi dengan keadaan lampu ruangan yang telah padam. Lamanda yang hendak mengambil air minum di kulkas dapur mengurungkan niatnya dan memilih menghampiri kembarannya itu begitu melihatnya

Lamanda tahu Kalka tidak memperhatikan tayangan di depannya, pandangannya kosong. Jadi dimatikannya televisi tersebut dan hal itu. membuat Kalka menoleh.

"Kok belum tidur?" tanya Kalka ketika Lamanda mulai duduk disebelahnya.

Lamanda menoleh sekilas kemudian menyandarkan badannya di sofa, "Haus."

"Besok lo sekolah harus banyak istirahat." titah Kalka namun Lamanda tidak menggubris dan mulai memejamkan matanya, "Yaudah gue mau tidur. Lo balik ke kamar gih." Kalka beranjak dari duduknya hendak ke kamar sebelum Lamanda menanyainya macam-macam.

Kalka yakin Lamanda pasti tahu kalau ia sedang dalam keadaan tidak baik karena naluri mereka memang terikat kuat dan ia pernah merasakannya sendiri ketika Lamanda ada masalah ataupun sakit pasti Kalka merasa tidak tenang ataupun sakit juga. Tapi untuk saat ini Kalka tidak ingin menceritakan masalahnya.

Kadang seseorang memiliki hal yang tidak ingin dibagi untuk orang lain karena dua hal. Pertama tidak penting untuk didengar orang lain dan kedua sangat penting untuk tidak diceritakan.

"Hansel said to Grettel 'let us drop these breadcrumbs, so together we find our way home because losing our way would be the most cruel of things'."

Kata Lamanda tiba-tiba membuat Kalka berhenti melangkah. Kalka mengerti maksudnya karena ia sering mengatakan kalimat tersebut saat membacakan dongeng Hansel dan Grettel pada Lamanda.

Hansel pernah berkata pada Grettel bahwa mereka harus membuang remahan roti yang mereka makan untuk membuat jejak agar mereka bisa keluar dari hutan setelah dibuang oleh orangtuanya. Begitu cara mereka mencari jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi.

"And now, Grettel ask to Hansel," Lamanda menoleh ke arah Kalka yang masih berdiri, "Hansel, why are you? Can you tell the problem? Lets finish it together," lanjut Lamanda.

"Gue cuma insom biasa, Lam," kata Kalka. Tapi, meskipun begitu Kalka tetap kembali duduk di samping Lamanda.

"Galau ya?" tanya Lamanda menatap wajah kusut Kalka.

Sejak Kalka menjemput Lamanda tadi ia mendadak jadi banyak diam. Lamanda jadi heran sendiri dibuatnya. Biasanya sepulang sekolah Kalka akan mulai mengedit vlog, cover lagu atau sekedar main candy crush. Tapi hari ini Kalka langsung masuk ke kamar dan hanya keluar saat makan malam. Apalagi perasaan Lamanda jadi tidak tenang hal itu membuatnya bertambah yakin bahwa ada yang tidak beres dari Kalka.

Kalka diam saja tidak menjawab pertanyaan Lamanda. Ia segera mengeluarkan ponselnya ketika suara notifikasi yang sedari tadi ditunggunya terdengar lalu ia membuka pesan line yang baru saja masuk.

Kalka tersenyum kecut membaca sederet kalimat di layar ponselnya saat ini.

Stop bothering me. I hate you so damn much.

Ia menghembuskan napas berat setelah membalas pesan tersebut, ia menghadap Lamanda, menatap lekat mata abu Lamanda dengan sorot sendu, "Gue bego banget ya, Lam."

Lamanda mengangguk setuju. "Emang."

Lagi-lagi Kalka menghembuskan napasnya, ia mengusap wajahnya sekali. Sejenak ia berkecamuk dengan pikirannya sendiri.

"Lo pernah nggak ngerasa bersalah ke seseorang?" tanya Kalka tiba-tiba.

Pernyataan Kalka membuat raut wajah Lamanda berubah sendu. Sepertinya Kalka baru saja melakukan kesalahan.

"Pernah," ucap Lamanda dengan suara bergetar.

Kadang untuk menyadari kesalahan perlu waktu lebih lama dari ketika melakukan kesalahan. Karena manusia selalu menggunakan ego dengan takaran yang tidak sesuai dengan anjuran Tuhan.

Sudah tahu salah tapi tetap saja dilakukan dan selanjutnya menyesal lalu berharap waktu berputar kembali. Begitu saja terus dinamika 'kesalahan dan penyesalan' sampai negara api menyerang.

Dan Kalka tahu, ia melakukan kesalahan lagi.

Tapi bukankah wajar jika setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan? Hidup bukan hanya soal kebenaran.

Karena kesalahan dan kebenaran memang ditakdirkan berdampingan untuk menciptakan warna dalam hidup. Seperti kopi dan gula, seperti hitam dan putih, juga seperti benci dan cinta.

Terimakasih sudah membaca sejauh ini:)