Chereads / Alta dan Allamanda / Chapter 26 - Bab 13 | Music Room Tragedy

Chapter 26 - Bab 13 | Music Room Tragedy

13. Music Room Tragedy

Suka dan peduli bukan berarti cinta. Tapi tidak menutup kemungkinan jika suatu saat keduanya bermetamorfosis menjadi hal yang tidak terduga. Bisa benci atau cinta.

***

"Sejak kapan lo pacaran sama Lamanda?"

Pertanyaan Raskal membuat Alta menghentikan minumnya. Ia meletakkan gelas tehnya di atas meja. Kemudian menatap Raskal dengan sebelah alis terangkat.

"Lo berdua nanti ke rumah Keral," kata Alta mengarah ke topik lain.

"Nggak usah ngalihin pembicaraan," dengus Raskal kesal.

"Omongan lo belok," timpal Satya.

Alta menatap tajam kedua temannya. Ia sedang berbicara serius bukan mengalihkan pembicaraan karena pertanyaan Raskal tadi tidak lebih penting dari masalah Keral.

Ditatap begitu, Raskal berdecak, "Emang lo mau kemana?"

"Ada."

"Apaan. Yang jelas kalau ngomong."

"DJ."

"Gue mau ikut," ucap Satya antusias.

"Nggak. Temenin Keral. Nanti kalau selesai gue usahain nyusul."

Final. Alta tidak bisa dibantah jadi mereka berdua menurut saja. Lagian Keral pasti desprete dan membutuhkan mereka sekarang.

"Gue penasaran," Satya menggantung perkataanya membuat Alta dan Raskal menunggu kelanjutannya. "Sebenernya lo pacaran sama Lamanda nggak sih?"

Kembali ke topik awal. Satya memang tipe orang yang suka membahas masalah sampai tuntas. Meskipun pembicaraan dialihkan sampai ke Rusia sekalipun ia akan tetap berusaha membelokkan kembali ke Indonesia.

Alta tidak menjawab kekepoan Satya. Ia kembali fokus pada baksonya sambil memperhatikan hujan yang semakin deras sejak beberapa menit yang lalu.

"Lo pacaran sama Lamanda nggak?" ulang Satya kepo.

"Penting banget ya gue jawab pertanyaan lo."

"Iya lah."

"Enggak."

"Apanya yang enggak? Lo nggak pacaran sama Lamanda?" tanya Satya kesal.

Alta mengedikkan bahunya acuh dan mulai menyuapkan bakso kembali ke mulutnya.

"Kalau nggak pacaran, kenapa lo ngaku-ngaku pacar dia terus peduliin dia?"

"Liora gangguin dia."

"Ya biarin aja."

"Masalahnya semua gara-gara gue."

"Tapi lo suka nggak sama Lamanda?"

Alta menggeleng acuh. Satya sangat cerewet dan kepo. Sepertinya ia bakat jadi wartawan.

"Beneran nggak suka?" Satya menaik turunkan alisnya.

Alta berdecak. Menahan diri agar tidak menyiram Satya dengan kuah bakso.

"Yakin? Lo suka Lamanda kan?" kekeuh Satya.

"Iya."

Satu kata yang membuat Raskal menyemburkan minumnya ke arah Satya.

"Anj*r," umpat Satya kesal. Ia meraih cangkir kopinya, meminumnya lalu menyemburkannya ke Raskal. Satu sama. Impas.

"Setan."

Raskal meraup wajahnya yang basah kemudian menoleh pada Alta, "Lo serius suka Lamanda?"

"Hm."

"Anj*r kita harus tasyakuran, Sat. Ternyata Alta nggak homo."

"Sialan" umpat Alta.

"Lo suka Lamanda beneran nih?" tanya Satya ingin memastikan.

"Gue suka sama semua orang selama dia nggak gue benci."

Tai. Alta membuat Raskal dan Satya keki sendiri.

"Lah lo suka Lamanda nggak sih?" tanya Satya kesal.

"Suka karena gue nggak benci dia."

Satya bungkam. Mulutnya sudah pegal meladeni Alta jadi mending ia melanjutkan makan baksonya dengan kesal.

"Tapi kalian berdua nggak cocok deh," kata Raskal.

"Yaudah."

What the f*ck. Raskal mengumpat dalam hati.

"Berarti fix ya lo nggak pacaran sama Lamanda," simpul Raskal.

"Kata siapa?" tanya Alta tanpa dosa.

"Terserah lo,  Al. Terserah!!" Raskal ingin membenturkan kepalanya ke meja berkali-kali. Percuma berbicara pada Alta lebih baik Raskal membalas chat para gebetannya.

Ia merogoh ponsel di saku kemudian menyalakannya. Raskal mengerutkan alisnya melihat belasan panggilan tidak terjawab dari Lamanda. Raskal menoleh ke arah Alta.

"Lo anterin Lamanda ke kelas kan?"

Alta otomatis menghentikan makannya. Ia lupa sudah meninggalkan Lamanda di ruang musik sendirian karena lapar tadi. Dengan cepat Alta berdiri dan melangkahkan kakinya keluar kantin setengah berlari. Tanpa menyelesaikan makannya.

"Gue punya temen kaya Alta sepuluh. Kelar hidup gue." Raskal mengusap dadanya dramatis lalu matanya teralih pada Satya yang sedang memakan bakso.

Raskal tersenyum jahil, kemudian-

BUGH

Raskal menepuk punggung Satya sekuat tenaga membuat bakso di mulut temannya itu meluncur bebas di udara.

"BANGS*T. BAKSO GUE NGELINDING!!"

Raskal langsung terbahak melihat bakso Satya yang menggelinding seperti dragon ball di lantai.