Tersentak kaget Oki berteriak hingga membenturkan punggungnya ke dinding. Mimpi yang dialaminya terasa begitu nyata. Realitas mulai kembali dalam penglihatannya. Sikapnya yang paranoid masih melihat sekitar ruangan, hal yang ganjil menganggu dirinya. Ia melihat pungungg seseorang berdiri di depannya, gadis tersebut berdiri tegap, lalu dilihatnya di sisi kanan-kiri tampak ketiga orang lainnya yang tertidur lelap.
Gadis berkepang mulai bergerak, monda-mandir di sekitarnya. Lantas Oki memanggilnya, karena tindakannya terlalu capek untuk dilihat. Sang gadis mencuekkan perkataan Oki, sesaat Oki ingin marah—ia mengurungkan niatnya. Gadis ini tampaknya sedang kesal akan sesuatu, ia mengeratkan giginya begitu keras hingga berdecit dan genggamannya begitu erat layaknya seorang petinju.
Oki memandanginya dengan seksama, terlihat mata gadis itu terbalik—hanya terlihat kelopaknya nan putih. Pasti ada yang tidak beres—gumamnya, Oki menghentikan langkah sang gadis memegang kedua lengannya menanyakan keadaaanya. Sang gadis tak memberi jawaban yang jelas, malah berteriak dan meronta.
Oki yakin pasti sikap gadis ini berhubungan dengan mimpi yang baru saja dialami. Ia berspekulasi bahwa gadis ini pasti mengalami sesuatu yang lebih parah daripada dirinya yaitu, fenomena paranormal. Tidak salah lagi ini adalah kerasukan, sebab gadis ini tak mendengarkan apa katanya, berteriak seperti bukan dirinya.
Kekuatan gadis ini meningkat luar biasa—Oki tak mampu menahannya sehingga terlempar ke tanah. Keributan yang terjadi membangunkan ketiga orang yang tertidur pulas. Oki gerak cepat memberi perintah untuk menangkap gadis berkepang dengan alasan kerasukan. Tanpa ragu ketiganya menangkap gadis berkepang, menguncinya sehingga tak bisa berbuat apa-apa selain meraung.
Megumin berinisiatif mengeluarkan wewangian di sakunya, berharap bisa menenenagan gadis yang meraung. Itu adalah minyak kayu putih yang memiliki efek hangat kala dioleskan pada kulit, juga memiliki aroma terapi sehingga membuat saraf menjadi rileks. Olesan pada kesepuluh jemari sudah terjadi, begitu pula pada hidung dan pelipis—seharusnya sudah bekerja dengan baik gumamnya.
Gadis kepang menerima tantangan dari Megumin, menggunakan kemampuan yang esktrim ia berhasil lepas dari kuncian tiga orang. Lebih parah Megumin hingga terlempar ke dinding. Oki mengira ini bukan lagi kekuatan seorang manusia, ini pasti ulah makhluk ghaib. Mereka menjadi ketakutan, dan bingung mengambil keputusan.
Sepasang kekasih berlari keluar dari gubuk mencari pertolongan. Tindakan yang tiba-tiba entah mengapa menarik perhatian gadis berkepang sehingga mengejar mereka berdua. Sementara Oki melihat kondisi Megumin yang terka, beruntunglah hanya lencanagsan biasa… lalu mengikuti pergerakan gadis kepang.
Kuburang orang mati sudah tak menakutkan bagi mereka, karena di dalamnya hanyalah jasad yang tak bisa bergerak. Prioritas utama adalah kabur dari kejaran gadis gila tak berakal. Hanya sinar rembulan yang remang-remang sebagai penerangan di kuburan ini.
Tersandung dan jatuh tak bisa dihindari, kaki kekasihnya terlikir. Sebagai seorang pria ia harus menggendongnya. Dengan menggendong seseorang justru memperlambat langkah mereka berdua. Sempat terpikir untuk meninggalkan kekasihnya, tapi apakah dia tega menyelamatkan diri sendiri dan mengorbankan kekasihnya.
Di balik pepohonan nan menjulang tinggi kegelapan mengampiri, suara-suara mulai bergeming. Dedaunan rontok lebih sering, seseuatu melayang di batang pohon—jelas gadis kepang sudah sangat dekat dengan kedua orang yang melarikan diri. Sudah tak ada waktu lagi, gadis kepang menyergap sang perempuan terlebih dahulu.
