(Laras)
Pagi ini Laras bangun sedikit terlambat. Seluruh badannya pegal-pegal, dia baru selesai jaga malam dua hari yang lalu. Laras berjalan ke arah dapur dengan malas, masih mengantuk. Matanya langsung membulat saat melihat sosok Todi sedang duduk di meja makan. Tidak biasanya suaminya itu ada di ruang makan sepagi ini. Ingin rasanya Laras berbalik masuk kembali ke dapur, sialnya Todi sudah lebih dulu melihat dirinya. Laras terpaksa meneruskan langkahnya.
"Pagi," sapa Todi. Laras sempat menatap beberapa saat kearahnya seakan bingung, tapi dia langsung membalas Todi.
"Pagi," balas Laras tanpa senyum.
"Hari ini sarapan apa?" tanya Todi lagi.
"Mau dimasakin apa?" tanya Laras, tapi matanya belum berani menatap wajah suaminya.
"Aku mau omellete mie yang kamu buat waktu itu," jawab Todi.
"Ya sudah aku buatkan, itu aja Kak?" tanya Laras.
"Aku mau roti bakar yang kaya kemarin," jawabnya.
Laras mengangguk saja. Tumben sekali, pikirnya.
Laras langsung sibuk membuat makanan permintaan suaminya, tapi dia masih menyadari kalau Todi memandanginya. Setelah selesai, Laras langsung menghidangkan di meja makan. Dia menyiapkan kopi susu juga, Laras tahu kalau itu kesukaan suaminya.
Todi mulai makan, Laras ikut duduk dihadapan Todi. Dia sibuk dengan kopi susunya.
"Hari ini enggak ada jaga?" tanya Todi.
"Aku jaga hari Senin kak," jawab Laras pelan, masih terheran-heran, sejak kapan suaminya penasaran dengan aktivitasnya.
"Hmm..kalau hari ini..", belum selesai Todi berbicara, ponsel Laras berbunyi.
"Aku angkat sebentar ya kak," izin Laras.
Itu dari Derra. Gadis itu menelpon Laras sambil menangis, meminta tolong untuk menggantikannya jaga hanya setengah hari sampai jam 1 siang karena setelahnya sudah ada yang menggantikan. Laras tidak tega menolaknya, dia langsung teringat almarhum ibunya. Pasti Derra panik dan bingung saat ini, dia pernah merasakan perasaan itu saat ibunya sakit dulu. Laras langsung mengiyakan, dia pikir hari ini jaga hanya setengah hari tidak masalah, asalkan dia sudah selesai sarapan dengan suaminya, Laras bisa langsung berangkat. Dia yakin Todi tidak keberatan. Setelah menutup telepon, Laras langsung meminta izin kepada Todi.
"Maaf kak, sepertinya hari ini aku terpaksa jaga, karena ada ibu teman aku yang harusnya jaga hari ini masuk rumah sakit. Aku hanya..".
Brakk!! Todi memukul meja makan mereka, membuat jantung Laras nyaris berhenti berdetak karena terkejut. Laras langsung menunduk, badannya bergetar, dia ketakutan.
"Apa kamu memang tidak betah tinggal sama aku sampai harus jaga malam terus? Atau kamu memang sengaja supaya menghindar dari aku?!!" bentak Todi
Todi memang dingin, kadang kalimat yang keluar dari mulutnya terdengar kasar, tapi ini berbeda. Kali ini dia benar-benar kelewatan menurut Laras. Laras benar-benar tidak mengerti mengapa Todi begitu marah sehingga sanggup membentak Laras seperti ini. Laras masih diam, tidak berani menjawab pertanyaan Todi, dia juga tidak berani menatap wajah suaminya, tatapan mata Todi begitu tajam seakan bisa menembus kedalam jantung Laras, membuat gadis itu menunduk semakin dalam. Tak disadari, air mata mulai muncul, Laras sekuat tenaga menahan air matanya jatuh. Tidak, aku tidak boleh menangis, jeritnya dalam hati. Dia sudah berjanji untuk selalu kuat menghadapi pernikahannya ini, walaupun sebelah hatinya berkali-kali ingin pulang kembali ke rumah orang tuanya.
