Chereads / Lovely Kianna / Chapter 4 - Bab 3 Sebatas Senior - Junior

Chapter 4 - Bab 3 Sebatas Senior - Junior

Kianna tidak pernah tahu, kalau hari ketiganya Ospek akan menjadi hari terburuk dari pada kemarin.

Setelah kemarin kembali kesasar, dan beruntung ada Ibu-ibu baik yang mengantarkannya dan menjelaskan rute mana yang harus di lewati juga angkot apa saja yang harus dia naiki. Kini di hari terakhirnya Ospek, Kianna malah melakukan kesalahan yang akan memancing kemarahan para Panitia.

Datang terlambat di tambah lupa membawa tugas sudah cukup untuk membuatnya di hukum di lapangan.

Setiap peserta Ospek yang bermasalah akan di kumpulkan di tengah-tengah lapangan setelah selesai Apel Pagi, dan Kianna termasuk di antara mereka.

"Mau jadi apa kalau datang saja telat, nggak ngerjain tugas lagi." Siska, senior di bagian keamanan berucap sinis.

Kini, memang giliran Kianna yang di minta penjelasan tentang kesalahan yang di buatnya.

"Jangan karena merasa cantik, jadi bisa seenaknya," Ucap Rena ikut menyindir.

"Beri kami satu alasan kenapa kamu datang terlambat dan tidak mengerjakan tugas." lanjutnya

"Kesasar terus kehujanan." jawab Kianna menunduk.

"Alasan! Bilang saja malas! Jangan mencari muka deh!" bentak Rena.

Kianna menghela nafas, dia sudah berkata jujur, tapi seniornya ini seakan sengaja mempermalukannya, padahal pada yang lain mereka langsung percaya.

"Maaf Kak," di pandangnya kedua seniornya itu,

"Saya akui saya memang bersalah karena datang terlambat dan lupa membawa tugas untuk hari ini, tapi saya berani bersumpah, saya memang sudah mengerjakannya."

"Jangan berbohong!"

"Saya sudah mengatakan yang sebenarnya, kenapa Kakak malah terus memojokkan saya, apa Kakak sengaja?" ucap Kianna kesal.

"Beraninya kamu!"

Sebuah tamparan keras tanpa di sangka mendarat di pipi Kianna.

Membuat seluruh mata yang melihatnya tercengang. Tidak menyangka Kianna akan mendapat tamparan dari senior mereka.

"Rena!" Alex menegur ketika semua orang hanya melihat tanpa ada yang berniat berbicara. Padahal di dalam peraturan Ospek sudah di tegaskan untuk tidak menggunakan kekerasan untuk menghukum peserta ospek yang melanggar.

Kianna masih diam, merasakan panas di pipinya saat Alex mendekat untuk merangkul tubuhnya yang lemas. Efek demam karena kemarin dia kembali ku hujanan lagi saat menunggu angkot.

"Bukankah sudah ada peraturan tertulis untuk tidak menggunakan kekerasan, lagi pula bukan hanya Kianna yang melakukan pelanggaran. Tapi kenapa kamu dan Siska terus memojokkan dia." ucap Alex yang di balas dengusan kesal Rena.

"Kamu jangan membelanya terus, aku menamparnya karena dia berbohong untuk membela diri," balas Rena sengit,

"Jangan karena kamu ketua Ospek jadi seenaknya saja membela peserta yang bersalah. Oh, aku lupa, kamu kan memang sedang dekat dengan dia. Aku dengar kamu pernah mengantarnya pulang kan?"

"Rena!" Bentak Alex.

Tatapan matanya berubah tajam, memandang sosok cantik Rena yang kaget.

Tidak menyangka Alex akan membentaknya.

"Aku tahu kamu cemburu. Tapi tidak perlu kekanakkan seperti ini. Aku mengantarnya pulang karena tidak tega melihatnya kehujanan di jalan."

"Lex," gumam Rena kesal, matanya berkaca-kaca sebelum sosoknya menjauh.

Rizal, panitia di bagian kesehatan menepuk pundak Alex pelan. Dia mengambil alih Kianna dari rangkulan tangan Alex.

"Selesaikan urusan lo sama Rena, biar Kianna gue yang bawa ke UKS."

Alex tidak menjawab, tapi dia mengikuti saran dari Rizal untuk mengejar Rena.

Tubuh Kianna yang memang sejak pagi sudah lemas sekarang jadi semakin lemas. Kakinya bahkan sudah tidak sanggup lagi menopang berat tubuhnya.

