Cathy memandang foto-foto dirinya berjejeran di dinding. Setelah puas melihat jejeran foto, dia berjalan menuju meja kerja dan duduk di kursi. Matanya menangkap sesuatu di tengah meja tersebut. Sebuah amplop putih berukuran sedang dengan namanya diatasnya.
Apakah surat ini untuknya? Cathy membuka amplop tersebut dan mengeluarkan isinya. Saat dia membaca kalimat pembukanya senyumannya melebar.
-
Untuk Cathyku yang paling cantik di dunia ini,
Aku tidak tahu membutuhkan berapa lama untuk membuatmu merindukanku hingga datang ke tempat ini. Kalau kau menemukan surat ini dalam waktu dua hari, aku sangat terharu. Aku tidak menyangka kehadiranku bisa membuatmu begitu merindukanku. Tunggu dulu.. jangan cemberut, aku juga sama. Sekarang saja saat menulis surat ini, aku sudah sangat merindukanmu.
Tapi kalau kau menemukan surat ini sebulan setelah pertemuan kita, aku ingin memberitahumu satu hal, aku masih merindukanmu.
Maaf aku tidak bisa menghubungimu. Meski aku sudah berjanji untuk berusaha membalas chat atau panggilanmu, aku takut aku tidak bisa menepatinya. Karena itulah aku menulis surat ini. Aku tidak ingin kau merasa kesepian atau tertekan lagi. Soal tertekan, kau sudah tidak menggigit bibirmu sendiri kan? Aku akan marah kalau kau melakukannya lagi.
Aku harap meski aku tidak berada disisimu, kau masih bisa menjalani hari-harimu dengan bahagia. Menghabiskan waktu bersama adik-adikmu atau bertemu dengan teman-temanmu. Kau juga bisa bermanja ria dengan Benjie. Aku yakin dia mau memanjakanmu. Hanya saja aku harap dia tidak menjahilimu karena dia selalu bersikap jahil padaku di tiap pertemuan kami.
Maaf aku tidak bisa menulis lebih panjang lagi, sebentar lagi aku harus berangkat. Maaf karena aku hanya bisa mengatakan maaf untuk saat ini. Dan mungkin kedepannya aku juga akan meminta maaf untuk berbagai hal yang akan terjadi. Tapi aku janji, setelah ini.. setelah aku menerima pengampunanmu aku tidak akan mengatakan maaf lagi, tapi aku akan mengucapkan kata lainnya yang dari dulu ingin kuucapkan.
Sampai jumpa Cathy, aku menantikan pertemuan kita berikutnya.
Tertanda dari orang yang akan selalu mencintaimu,
V
PS : Ada hadiah untukmu di laci nomor tiga sebelah kanan. Aku jamin kau akan menyukainya.
-
Cathy tersenyum lebar di awal kalimat surat itu, apalagi melihat kepercayaan diri kekasihnya yang luar biasa saat mengatakan dia sangat merindukan pria itu. Yah, itu memang kenyataannya.. tapi tetap saja, dia akan merasa malu kalau seseorang mengatakannya secara langsung. Untung saja tidak ada siapapun disini.
Jantungnya berdesir dengan cepat saat membaca kalimat bahwa Vincent juga merindukannya dan masih akan merindukannya walau sudah satu bulan berpisah.
Satu bulan? Apakah pria itu berencana pergi hingga satu bulan? Satu hari tidak bertemu saja sudah seperti setahun apalagi satu bulan. Cathy hanya mendesah pasrah dan bersabar menunggu kepulangan Vincent.
Di suratnya Vincent mengatakan dia takut tidak bisa menghubunginya. Apakah itu berarti Vincent sudah tahu bahwa dia akan sangat sibuk mengurusi usaha keluarganya hingga tidak memiliki waktu untuk mengecek ponselnya barang sejenak?
Vincent juga memperingatinya untuk tidak menggigit bibirnya lagi membuat hatinya terenyuh. Ternyata pria itu masih saja mengkhawatirkannya walau berada di tempat yang jauh. Dia memang berjanji untuk berusaha tidak melukai bibirnya lagi. Tapi kebiasaan lama sangat sulit dihilangkan.
Cathy bahkan tidak sadar kalau dia menggigit bibirnya dengan keras. Saat sadar, dia sudah merasakan nyeri dan cairan rasa besi telah masuk kedalam mulutnya.
