Kianna POV.
_________________
"Apa kamu baik baik saja? "
Aku yang masih gemetar tidak dapat menahan tangis.
"Sstt.. Jangan menangis lagi ya sayang. "
Alex membawaku ke dalam pelukannya. Rasa nyaman dan terlindungi membuatku menjadi tenang.
Aku menyusut ke dalam dadanya dan memintanya membawaku pergi.
Alex menurut, dan membawaku meninggalkan kerumunan orang yang sedari tadi menonton kami.
Dia membawaku ke taman di belakang gedung Fakultas Perminyakan. Aku duduk di bangku taman sedangkan lelaki itu pergi membeli minuman.
Alex, lelaki itu entah mengapa berubah baik, padahal tadi pagi sikapnya masih terkesan dingin. Dan panggilan sayang yang di ucapkan lelaki itu masih saja terngiang.
Aku tidak tahu apakah dia mengucapkannya secara sadar atau tudak, tapi hal itu berhasil membuat hatiku menghangat.
Apa mungkin aku bahagia?
Alex datang dengan dua botol minuman mineral di tangannya. Dia menyodorkan satu padaku yang langsung ku ambil.
Aku berusaha membuka tutup botol minumannya yang ternyata sangat susah.
Tanpa ku sangka Alex mengambil minumanku dan membukanya dengan mudah.
"Terima kasih. "
Aku mengambil minumanku dan langsung meneguknya. Setelah merasa tenggorokanku sudah tidak kering lagi, aku menoleh menatap Alex.
Laki laki itu meminum minumannya hingga menyisakan setengah.
"Hmmm... Makasih ya kak, sudah mau menolong. Dan maaf. "
"Maaf? " Wajahnya berpaling padaku.
Aku menunduk, menyembunyikan wajah dengan rambut panjangku. Kebiasaan sewaktu SD ketika aku sedang merasa malu akan sesuatu.
"Maaf, karena aku, Kak Alex sampai mukulin Kak Davin. "
Alex menyingkap rambutku ke belakang. Jemarinya mendongakkan wajahku hingga tatapan kami bertemu.
"Hal itu sebanding dengan apa yang sudah Davin lakukan padamu. "
"Tapi tidak seharusnya juga, Kak Alex mukulin Kak Davin sampai begitu. "
Alex mengerutkan kening, rahangnya mulai mengerasa.
"Kamu membelanya? " dia bangkit berdiri,
"Apa kamu tidak ingin aku memukulnya? Apa perbuatannya sama sekali tidak masalah untukmu? Oh aku tahu, kamu menikmati pelukannya yang menjijikan itu kan?"
"Kak.. " aku menangkap tangannya ketika laki laki itu berniat pergi.
"Aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya... Hanya.. Tidak ingim Kakak mendapat masalah. "
"Kamu salah besar jika menganggap semua ini karena kamu. Aku dan Dave memang sudah sering berkelahi, bahkan ada yang lebih buruk dari ini. "
"Dari ini? "
"Ya, dari ini. Karena dulu kami pernah hampir mati karena berkelahi selama hampir 2 jam karena sebuah hal sepele. "
Alex kembali duduk setelah ku paksa dengan menarik tangannya.
"Ceritakan padaku. " pintaku memasang wajah semanis mungkin.
***
Aku tidak dapat menahan tawa, cerita yang di beberkan Alex dan fakta yang ku lihat di ponsel nya membuatku hampir sakit perut karena tertawa saking gelinya.
Bagaimana tidak. Alex memperlihatkanku foto dirinya dengan Davin sewaktu masih SD. Di foto itu mereka berdua terlihat sangat menggemaskan dengan hanya memakai celana dalam.
Semua bermula saat SMA. Ketika Davin menyukai seorang teman perempuan di kelas mereka, Davin menyatakan cintanya tapi perempuan itu menolaknya, semua karena seorang teman yang iseng menyebarkan foto kecil mereka dari ponsel Alex.
Perempuan itu menganggap Davin dan Alex adalah pasangan Gay, karena sangat dekat.
Davin yang kesal, meminta Alex menghapus fotonya tapi Alex menolak.
Davin marah, dan Alex yang tidak terima ikut marah.
Keduanya pada Akhirnya bertengkar hebat. Sampai harus masuk Rumah sakit.
"Berhenti tertawa. " ucap Alex kesal.
Aku tersenyum, sekuat tenaga menahan keinginan untuk terus tertawa.
"Habis lucu sih, kalian waktu kecil gemesin. Apalagi Kak Davin. Celana dalam pinknya itu lho, bikin salah fokus. " aku tertawa sekali lagi.
Alex cemberut, raut kesal lelaki itu malah tampak lucu.
Jemarinya sibuk dengan hpnya, sebelum kembali meperlihatkan foto yang tadi ku lihat, tapi sekarang terdapat perbedaan.
Di dalam foto terlihat gambar Davin yang di coret coret dengan warna merah sehingga tidak di kenali, sedangkan gambar Alex lecil di beri lingkaran hingga menjadi titik fokus pertama bagi yang melihatnya.