Todi beranjak pergi ke kamarnya, dia menghempaskan pintu kamarnya. Hati Laras perih sekali. Baru kali ini dia diperlakukan seperti ini. Ayah ibunya, bahkan kak Luna tidak ada yang pernah berlaku kasar seperti yang dilakukan Todi. Air mata Laras tidak terbendung lagi. Air mata itu jatuh membanjiri pipinya. Bu Inah datang dengan tergopoh-gopoh. Mungkin wanita ini heran mendengar keributan barusan. Wajahnya bertambah heran saat melihat nyonya mudanya menangis.
Rasanya tadi mereka rukun-rukun saja, ada apalagi ini, pikir Ibu Inah. Dia hanya memegang tangan Laras, seolah memberi semangat dan hiburan kepada Laras. Laras menghapus air matanya.
"Aku pamit pergi ya Bu," pamitnya. Dia bergegas menuju kamar, menyambar baju jaganya, baju ganti dan peralatan lain yang dia butuhkan, dan menjejalkan ke dalam tas ransel jaganya dengan terburu-buru. Laras juga mengambil ponsel dan kunci mobilnya. Dia pergi sambil menangis. Air matanya masih mengalir deras.
Bu Inah hanya melihat kepergian majikannya tanpa mengucap sepatah kata pun. Laras melajukan mobilnya dengan kencang. Setelah keluar dari kompleks perumahan, baru Laras menepikan mobilnya, dia menangis sejadi-jadinya.
Seandainya ayah tahu kalau anak kesayangannya sudah mendapatkan tindakan kasar, kalau saja kak Luna tahu kalau lelaki yang menikahi anaknya sudah membuat Laras menangis, pasti kedua orang tuanya sudah meminta Laras pulang, pikirnya.
Setelah 10 menit menangis, sebuah dering reminder dari ponselnya berdering.
"Ultah K' Todi" , sebuah tulisan di ponselnya, menghentikan tangisnya.
Ya Allah, bodoh sekali, hari ini ulang tahun Todi. Laras menepuk dahinya. Dia berusaha mengingat-ingat perkataan Todi sebelum dia marah. Ya, Todi menanyakan mengenai jadwal jaganya, apa dia berencana ingin mengajak Laras ke suatu tempat, apa dia marah karena Laras tiba-tiba jaga, berbagai pertanyaan muncul di benak Laras l.
Sebuah deringan kembali mengagetkan Laras. Itu dari Bunda. Laras mengelap air matanya dan hidungnya yang berair dengan tisu, dia tidak mau Bunda mengetahui kalau dirinya menangis.
"Haloo.. Bunda.." sapa Laras, suaranya sedikit parau.
"Ras, kamu sakit?" tanya Bunda, terdengar khawatir.
Laras berdehem sebentar.
"Emmm..maklum Bunda, baru jaga malam dua hari yang lalu, kalau kurang tidur, suara Laras suka gini Bun," jawab Laras berbohong.
"Jaga kesehatan ya, jangan sampai sakit," ucap Bunda.
"Iya Bun," jawab Laras.
"Kamu lagi sama Todi ya? Dia bilang mau rayain ulang tahunnya sama kamu," ujar Bunda.
Deg! Tebakan Laras benar, pikir Laras. Dia sedikit merasa bersalah, pantas Todi marah tadi.
"Ras..Laras..kamu denger Bunda?" tanya Bunda lagi, setelah tidak ada jawaban dari menantunya.
"Eh..ii..iya Bun,"
"Kalian lagi apa, mau kemana?" ulang Bunda.
"Emmm...tadi baru selesai sarapan Bun, kak Todi belum bilang mau kemananya Bun, mungkin mau surprise Bun," jawab Laras sedikit berbohong. Bunda tertawa senang.
"Ya udah deh, Bunda enggak mau ganggu, have fun ya, " ucap Bunda lagi.
"Oh ya Bun, Laras..Laras juga mau kasih surprise buat kak Todi, emm.. kira-kira Kak Todi suka cake apa ya Bun?" tanya Laras cepat.
"Oh, Todi paling favorit sama cake tiramisu, ada di toko kue yang di mall itu Ras, yang pas kamu sama Todi kenalan pertama kali, inget ga?" jawab Bunda.
"Oh..oke Bun, nanti aku sempetin kesana buat surprise, makasih Bun" balas Laras. Sebuah ide muncul dikepalanya.
"Oke sayang, Bunda udahan dulu ya.., dah sayang.." pamit Bunda.
Laras menghela napas lega setelah Bunda selesai menelpon. Dia kembali menyetir menuju rumah sakit. Sebelum melaksanakan idenya, Laras harus membantu Derra dulu.