Vincent mengizinkannya bermanja pada Benjamin? Waktu itu Vincent juga memanggil nama pamannya dengan Benjie. Hanya orang terdekat saja yang memanggilnya dengan sebutan itu. Sebenarnya apa hubungan antara pamannya dengan Vincent? Sepengetahuannya keluarga Vincent adalah perusahaan yang mensponsori dan mendesign Hotel Star Risen. Apakah karena ini Vincent sangat dekat dengan pamannya?
Kalau begitu mengapa beberapa bulan yang lalu mereka bersikap seolah baru bertemu pertama kali di acara perjamuan para pengusaha?
Cathy memutuskan akan bertanya pada pamannya saat pulang nanti. Sekalian mungkin dia bisa mendapat kabar mengenai Vincent melalui pamannya.
Cathy melanjutkan membaca pada paragraf terakhir membuat keningnya mengernyit. Kenapa kekasihnya banyak mengucapkan kata maaf? Hal apa yang mengharuskan Vincent meminta pengampunannya ke depannya? Vincent tidak mungkin akan meninggalkannya kan?
Cathy menggelengkan kepalanya dengan cepat dan kembali membacanya. Matanya melebar saat melihat kalimat penutup Vincent. Senyumnya kembali mengembang dan merasa dirinya telah bodoh karena lagi-lagi meragukan perasaan pria itu.
Selesai membaca surat manis itu, Cathy segera membuka laci yang dimaksud oleh Vincent. Disana dia menemukan sebuah kotak balok dengan bentuk unik nan elegan. Cathy menduga kotak tersebut terbuat dari kayu saat menyentuhnya.
Karena penasaran dengan isinya Cathy membuka kotak tersebut. Kemudian muncul dua patung naik ke atas diiringi sebuah lagu. Patung wanita yang melingkarkan tangannya di leher pria sementara kedua tangan pria melingkar ke pinggang wanita. Keduanya berputar dengan perlahan mengikuti iringan musik yang indah.
Senyuman Cathy semakin lebar melihat adegan yang sangat mirip dengannya saat berdansa dengan Vincent di dekat danau malam itu. Air mata Cathy mulai menetes karena tidak bisa menahan rasa harunya.
"Kau benar-benar kejam. Memberikan hadiah seperti ini malah membuatku ingin bertemu denganmu. Vincent jahat." dan air matanya mengalir semakin deras, namun itu bukan air mata kesedihan. Tapi karena terharu dan merindukan kekasihnya.
-
Setelah pamit dengan Frank, Cathy berjalan keluar melewati bangunan-bangunan. Dengan membaca surat dan menerima kotak musik, kini perasaannya jauh lebih baik. Dia tidak merasa sedih lagi.
Vincent sedang berusaha menyelesaikan masalah usaha keluarganya, dia harus bisa mengerti dan menunggu kepulangannya dengan sabar. Kini dia tidak terlalu mengharapkan balasan pria itu dan dia akan berusaha menjalani hari-harinya dengan tawa gembira seperti keinginan pria itu.
Dengan begitu saat mereka bertemu nanti, mereka bisa saling melepas rindu tanpa ada rasa canggung. Melepas rindu? Tunggu. Terakhir kali mereka bertemu, dia mencium pipi Vincent tanpa peringatan. Jika seandainya mereka bertemu nanti, apa yang harus dia lakukan? Seketika pipinya merasa panas dan Cathy menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tiba-tiba saja seseorang menarik bahunya dengan kasar membuatnya terkesiap. Sedetik kemudian sebuah pot besar terjatuh dan pecah persis dihadapannya membuat jantungnya berdesir ketakutan.
Jika seandainya dia tidak ditarik kebelakang dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada kepalanya.
"Hei, hati-hati kalau menaruh tanaman pot. Bahaya sekali!"
"Benar, untung saja tidak ada yang terluka."
Banyak orang-orang di sekitarnya marah-marah sambil mendongakkan ke atas. Cathy juga ikut mendongakkan wajahnya dan melihat seorang gadis muda disana.
"Maaf, maaf. Tunggu disana."
Cathy menoleh ke arah sang penolongnya yang tidak lain merupakan supirnya.
"Owen, kenapa kau ada disini?"
"Tadi saya mampir ke galeri untuk bertanya mengenai anda, tapi anda sudah tidak disana. Mengapa anda tidak memberitahu saya kalau sudah selesai?"
Belum sempat menjawab, gadis muda yang tidak sengaja menjatuhkan tanamannya langsung berlari ke arahnya dengan wajah penuh perasaan bersalah.