Dengan kukunya ia mencakar wajah cantik seorang gadis, merobek-robek pakaiannya. Tangannya menembus dadanya—lalu merogoh jantung yang masih berdetak milik sang gadis. hasrat lapar tak terpuaskan menikmati jeroan dengan lahap. Ketakutan yang luar biasa yang dialami sang lelaki tak bisa menggerakkan tubuhnya seinchi pun, ia hanya mampu menelan ludah, bahkan untuk mengambil napas saja sudah tak mampu.
Pernapasannya menjadi tidak stabil, dan denyut jantungnya berdetak aturan. Ia hanya berharap pengampunan dari gadis kepang, sambil menyembunyikan dadanya dengan lengan kanan. Tak ada pengampunan—karena yang gadis kepang bukanlah orang yang memiliki belas kasih, ia hanyalah makhluk yang kelaparan.
Dengan tangan kirinya, ia mencekik leher sang lelaki. Hal itu membuat sang lelaki tak bisa mengeluarkan suara minta tolong, hanya matanya yang bekerja menumpahkan air mata. Gadis kepang melompat ke belakang punggung lelaki—mengelus-elus kepala laki-laki itu dengan lembut. Dalam satu detik gadis kepang memutar kepala orang yang di dekapnya terbalik seratus delapan puluh derajat.
Dari kejauhan sekitar lima meter jauhnya, Oki melihat kesadisan yang terjadi pada kedua temannya. Ia merasakan firasat bahwa yang berikutnya adalah dirinya. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangan, berniat melarikan diri. Kakinya menjadi bergetar, terlalu lemas untuk berlari, kemudian ia memukul-mukul kakinya supaya otot kakinya mau menuruti perintah otak. Oki mengangkat betisnya memaksa untuk melangkah, dua-tiga langkah bisa ia hadapi—namun tak ada gunanya gadis kepang sudah sekejap mata di hadapannya. Betapa sial nasibya, Oki hanya melongo melirik ke kanan dan ke kiri, terlihat bayangan kedua temannya sudah menunggu kedatangannya. Apa mungkin ini arwah teman-teman yang menjemputku?
"kamu gapapa?"
"oohhh.. iyaaa gapapa"
"daritadi mengigau mulu… mimpi buruk yaa?" kata Megumin sambil menepuk pipi Oki.
"Oliv… ayoo cepat kembali, kau liat sendiri kan dia sudah sadar!" kata seorang wanita dengan tatapan sinis
"heeeii… Oki cepat bangun kita masih harus melanjutkan perjalanan"
Kondisi fisiknya yang terlalu lelah membuat Oki mengalami mimpi buruk, ia mengalami dua kali mimpi buruk dalam sekali tidur. Bahkan si Oki tak menyadari jika fenomena yang kedua adalah mimpi, ia merasa sudah terbangun dari mimpi buruk yang pertama—padahal tidak.
Oki sangat bersyukur apa yang dia alami ternyata hanya mimpi, sleep paralysis bisa terjadi pada orang yang mengalami tekanan emosional atau kelelahan fisik. Oki mengalami dua kali sleep paralysis, yang pertama ia dikejar oleh hantu berakhir jatuh di jurang. Pada mimpi pertama Oki mengira bahwa dia telah sadar dan terbangun pada mimlencanaya—padahal dia belum terbangun, kemudian berlanjut pada mimpi kedua yaitu, hantu dalam mimpi Oki merasuki tubuh Oliv.
Berkat mimpi buruk ini Oki mendapatkan petunjuk untuk menyelesaikan ujian semester, apalagi kondisi kelas D sudah sangat memprihatinkan tersisa hanya empat orang dan dihadapkan pada alam bebas—sangat sulit untuk bersaing dengan kelas lain.
Usai hujan reda, teman-teman dari kelas A menjemput Oliv si gadis kepang untuk kembali pada kelompoknya. Berkat itu juga, kelas D terbantu bisa menemukan jalan keluar dari pemakaman. Pepohonan yang dilalui sudah semakin sedikit, cahaya banyak yang masuk—di depan sudah terlihat lencanatu keluar. Tak hanya Oki saja, para perempuan sangat senang bisa keluar dari kuburan yang menyeramkan. Untung saja tak ada hal buruk yang menimpa mereka, kecuali Oki. Seratus meter, di lencanaggir jalan terlihat sebuah pos. Oki sudah menduga bahwa jalan yang dilalui benar, karena itu dia mulai menyombongkan diri.