_____________________________
Setelah pukul 1 siang, Laras bergegas kembali ke rumah. Sudah ada Deni yang dengan baik hati menggantikannya. Laras pulang ke rumah. Rumah itu sepi, sarapan buatan Laras masih tertata rapi di meja makan seperti pagi tadi, hanya beberapa piring bekas makan dan minum sudah dibereskan Bu Inah, pasti Todi sudah pergi, pikir Laras. Laras pergi ke kamar Bu Inah, ternyata pembantu rumah tangga itu sedang sibuk menyetrika.
"Bu, Mas Todi pergi?" tanya Laras.
"Eh mbak Laras, iya Mbak, sudah dari pagi," jelas Bu Inah.
"Mbak, itu makanan mau dimakan lagi? biar ibu angetin dulu di microwave," sambung Bu Inah.
"Buat ibu aja," sahut Laras, dia pergi ke kamarnya.
Laras mandi dulu, jaga setengah hari sudah membuat badannya pegal-pegal lagi, sebenarnya dia ingin tidur saja, tapi dia harus menebus rasa bersalahnya kepada Todi. Setelah mandi dia memutuskan untuk langsung pergi ke mall tempat toko kue favorit Todi. Mall itu cukup jauh dari rumah Laras dan Todi, ditambah kemacetan yang cukup parah di weekend ini membuat Laras harus menghabiskan waktu hampir 1,5 jam untuk sampai di mall itu. Saat ini sudah hampir pukul 4 sore. Laras bergegas menuju toko kue, dia membeli kue tiramisu berukuran sedang, Laras memesan tulisan "Happy birthday K'Todi" diatas kue itu. Laras tidak lupa membeli lilin ulang tahun dengan angka 29.
Sambil menunggu cake nya selesai, Laras pergi ke toko di lantai atas, seingat Laras letaknya di dekat bioskop, toko itu menjual banyak action figure. Dia ingat Todi hobi mengkoleksi action figure, dan seingat Laras, Todi salah satu penggemar star wars. Laras mengelilingi toko itu cukup lama. Bingung memilih kado yang tepat untuk Todi. Pandangan Laras jatuh pada action figure Darth Vader, bagus menurutnya, harganya juga tidak terlalu mahal. Dia akhirnya membeli itu. Setelah selesai membayar, Laras pergi ke toko sebelahnya untuk membungkus kado. Laras membeli sebuah kartu ucapan ulang tahun, dia berpikir keras untuk menuliskan kata-kata di kartu itu. Akhirnya dia hanya menulis "Happy birthday kak Todi, semoga suka dengan hadiahnya".
Kado Laras kini sudah terbungkus dengan rapi, Laras kembali ke toko kue untuk mengambil tiramisu cake nya.
Sampai di toko kue, penjaga toko menunjukkan hasil akhir cake yang Laras pesan. Dia tersenyum bahagia melihat tulisan di atas cake itu, seakan dirinya sudah melupakan kesedihannya di pagi tadi. Saat akan membayar cake tersebut, Laras baru ingat kalau dia belum mengambil uang tunai. Seluruh uang tunai didompetnya sudah dia habiskan untuk membeli action figure tadi. Laras pun kembali ke lantai atas untuk mengambil uang. Laras berjalan dengan bahagia, pikirannya melayang-layang, membayangkan Todi pasti akan senang menerima kejutan darinya. Semoga setelah ini sikap Todi berubah, harapnya dalam hati.
Laras berjalan menuju mesin ATM, letaknya tepat disebelah bioskop. Hari ini agak ramai, mungkin beberapa film di bioskop selesai bersamaan. Sambil menunggu antrian, Laras iseng melihat film-film apa yang sedang diputar, sudah lama dia tidak ke bioskop, gumamnya. Mata Laras berhenti pada dua sosok orang yang baru keluar dari bioskop. Pandangannya berhenti, ketika giliran antriannya untuk mengambil uang tunai. Dengan segera Laras mengambil uang tunai di ATM, lalu bergegas mengikuti sepasang orang itu. Laras tidak salah melihat, itu Todi dan Sarah, dan saat ini Laras melihat Todi memegang tangan Sarah. Hatinya langsung hancur berantakan melihat itu. Laras kembali ke toko kue, mengambil kue pesanannya tanpa semangat dan bergegas kembali ke mobil.
