Masa orientasi sudah selesai , dan sekolah akan kembali normal , peraturan yang kembali Ketat, dan pelajaran yang menuntut sebuah kata yaitu 'fokus'. Ini hari pertama setelah orientasi berakhir jadi guru guru masih sibuk dengan berkas siswa baru sehingga hari ini belum akan ada pelajaran.
Riani berjalan masuk ke dalam sekolah seperti biasa dan saat akan mendekati kelasnya dia melihat Rian berdiri didepan pintu, membuat Riani menghentikan langkahnya. yaa kelas Rian dan Riani hanya terpisah kan oleh satu buah ruangan kelas lainnya. dan Riani harus melewati kelas rian jika ingin sampai ke kelas nya. 'huuuffffttttt' Riani menarik nafas panjang 'semua akan baik baik aja Rii' ucapnya dalam hati. yaa, Riani memutuskan untuk mengabaikan perasaannya ke Rian dan tidak akan pernah menunjukkan perasaannya kepada siapapun. Riani pun berjalan seperti biasa dan melewati Rian. Riani sma sekali tidak menoleh ke arah Rian seakan tak melihat nya dan melewatinya begitu saja. Rian mengetahui sikap Riani dan mengikuti Riani ke kelasnya.
--------------------_----------------
"pagi" sapa Riani ke sahabat2 nya. "pagii Rii" sahut Kia. baru akan duduk Riani melihat Rian memasuki kelasnya. dengan cepat Rian meraih tangan Riani dan menarik nya , kejadian ini spontan menarik perhatian seisi kelas Riani "Riaaannn, apaan sihh, lepas" ucap ku. Rian menghentikan langkahnya namun tidak melepas genggaman nya "kita perlu bicara" ucap Rian, "nggak ada yang harus kita bicarakan Rian" ucap ku pelan namun tegas "tapi aku ada" sahut Rian "yaa udah bicara disini aja" ucap ku "kamu mau ikut aku atau nggak" ucap Rian tegas, aku menatap dalam mata Rian aku melihat tatapan yang hangat dibalik wajah nnya yang dingin, ingin sekali aku berkata 'iya aku ikut', tapi aku nggak bisa aku sudah memutuskan. Melihat Rian lengah aku melepas tangan ku perlahan-lahan dari genggaman nya. menyadari reaksi ku Rian seakan paham keputusan ku sambil menganggukkan kepalanya dia berkata "okeee, kalau itu keputusan kamu" jawab Rian terdengar tegas tapi kenyataannya dia seperti tak rela melepaskan sesuatu tapi dia harus melepasnya. Semua yang melihat kejadian itu pun diam tak bersuara. Rian pun pergi meninggalkan kelas ku. "Riii" tegur Citra , aku tau ada sahabat2 ku dibelakang ku tapi aku tak Ingin mereka melihat perasaan ku saat ini, aku pun berjalan keluar dan memutuskan untuk pulang.
--------------_---------
Brukkkkkkk Suara pintu yang dibanting.
"argggghhhh, dasar cewek kerasa kepala". Rian masuk ke ruang OSIS dan meluapkan emosi nya. Dani yang juga menyaksikan kejadian tadi tahu persis perasaan Rian dan mengikuti sahabat nya itu, Dani masuk dan menutup pintu ruangan itu agar tak ada yang masuk. "dia itu mau nya apa sihh, kenapa sih susah banget nebak perasaan cewek" ucap Rian lgi. "ian ,, kamu harus kontrol emosi kamu dulu" Dani mencoba menenangkan Rian "kamu duduk dehh biar rilex" tambah nya, Rian pun menuruti sahabatnya. "Rian, aku tau perasaan mu apa pun itu sebagai sahabat aku pasti mendukung mu jadi kamu harus berjuang bukan emosi seperti ini" ucap Dani. "Dia manja namun sangat kokoh, dia dekat namun sangat jauh untuk ku raih , dia smart jadi dia pasti mengetahui betul perasaan ku terhadap nya" ucap Rian dengan suara yang terdengar sangat dingin. "apa kamu akan menyerah seperti ini ian" ucap Dani, "kamu sangat mengenal ku kan Dan, tidak pernah ada kata menyerah, tapi ada saat nya melepaskan sesuatu itu lebih baik, jika sesuatu itu memang diciptakan atau ditakdirkan menjadi milik kita , maka ia akan menemukan jalan agar kembali kepada kita." ucap Rian lagi. " aku mencintai nya sangat mencintai nya, tapi jika itu menyakiti nya maka itu bukan cinta tapi obsesi ku saja, jadi menghormati keputusan nya , adalah cara ku untuk mencintai nya." ucap Rian dan pergi meninggalkan ruang OSIS.