"Maaf, aku benar-benar minta maaf. Apakah kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja. Tidak perlu cemas."
"Aku akan melakukan apapun sebagai kompensasinya. Maafkan aku. Padahal biasanya aku sangat teliti memastikan kawat yang menjaga keseimbangan potku tidak goyah. Entah kenapa kawatnya putus dan aku sama sekali tidak menyadarinya. Aku benar-benar ceroboh. Aku benar-benar minta maaf." sepasang mata gadis itu tampak berkaca-kaca ketakutan sementara orang sekitarnya menudingnya dengan tatapan menuduh.
Cathy menggenggam kedua tangan gadis muda itu. Cathy merasakan tangan gadis itu sedingin es dan bergetar dengan hebat. Cathy menjadi merasa kasihan padanya. Sebenarnya dia sama sekali tidak menyalahkan gadis itu. Lagipula tadi hanyalah murni kecelakaan. Kalaupun seandainya pot itu akan mengenai kepalanya, dia juga tidak akan bisa menghindar. Musibah selalu terjadi di waktu yang tak terduga. Kali ini Cathy beruntung dia tidak harus mengalaminya.
"Aku tidak apa-apa. Lihat kan?" Cathy menunjukkan seluruh tubuhnya yang tidak ada luka apapun. "Aku juga tidak menyalahkanmu, jadi.. kau tidak perlu takut lagi. Hm?" tanpa ragu Cathy memeluk tubuh gemetar gadis muda itu dan membiarkan gadis itu menangis karena perasaan leganya.
Setelah menemani gadis itu kembali masuk ke rumahnya, Cathy pamit dan menuju ke mobilnya. Tentu saja Owen mengikutinya dari belakang.
"Owen."
Owen segera melebarkan langkahnya dan berjalan disisi Cathy. "Iya nona?"
"Aku tidak pernah tahu reaksimu sangat cepat. Bagaimana kau bisa berpikir menarikku kebelakang?"
"Dari kejauhan saya tidak sengaja melihat ada pot yang bergerak-gerak karena kehilangan keseimbangan. Saya berlari dengan kencang, untung saja saya tidak terlambat."
"Kau kan bisa memanggilku."
"Kalau saya memanggil anda, anda hanya berbalik ke arah saya tanpa pindah dari tempat anda."
"Ah, benar juga. Pokoknya terima kasih karena sudah menolongku. Aku berhutang padamu."
"Tidak perlu. Itu sudah menjadi tugas saya."
Cathy tersenyum mendengarnya. Padahal tugas Owen hanyalah sebagai supir keluarga, tapi pria ini juga bisa memikirkan keselamatan majikannya. Semenjak saat itu Cathy menyukai sikap dan karakter Owen dan mengizinkannya mengantarnya kemanapun ia mau.
Cathy merasa yakin hari ini akan berakhir dengan senyuman. Harusnya begitu.. harusnya dia bisa pulang dengan hati yang masih gembira kalau saja orang itu tidak muncul dihadapannya.
Cathy mendecak dalam hati dan berharap bisa melarikan diri.
"Hari ini kau tidak masuk kerja?"
Anehnya, Cathy merasa suara pemuda ini tidak setenang biasanya. Tentu saja, Kinsey pasti marah karena dirinya tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan.
"Saya sudah mengatakannya sebelumnya. Saya akan mengundurkan diri atau anda bisa memecat saya. Saya sudah tidak mau bekerja di tempat anda lagi."
Jika seandainya Kinsey memandangnya dengan tatapan amarah dan mengerikan dia bisa mengerti. Tapi pemuda itu malah menatap Owen dengan tatapan menyelidik dan tak bersahabat. Apa hubungannya antara Owen dengan dirinya yang tidak ingin bekerja? Kenapa Kinsey membuat supirnya merasa tidak nyaman?
"Apa kau ada urusan dengannya?" tanya Cathy berusaha melindungi Owen dari tatapan sinis mantan atasannya.
"Siapa dia?"
"Dia adalah supir keluarga. Apa ada yang mengganggumu?"
"Sudah berapa lama dia bekerja sebagai supir keluarga?"
Entah kenapa percakapan mereka berubah menjadi seperti interogasi seorang kriminal. Cathy tidak melakukan kesalahan dan dia yakin Kinsey sama sekali tidak berhak mencampuri urusan keluarganya ataupun orang-orang yang bekerja untuk pamannya.
