Chereads / Alta dan Allamanda / Chapter 25 - Bab 12 B | Tunggu Disini

Chapter 25 - Bab 12 B | Tunggu Disini

Saat melewati koridor lantai tiga Liora mencegat Lamanda yang berjalan di belakang Alta. Ia mendorong bahu Lamanda cukup keras membuat tubuh Lamanda membentur dinding. Lamanda dapat merasakan panas yang menjalar di punggungnya

"Itu hukuman karena lo berani dekatin Alta lagi," desis Liora sambil mencengkram rahang Lamanda membuat Lamanda meringis kesakitan.

"Liora, lepasin dia!!"

Liora menoleh dan mendapati Alta berdiri di depannya. Ia menuruti perintah Alta, "Lo nggak boleh deket-deket dia, Al!" Liora menunjuk Lamanda yang memegangi pipinya. "Gue cinta sama lo. Kalaupun lo nggak cinta sama gue seenggaknya lo jangan dekat sama cewek lain. Termasuk dia," sarkas Liora.

"Kenapa?"

"Gue nggak suka."

Jelas Liora merasa terusik dengan kedatangan Lamanda di sekolahnya. Sejak dulu Alta tidak pernah begitu dekat dengan cewek dan setelah Lamanda datang ia dengan mudahnya dekat dengan Alta dan mendapatkan perhatiannya, bahkan Alta mengakuinya sebagai pacar. Liora sudah pasti cemburu. Ia tidak akan terlalu masalah jika Alta sering menolaknya selama Alta tidak dekat dengan cewek lain.

"Lo cuma terobsesi sama gue."

"Enggak. Gue cinta sama lo!!" kekeuh Liora.

"Cinta nggak harus memiliki. Kalau lo cinta sama gue lo akan bahagia meskipun gue bersama orang lain."

"Itu kalimat paling munafik yang sering gue dengar."

Alta menghembuskan nafasnya, ia menatap lekat mata Liora. "Lo cinta sama gue?"

Pertanyaan macam apa itu. Jelas Liora mencintai Alta kalau tidak untuk apa selama ini ia mengejar-ngejar Alta dan rela mempermalukan diri sendiri. Maka Liora mengangguk mantap.

"Lo bakal lakukan apapun yang gue minta?"

Liora kembali mengangguk. Ia akan melakukan apapun untuk Alta sesulit apapun itu. Karena cinta mampu menggerakkan diri untuk berbuat hal yang tidak logis sekalipun.

"Kalau gitu jadi munafik buat gue."

Alta menarik tangan Lamanda menjauh dari Liora tapi Liora bukan orang yang gampang menyerah.

Liora menarik seragam belakang Lamanda dengan kasar membuat Lamanda berbalik. Liora sudah keterlaluan padahal Lamanda sudah diam saja sejak tadi.

"Jauhin Alta!" teriak Liora pada Lamanda.

"Ra, cukup!" Alta menarik Lamanda agar berlindung di balik punggungnya. "Lo keterlaluan!"

"Enggak. Gue cinta sama lo. Dan lo gak boleh deket-deket sama dia!"

"Gue nggak cinta sama lo."

"Lo jahat, Al!! teriak Liora.

Alta menyeringai. "Cewek itu takdirnya cuma menunggu bukan mengejar. Jangan jadi murahan yang merendahkan diri sendiri. Lo terlalu berharga untuk itu," kata Alta.

Liora perlu diberi pelajaran bagaimana mempertahankan harga diri sebagai perempuan. Ia jadi miris melihat kelakuan Liora yang sudah seperti orang kesetanan dan sekarang mereka jadi tontonan gratis.

"Al, please. I love you more than you know. I want to be your girlfried."

"Gue nggak suka lo, Ra. Jadi jangan maksa gue!"

Liora menangis. Ia meraih tangan Alta, menahannya agar tidak kemana-kemana. Melihat itu, Lamanda jadi nggak tega.

"Please, Al."

"Gue udah punya pacar, Ra! Lo harusnya sadar diri!! Lo udah kayak cewek murahan tau nggak!" Alta menyentak tangan Liora kasar. Ia risih jadi pusat perhatian, apalagi beberapa ada yang lancang merekamnya. "Berhenti gangguin gue!! Gue muak sama kelakuan lo yang udah mirip jal--"

Plakk

Entah keberanian darimana, Lamanda menampar Alta. Sejak tadi, justru telinganya yang panas mendengar setiap perkataan pedas Alta. Ia juga perempuan, rasanya aneh ketika ia membiarkan harga diri perempuan lain diinjak-injak, seburuk apapun orang itu. Apalagi di depannya.

Tidak ada yang berbicara setelah itu seakan waktu berhenti berputar. Alta menarik lengan Lamanda sedikit kasar dan membawanya ke arah penjaga sekolah yang sedang membetulkan pipa air. Alta meminjam kunci lalu menarik Lamanda memasuki ruang musik. Setelah itu, ia langsung menutup pintu dan berbalik mengahadap Lamanda.

"Kenapa lo nampar gue?" tanya Alta tajam membuat Lamanda seperti sedang menghadapi kematian.

Aura Alta benar-benar menyeramkan jika sudah begini. Mungkin ia tersinggung dengan kelakuan Lamanda tadi.

"Kenapa diam?"

Dengan segenap keberaniannya, Lamanda mendongak dan menatap mata Alta. Ia merasa bercermin sekarang melihat betapa persisnya bola mata mereka berdua. Lamanda menggigit bibir bawahnya menahan air matanya agar tidak terjatuh.

"Lo brengs*k."

Lamanda diam, ia merasakan tangannya mulai mendingin.

Alta tersenyum meremehkan, "Gue udah ngelakuin hal yang benar. Itu buat kebaikan dia juga, biar sadar. Lagian gue nggak mau hati gue stuck di tempat yang nggak tepat?"

"Apa Liora nggak tepat buat lo?"

"Ya."

"Bantu dia untuk menjadi yang tepat buat lo."

"Jangan terlalu menerobos batasan hidup orang lain."

Lamanda mengalihkan pandangannya, ia tidak ingin berlama-lama bertatapan dengan Alta.

"Lo tahu kenapa?" tanya Alta.

Lamanda menggeleng. Ia melihat langit di luar jendela yang mulai menggelap. Sebentar lagi mungkin akan turun hujan. Perasaan Lamanda jadi getir. Bagaimana jika hujan turun? Bagaimana jika ia kembali sendirian?

"Karena sekalinya lo masuk, selamanya lo bisa aja terjebak dan nggak bisa keluar lagi."

Dan benar saja, air hujan mulai turun perlahan. Awalnya hanya berupa tetesan gerimis namun tidak sampai hitungan menit suara gemuruh hujan terdengar sangat jelas dan berisik, di luar hujan turun deras. Saat itu Lamanda hanya terdiam di tempat dan melihat Alta mulai berjalan keluar.

"Tunggu disini. Jangan kemana-mana. Gue akan kunci pintunya."