Hari ini adalah hari pertama Kianna dan peserta ospek lain menjadi mahasiswa seutuhnya.
Walaupun acara penutupan masih di adakan mingggu nanti, tapi hari ini semua peserta ospek sudah mulai di perkenalkan dengan kehidupan perkuliahan.
Kianna keluar dari mobil. Di seberang mobilnya dia melihat Anitha yang juga baru keluar dari mobilnya. Wajah perempuan itu terlihat murung. Kianna sempat melihatnya menyeka air mata sebelum menoleh ke arahnya.
Ekspresi perempuan itu seketika menjadi cerah, atau memang berusaha terlihat ceria.
Anitha salah jika dia bisa menipu Kianna, karena Kianna sudah sangat hapal akan senyum terpaksa itu. Kianna sendiri bahkan selalu memasang wajah itu di hadapan Ayahnya.
"Waw, aku nggak tahu kalau kamu ternyata emang cantik banget. "
Pujian Anitha terlalu berlebihan, Kianna hanya memakai blous merah muda dengan jeans berwarna biru. Nggak ada yang spesial hingga membuatnya terlihat cantik.
"Aku rasa pujian itu lebih pantas untukmu. You'r so amazing! "
Kianna tidak berbohong. Anitha memang terlihat sangat luar biasa. Dress selutut berwarna orange dengan akses bunga matahari yang cantik, di padukan dengan converse putih. Keseliruhan Anitha terlihat cute. Apa lagi wajah polos dan cerianya menambah point plus untuknya.
"Kamu mau ikut acara penutupan ospek? " tanya Anitha saat keduanya berjalan menuju Aula.
Hari ini hari pertama jadi mereka harus mencatat jadwal pelajaran terlebih dahulu. Kebetulan keduanya berada di kelas yang sama.
"Eh, lihat! Itu bukannya Kak Alex? "
Seruan Anitha memaksa pendangan menuju ke arah belokan koridor. Di depan mereka sosok itu tengah berbincang dengan teman teman satu angkatannya.
Matanya tiba tiba menoleh ke arah kami.
Mendadak tubuh Kianna membatu. Jantungnya berdebar kencang. Perasaan bingung menderanya.
Bagaimana kalau Alex lewat ke arah mereka?
Dan benar saja, tubuh Alex tiba-tiba berbalik dan berjalan kearah mereka. Tubuh tingginya seakan membuat Kianna kehilangan nafas sejenak cara berjalan lelaki itu terlihat memesona, walau wajahnya terlihat dingin.
Demi kesopanan Kianna dan Anitha menyapa laki-laki itu.
"Pagi Kak, " sapa keduanya.
Alex berhenti sejenak, memberi sedikit senyumnya yang terlihat malas.
Laki-laki itu lalu berlalu melewati mereka.
"Pagi Aleeexx.. "
Suara manja di belakang, membuat keduanya menoleh.
Di sana terlihat Alex yang sedang merangkul Rena. Wajah laki-laki itu berubah drastis. Ekspresi dinginnya hilang, tatapannya terlihat hangat dan senyum lebarnya terlihat nyata.
Tangan laki-laki itu bahkan merangkul perempuan yang cemberut di sampingnya akibat sebelumnya tangan Alex mengacak rambut indah perempuan itu.
Entah mengapa, hati Kianna mendadak nyeri. Seperti ada jutaan jarum yang menusuk nusuknya.
Apa mungkin dia cemburu?
Apa mungkin dia telah jatuh cinta pada laki-laki itu? Secepat itukah?
"Apa cuma perasaanku saja. Kak Alex hari ini terlihat begitu beda ya. Kamu sama Kak Alex sedang marahan ya? " tebak Anitha.
Apakah kami sedang marahan?
Kianna sendiri bingung menjawabnya.
Dia merasa tidak melakukan kesalah apapun pada Alex selain waktu itu saat di UKS.
Tapi benarkah Alex menghindarinya karena kejadian waktu itu.
"Cuma perasaan kamu saja kali. Sudah, yuk! Kita belum nyatet jadwal. "
Anitha mengangguk. Keduanya berjalan menuju mading. Kebetulan kelas mereka sama. Jadi selama Anitha menyatat jadwal. Kianna memilih menunggu di bangku panjang tidak jauh dari mading.
Pandangan gadis itu sibuk mengamati sekitar. Pagi ini terlihat sangat ramai.
Sebelumnya Kianna tidak pernah berfikir jika dia akan berkuliah di kampus ini. Hingga masalah membawanya pindah ke kota ini.
Pengecut memang. Tapi dia sudah teramat lelah.
Di ambilnya handphone dari tasnya. Membuka aplikasi game favoritnya.
"Hai.. "
Kianna menoleh.
Seorang lelaki tampan dan tinggi menjulang di depannya.
"Boleh duduk di sini? " tanya lelaki itu.