Sampai di mobil, air matanya kembali mengucur. Sungguh sakit, gumamnya. Dia terlalu naif hari ini. Bagaimana mungkin lelaki itu melupakan Sarah begitu saja. Laras merasa bodoh saat dirinya dengan terlalu percaya diri merasa Todi akan mengajaknya ke suatu tempat di hari ulang tahun Todi.
Laras melihat dua barang yang baru dibelinya. Tidak mungkin dia membuangnya. Laras menghapus air matanya. Dia tersenyum sinis, sedikit menyeringai.
"Tidak, aku tidak boleh lemah," ucapnya pelan. Laras menarik napasnya dalam-dalam.
"Aku justru harus menunjukkan pada Todi, kalau aku tidak cengeng, Todi harus merasakan patah hati yang sama," ucapnya lagi. Hati Laras dipenuhi rasa marah dan kebencian kepada Todi.
Dia mengambil ponselnya, mengirim pesan kepada Todi, mengatakan kalau dia hanya jaga setengah hari dan meminta maaf akan kejadian hari ini. Setelah itu Laras pulang dan bersiap-siap untuk pembalasannya kepada Todi.
Laras pulang ke rumah, memasukkan cake nya ke dalam kulkas, dia istirahat sejenak. Dia yakin Todi tidak akan langsung pulang. Suaminya pasti pulang larut malam. Tapi sebelumnya Laras berpesan kepada Bu Inah untuk membangunkannya saat Todi pulang dan sebisa mungkin tidak membukakan pintu untuk Todi sebelum Laras bersiap dengan cake nya. Dia tahu Todi jarang membawa kunci rumah.
Selesai sholat isya, Laras sudah bersiap-siap di ruang makan. Cukup lama Laras menunggu suaminya itu, dia hampir tertidur di meja makan. Sekitar pukul 11 malam, Todi sampai ke rumah. Laras menunggu sampai suaminya menemukannya diruang makan. Laras menghidupkan lilin ulang tahun.
"Selamat ulang tahun," ucap Laras pelan. Wajahnya sedih,
"Kamu, tidak jadi jaga malam?" tanya Todi, wajahnya bingung. Laras menggeleng.
"Hanya sampai jam 1, ada yang bisa menggantikan aku, maaf, aku lupa hari ulang tahun Kakak. Aku telepon Bunda, katanya kakak suka sekali dengan tiramisu cake, jadi setelah jaga aku belikan, sekalian beli kado, aku sudah kirim SMS sore tadi untuk mengabarkan kalau aku batal jaga malam. Aku tadinya mau menelpon..tapi tadi aku lihat kakak menonton bersama Sarah, jadi aku tidak berani menelpon, takut mengganggu kalian," jelas Sarah, dia berusaha sebisa mungkin untuk tidak menunjukkan wajah sedih saat harus mengulangi memori sore tadi.
"Aa..aku..sebenarnya.." Todi terbata-bata.
Laras tersenyum kecil, segera memotong perkataan suaminya. Dia muak dengan semua alasan yang akan diungkapkan suaminya.
"Ayo tiup lilinnya, sebentar lagi sudah ganti hari," potongnya sambil menyalakan lilin ulang tahun dan meminta Todi untuk meniupnya. Todi mendekat dan meniup lilin ulang tahun dihadapannya.
Laras menyerahkan sebuah bungkusan berukuran sedang.
"Aku enggak tahu Kakak suka atau tidak, semoga suka," ucapnya dingin.
"Makasih," balas Todi.
"Ya sudah, aku kembali ke kamar ya kak, lumayan cape juga ya jaga setengah hari." pamit Laras beranjak pergi dari kursi makan. Tiba-tiba Todi memegang lengannya, menahan langkah Laras.
"Tunggu, kapan hari ulang tahun kamu, aku janji akan membalasnya," ucap Todi.
Laras tertawa, sedikit ada nada mengejek dari tawanya. Dia muak sekali, lelaki ini bahkan tidak tahu ulang tahun istrinya sudah lewat, tapi dia marah saat istrinya lupa hari ulangnya dan malah berkencan dengan mantan pacarnya.
"Tahun depan, aku baru ulang tahun tiga minggu lalu," balasnya sambil melepaskan genggaman Todi dan berlalu masuk ke kamar.
Sampai dikamar Laras menutup wajahnya dengan bantal, menumpahkan seluruh air matanya. Mulai besok tidak ada lagi gadis baik hati, janji Laras pada dirinya sendiri.