"pos itu—mungkikah di sana checkpointnya?" kata Megumin
"yossshh… kita sudah lebih dekat dengan kemenangan ayo segera kita claim lencana milik kita!" teriak Oki penuh semangat
Lantas orang di sebelah Oki tertawa dan merehmekan kelas D.
"sungguh benar-benar lucu kalian ini—baru sampai di checkpoint pertama sudah sangat bangga. Kelas kami saja sudah sampai di tower pusat"
Dasar cewek tengik, hanya karena sedikit manis saja dia sombong sekali, aku yakin dia juga tak memliki kontribusi banyak di kelasnya.
"jangan begitu Dona, bagaimana pun juga kelas D sudah membantu-ku saat tersesat di kuburan" balas Oliv
"ya-ya-ya… karena kalian sudah membantu Oliv aku sangat berterimakasih, tapi perlu kalian ketahui kalian takkan bisa menang! Karena kalian bukan pemain lagi dalam pertandingan ini!"
Oki yang tempramen, mengurungkan niatnya untuk memperpanjang perdebatan karena satu-satunya teman laki-laki di kelas D mau membelanya kali ini.
Dengan tawa masam Oliv, mendorong Dona untuk segera pergi, ia merasa jika terlalu lama di sini akan timbul masalah yang lebih parah. Sebagai ucapan terimakasih Oliv melambaikan tangan meninggalkan anak kelas D.
"selamat datang di checkpoint" kata pak guru
"sudah kuduga pos ini checkpointnya"
"kalian berhak mendapatkan tiga puluh point, mau disimpan atau ditukar?"
Keempat orang tersebut sepakat untuk menukar tiga puluh point dengan perlengkapan yang ada, antara lain: senter, tali, dan obat-obatan, atau yang lainnya. Dengan jumlah hanya empat orang menjaga point tidak ada gunanya. Pada titik ini hanya ada pertaruhan, membuang segalanya untuk mendapatkan segalanya. Apalagi melihat kelas lain begitu merendahkan kelas D, mereka mempunyai tekad yang tinggi untuk membalikkan keadaan.
Ejekan Dona dengan jelas meremehkan harga diri Oki sebagai lelaki, kelas A bahkan menganggap kelas D bukanlah ancaman. Oki berpikir kewaspadaan kelas A terhadap kelas D sangat kecil, membawanya pada suatu keputusan. Oki memiliki ide cemerlang atas mimpi buruk yang dialaminya, ia memutuskan bahwa mereka harus bekerja seperti hantu—tak terlihat.
"Kelas D akan mengawasi jalannya ujian dari balik layar, kita akan memberikan berbagai informasi dan peralatan kita sebagai nilai tukar kepada kelas lain. Dengan informasi yang kita dapatkan, kita akan memaksa mereka untuk bergerak. Kita adalah hantu yang siap menghasyut mereka, kita menyerahkan diri untuk menang. Kita akan melawan hukum alam, dari mangsa menjadi pemangsa."
Kelas D telah membuat pertaruhan yang besar, nasib mereka bergantung pada keputusan ini. Jika gagal maka mereka tidak akan mendapatkan point sama sekali, keadaan terburuk mereka bisa saja dikeluarkan dari sekolah. orang yang kuat adalah orang yang menyadari kelemahannya, memanfaatkan kelemahan mereka kelas D bertaruh untung menang. Menjadi mata, telinga, dan mulut bagi kelas lain rela membuang semua harga dirinya.
Usai melakukan kesepakatan tiga orang lainnya berpencar mencari keberadaan masing-masing kelas, tersisa satu orang yang berjalan lurus menuju pusat tower. Inilah yang dinamakan sambil menyelam minum air, berjuang mendapatkan point yang tersisa sembari mencari infomarsi musuh. Baru kali ini Oki menggunakan otaknya daripada otot, mungkin saja sebenarnya dia tidak bodoh—hanya seorang yang malas untuk berpikir. Tetapi jika sudah dalam kondisi terdesak, seseorang pun bisa bertindak di luar nalar.