Kianna tidak menjawab. Dia memilih menggeser posisi duduknya semakin ke pinggir.
"Kamu mahasiswa baru ya? Namanya siapa? "
"Kianna. "
"Cantik. Seperti orangnya. " komentar lelaki itu, "Saya Davin, anak jurusan Ekonomi semester 4."
Rasa tidak nyaman mulai mendatanginya. Terlebih pandangan mahasiswa lain yang seakan memperhatikan mereka.
Sepertinya Davin salah satu lelaki populer di sini hingga banyak perempuan yang mulai mengirimkan sinyal permusuhan.
"Boleh minta no hpnya tidak? "
"Tidak boleh. " jawab Kianna cepat. Dia tidak mau lagi berurusan dengan lelaki semacam Davin ataupun Alex. Lelaki tampan yang banyak penggemar malah akan menimbulkan masalah.
Kianna pindah untuk pergi dari masalah bukan untuk memcari masalah baru.
"Kalo minta alamat rumah? "
"Maaf Kak, saya harus pergi.. "
"Mau kemana? "
Belum sempat berdiri. Davin lebih dulu menahan lengannya.
"Kamu ada hubungan apa sama Alex? Kekasih gelap? Teman semalam? " tanya Davin to the point.
Kianna terhentak tidak percaya. Bisa bisanya lelaki tidak di kenal itu menuduhnya.
"Jangan kurang ajar ya Kak. Saya tidak kenal Kakak, begitupun sebaliknya, jadi... Lepas! "
Dengan cepat Kianna menarik lengannya. Berbalik dan bersiap melangkah.
Tapi lagi lagi Davin menahan langkahkanya, kali ini dengan memeluk Kianna dari belakang.
"Lepas! " Kianna berontak, tapi Davin semakin mengeratkan pelukannya.
"Jangan bergerak, atau saya bisa lebih nekat. " bisik cowok itu.
"Nekat sama saja cari mati. "
Sebuah suara mengalihakan pandangan mereka.
Disana tepat di depan mereka Alex berdiri. Tatapan mata lelaki itu begitu tajam. Kedua tangannya mengepal erat seakan pemandangan di depannya berhasil menyulut amarahnya.
Alex mendekati mereka dengan cepat. Di tariknya Kianna dari pelukan Davin hingga terlepas.
"Auw.. Sakit Kak.. " rintih Kianna merasakan cengkraman di lengannya sangat kuat.
Apakah Alex berniat meremukan tangannya?
"Jauhi Kianna! " ucap Alex tajam.
"Tidak akan. " balas Davin santai seakan amarah Alex adalah hal yang memang di tunggunya.
Dia menyukai kemarahan Alex.
"Apa perempuan itu teman tidurmu? Ku lihat badannya bagus, ralat memang indah saat di peluk tadi. "
"Brengsek! "
Sebelum Kianna sadar akan situasi. Alex telah lebih dulu menyerang. Lelaki itu maju dengan amarah yang berkobar.
Api kemarahannya seakan menghanguskan kontrol dalam dirinya.
Alex menghantarkan bogeman mentah. Menyerang Davin yang kesusahan menangkis serangan lelaki itu.
"Kak Alex sudah! " teriak Kianna mencoba menghentikan Alex. Tapi lelaki itu seakan menulikan pendengarannya.
"Lex, cukup! ' Rizal datang dengan tergopoh gopoh. Lelaki itu di bantu dengan temannya yang lain mencoba memisahkan Alex dengan Davin.
Davin bahkan sudah babak belur karena kemarahan Alex dan tidak terkendali.
"Minggir! " bentak Alex. Menatap tajam Rizal yang berdiri depannya.
"Dia bisa mati! "
"Dia memang pantas mati! "
"Tapi Kianna tidak pantas melihat kejadian itu. Apa kamu tidak melihat? Dia ketakutan! "
Seakan baru menyadari keberadaan Kianna.
Alex menoleh. Rautnya berubah cemas.
"Kamu nggak kenapa napakan? Apa aku menakutimu?"
Sejujurnya Kianna memang ketakutan. Bagaimana jika Alex sampai membunuh Davin?
Seberkas ingatan masa lalu seakan kembali memenuhi pikirannya. Bagaimana jika kejadian itu terulang kembali.
Sebuah pelukan menyadarkan Kianna dari ingatan masa lalunya.
Pelukan Alex terasa nyaman dan menenangkan. Ada gejolak hangat yang terasa tidak asing baginya.
Dia merasa pernah mendapatkan pelukan ini sebelumnya.
"Maafkan aku. Kamu tidak perlu takut lagi. Kakak berjanji akan menjagamu mulai sekarang. " bisik Alex lembut.
Lalu sebuah kecupan hangat di pelipisnya mampu membuat dunianya berubah seketika.
Apakah Alex mulai menyukainya?