"Pusing Kak," bisik Kianna lirih.

"Kamu yang sabar ya, kita akan ke UKS." ucap Rizal sambil memapah perlahan Kianna.

Tapi karena Kianna sudah hampir kehilangan kesadaran, Rizal memutuskan untuk menggendongnya.

Kianna membuka matanya perlahan, hal yang di ingatnya terakhir kali adalah Rizal yang menggendongnya ke UKS.

"Sudah sadar ya,"

Suara Rizal mengalihkan pandangan Kianna pada Laki-laki itu.

"Mau minum?" tanyanya.

Rizal mendekat dengan air putih di tangan kanannya.

"Makasih Kak," ucap Kianna pelan.

Dengan perlahan di teguknya air putih yang tadi di berikan Rizal.

"Maaf ya, Rena memang seperti itu orangnya. Dia itu suka marah nggak jelas kalau melihat Alex dekat dengan perempuan lain."

Keingintahuan tiba-tiba muncul dalam benak Kianna. Ingin mengetahui hubungan apa sebenarnya yang sedang di jalin kedua seniornya itu.

"Memangnya Kak Rena pacarnya Kak Alex ya?" tanya Kianna to the point

Rizal mengangkat bahu acuh, dia pun sama sekali tidak tahu hubungan apa yang tengah di jalani dua rekannya itu.

"Kakak sendiri kurang tahu, setiap di tanya keduanya seperti enggan menjawab, tapi separti yang kamu lihat tadi, Kakak menyimpulkan keduanya memang memiliki hubungan yang spesial."

Mendadak perasaan kecewa timbul dalam hati Kianna, dia sendiri tidak mengerti kenapa rasanya tidak nyaman setelah mengetahui fakta bahwa Alex punya hubungan spesial dengan Rena.

Apakah mungkin dia cemburu?

"Lagi ngomongin apa? Kelihatannya serius sampai tidak sadar pintu di buka."

Pandangan keduanya beralih pada sosok Alex yang baru di sadarinya telah berdiri santai di depan pintu , bersandar pada kusen dengan tangan kanan di masukan ke dalam saku celananya.

"Kami sedang membicarakan acara kami nanti malam, bukankah begitu Kia?"

Rizal melirik Kianna sebelum mengedip kan satu matanya, yang langsung mampu membuat Kianna merona, padahal ucapan laki-laki itu sama sekali tidak benar.

Sekilas Kianna melihat tatapan tidak suka Alex pada Rizal, sebelum wajah itu berpaling menatapnya.

"Bagaimana keadaan kamu? Sudah lebih baik?" tanya Alex.

Laki-laki itu mendekat dan duduk di samping Kianna yang masih setengah berbaring

"Sedikit pusing, tapi sekarang sudah agak mendingan. Kakak habis dari mana?" jawab Kianna, yang kemudian mengutuk dirinya sendiri ketika melihat kerutan samar di kening Alex.

Nada suara Kianna tadi memang terdengar seperti sedang merajuk.

"Ada sesuatu yang harus Kakak selesaikan." jawab Alex pada akhirnya.

"Oh, pacarnya pasti marah ya Kakak ngebela aku."

Sekali lagi Kianna mengutuk mulutnya yang bicara tanpa di saring dulu, karena kini kerutan samar di kening Alex semakin terlihat jelas.

"Kamu cemburu?" tanya Alex menebak.

Kianna menunduk, tidak mampu menjawab ataupun membalas tatapan mata laki-laki itu.

Rizal keluar dari ruangan, dia rupanya mengerti jika pembicaraan dua orang itu semakin mengarah ke hal yang lebih pribadi.

"Mana mungkin aku cemburu,"

"Kamu memang tidak berhak untuk cemburu, kita baru kenal. Lagi pula kita tidak memiliki hubungan apapun selain Senior dan Junior."

Entah darimana datangnya perasaan itu, tapi perkataan Alex mampu menghancurkan perasaannya. Dia merasa ada begitu banyak ribuan jarum yang menusuk-nusuk dadanya, sakit, perih.

Rasa yang baru tumbuh itu seakan lenyap karena satu fakta menyedihkan,

"Ya, kita memang hanya sekedar Junior dengan Seniornya." ucap Kianna lirih.

Kianna berjanji, seterusnya dia tidak akan membawa perasaannya untuk jatuh pada perhatian dan sikap baik Alex, karena secara tidak langsung Alex seperti sudah membari batas pada hubungan mereka, seharusnya dia sadari itu dari awal.

Hanya sebatas senior dengan juniornya, miris.