"Apa ini? "
Alex tersenyum, "Biar kamu nggak fokus kemana mana, apalagi sama celana dalan pink milik laki-laki. "
Aku merona. Merasakan satu hal lain dari makna ucapan lelaki itu.
***
"Kia, Nanti mengerjakan tugasnya di rumahku yuk! "
"Boleh. "
"Sebenarnya ada hal lain yang ingin aku tunjukkan tentang Kak Alex. " bisik Anitha.
"Kak Alex, apa? " tanyaku langsung.
Entah mengapa mendengar nama lelaki itu, selalu bisa membuatku penasaran.
"Kamu akan tahu nanti malam. "
Benar saja, bukannya mengerjakan tugas, malamnya Anitha malah mengajakku ke suatu tempat yang aku sendiri tidak tahu dimana.
Tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah perempuan itu, hingga kami bisa pergi dengan menggunakan ojek online.
Kami berdua lalu memilih bersembunyi di balik pohon besar tidak jauh dari keramaian di seberang.
"Banyak yang bilang setiap malam minggu suka ada semacam balapan liar di sini, jadi aku coba liat, dan memang benar ada. "
"Dan hubungannya dengan Kak Alex? " tanyaku bingung.
Anitha menoyor kepalaku pelan saking jengkelnya. Dia kesal karena aku tidak kunjung memahami maksud ucapannya.
"Itu Kak Alex! "
Aku menoleh, memperhatikan ujung telunjuk Anitha yang mengarah ke seseorang.
Seorang lelaki tinggi baru saja menghentikan motor besarnya di salah satu kelompok.
Lelaki itu lalu membuka helmnya, dan benar saja itu adalah Alex.
Lelaki itu tampak berbeda dengan jaket kulit hitamnya.
Di belakang jaket itu terdapat tulisan dengan bacaan 'Black Angel".
"Kak Alex itu, banyak di kenal di sini sebagai Black Angel karena nggak pernah kalah. Dia itu selalu menang kalau balapan. " jelas Anitha.
Aku menoleh, bagaimana Anitha bisa tahu banyak tentang itu.
"Sejujurnya aku sudah tahu Kak Alex dari lama. Makanya aku antusias pas tahu kami kuliah di tempat yang sama. " Anitha nyengir, memasang wajah polosnya.
"Rupanya ada dua mata mata cantik. "
Kami berdua menoleh ke belakang.
Seorang Pria berbadan besar dan tinggi tengah tersenyum jahat.
Seringainya membuatku bergidik ngeri.
Aku dan Anitha menjerit ketika Pria besar itu memaksa kami keluar dari persembunyian.
Kami lalu di bawa mendekat ke salah satu kelompok di sana.
"Siapa dia? " Seorang Pria berbadan tidak kalah besar menanyai pria yang membawa kami.
"Mereka ku lihat sedang mengintip di sana. " jawabnya dengan dagu menunjuk ke pohon besar tempat kami bersembunyi tadi.
"Mereka sangat cantik. "
"Yang kanan lebih seksi. "
Sial! Aku dan Anitha mencoba berontak, tapi seorang lagi mendekat untuk ikut memegang tangan kami.
Pria yang tadi bertanya mendekat. Matanya memperhatikan penampilanku yang di balut celana jins ketat dan baju model sabriana yang memperlihatkan bahuku.

"Dadanya memang lebih besar. "
Aku mengutuk dalam hati, sedikitpun tidak ada niat mencari masalah baru.
Tubuhku gemetar, saat tangan Pria itu meyentuh bahuku yang telanjang dan mengelusnya.
"Mulus dan putih. " komentarnya di iringi tawa jahat.
Ketakutan membuatku ingin menangis.
"Jangan menyentuhnya Jack! "
Suara tidak asing itu membuat ku menoleh.
Di sana Alex berdiri, dengan tangan mengepal dan rahang yang mengeras. Tatapnya sangat tajam hingga terlihat sangat menakutkan.
Sekali lihat, semua orang tahu bahwa laki laki tampan itu tidak sedang dalam mood yang baik.
"Kak Alex.. " aku berbisik saking senangnya.
"Jangan ikut campur urusanku, Lex! "
"Aku akan ikut campur, karena dua wanita yang kalian tahan adalah temanku. "
Alex menatap aku dan Anitha bergantian sebelum tatapannya jatuh tepat padaku.
"Dan wanita yang kini di depanmu adalah milikku. "
"Jangan mengada ada. Mereka adalah milik kami malam ini. "
"Sebagai lelaki sejati mari kita bertaruh. " ucap Alex.
"Apa mencoba menyombongkan diri? " Pria itu -Jack- mulai tertarik pada tawaran Alex.
"Jika aku menang, lepaskan mereka berdua. "
"Jika kalah? "
"Mereka dan motorku akan jadi milikmu. "
Jack tersenyum licik, "Ok, Deal! "
Sekarang, apa lagi yang akan terjadi?
#Tbc