"Bukan urusanmu!" jawab Cathy dengan dingin dan menyuruh Owen untuk segera mengambil mobilnya.
Dengan segera Owen berlari ke arah lahan parkir untuk mengambil mobilnya. Cathy menduga Owen berlari terburu-buru karena merasa takut dan terintimidasi pada Kinsey.
Bagaimana tidak? Aura yang dipancarkan Kinsey saat ini sangat mengerikan. Terkesan dingin dan sinar matanya berubah menjadi tajam seperti sedang bersiap-siap menerkam mangsanya. Kalau seandainya Cathy tidak mengenalnya, Cathy juga pasti akan bergidik ketakutan dan ingin melarikan diri.
Tapi setelah bekerja sebagai asisten Kinsey selama beberapa hari, dia mendapat kesan.. meskipun dalam amarah sebesar apapun, Kinsey tidak akan pernah melukainya. Cathy sama sekali tidak menemukan alasan kenapa dia bisa berpikiran seperti itu.
Begitu mobil Cathy tiba, Kinsey ikut masuk ke dalamnya membuat Cathy tidak bisa menahan emosinya.
"Anda kan punya mobil sendiri, apakah tidak bisa pulang dengan mobil anda?"
"Siapa yang bilang kita akan ke rumahku? Tentu saja kita akan ke tempat tujuanmu." jawab Kinsey dengan cuek.
"Aku mau pulang!"
Kinsey tersenyum mendengar adiknya sudah tidak menggunakan bahasa formal lagi.
"Kalau begitu kita ke Red Rosemary!"
Cathy memejamkan matanya menahan emosinya yang meluap-luap. Dia tidak pernah semarah ini sebelumnya. Dia sering menghadapi pria pemaksa untuk mendekatinya. Tapi para pria tersebut akan langsung menghindar saat dia bersikap sinis atau tidak sopan. Apa yang berbeda dengan Kinsey? Dan kenapa dia tidak bisa membantah ataupun melawan pemuda itu?
Sementara itu, Kinsey menatap tajam ke arah supir yang sedang fokus ke jalanan. Ada sesuatu pada supir tersebut yang mengusik pikirannya. Dia merasa Owen bukan supir biasa. Dan terbukti, supir ini sama sekali tidak terintimidasi olehnya dan masih menyetir dengan santai.
Orang biasa pada umumnya akan ketakutan dan mengeluarkan keringat dingin tiap kali menerima tatapan tajam miliknya. Sebenarnya siapa Owen ini? Dia harus menyelidikinya dan memberitahu soal ini pada Benjamin dan Lest.
Sesampai di depan gerbang rumah, Kinsey ikut turun setelah Cathy turun dari mobil.
"Aku tidak akan mengantarmu pulang." ucap Cathy datar sebelum masuk dan menghilang ke dalam rumahnya.
Kinsey tersenyum miring dengan licik. Dia bertanya-tanya apakah adiknya itu masih akan bersikap sama begitu tahu bahwa dia adalah kakak kandungnya?
"Tuan, apakah anda ingin saya antarkan ke rumah anda?"
Kinsey melirik ke arah Owen. Seperti yang diduganya, Owen sama sekali tidak takut padanya, masih bisa tersenyum santai dan sopan. Yang membuatnya lebih heran lagi, orang ini malah menawarkan diri untuk mengantarnya pulang?! Seberapa berani supir rendahan ini memasukkan dirinya ke gua singa? Sedari tadi Kinsey sudah memberikan tatapan membunuh ke arahnya dan pemuda itu sama sekali tidak takut?
Antara apakah pemuda itu luar biasa polos ataukah memiliki bakat akting yang luar biasa, Kinsey sama sekali tidak tahu. Setidaknya untuk saat ini dia tidak merasakan ada niat jahat pada diri supir ini. Apa sebaiknya dia membiarkannya saja?
Ibunya sakit parah karena seorang mata-mata yang menyamar sebagai juru masak memberinya racun setiap hari. Dia harap supir ini bukanlah mata-mata yang sedang menyamar untuk mencelakai adiknya.
Kinsey memutuskan berbalik dan berjalan keluar dari area Red Rosemary. Dia akan langsung segera menyelidiki latar belakang Owen.
Sayangnya dia tidak bisa menemukan sesuatu yang berarti. Catatan kriminal Owen bersih dan tidak memiliki hubungan apapun dengan Leonard ataupun Martin Paxton.