Pagi-pagi sekali Laras sudah bersiap-siap untuk pergi. Semalam dia menyiapkan mantel dan jaketnya, serta membawa sweater, katanya disana kalau malam akan dingin sekali. Hari ini Laras tidak ikut pergi bersama, dia lebih memilih untuk berangkat sendirian diantar oleh pak Yadi. Sebelum berangkat Laras menelpon Bunda lalu menelpon ayahnya sendiri, untuk meminta izin.
"Hati-hati ya, hari minggu setelah dari sana kamu pulang kesini kan?" pesan ayah.
"Iya yah, mungkin pulangnya agak sorean ya yah, " jelas Laras.
"Iya enggak apa, kabari ayah ya," ujar ayah lagi.
"Oke yah, Laras berangkat ya," pamit Laras.
Sabtu pagi jalanan kota Bandung menuju Maribaya belum begitu ramai. Agak siang sedikit pasti mobil-mobil dengan plat luar Bandung sudah banyak ikut memenuhi jalanan. Laras sudah lama tidak kesini, mungkin terakhir saat ibunya masih ada, wah sudah lama sekali ya, pikirnya. Dahulu mereka suka berlibur didaerah Maribaya atau daerah Lembang. Tapi semenjak ibu meninggal, ayah dan Luna selalu sibuk, sehingga keluarganya jarang berangkat.
Setelah 30 menit pak Yadi menyetir, akhirnya Laras sampai di tempat yang dituju. Disana sudah menunggu Ameera, Imelda dan dua orang lelaki, Laras tahu kalau itu kakak mereka berdua. Imelda dan Ameera memang sudah berteman dari kecil. Kehadiran seseorang disana membuat Laras sedikit tidak tenang. Semoga saja mereka berdua hanya mengantar Ameera dan Imel, pinta Laras, dalam hati. Perasaannya mulai terasa tidak enak.
"Halo," sapa mereka berdua bersamaan saat Laras keluar dari mobil.
"Hei, udah lama?" balas Laras.
"Baru banget kok," jawab Ameera.
"Eh, kita bawa abang-abang kita enggak apa kan?" tanya Imel, dia tidak enak hati karena sebelumnya mereka berjanji hanya liburan berenam saja.
"Gue juga Ras, sori..abis kakak gue merengek minta ikutan," sambung Ameera yang langsung disikut oleh kakaknya, Amar.
"Lah, bener kan?" ucap Ameera pada kakaknya dengan kesal.
"Hai Ras, apa kabar?" sapa Amar.
Laras membalas dengan senyuman kaku.
Ah, mengapa Amar harus ikutan, soal sekali, umpat Laras dalam hati, dia kesal sekali. Tidak mungkin bila dia langsung membatalkan dan pergi, akan jelas terlihat kalau dia memang menghindari Amar.
Dia sudah melupakan sosok itu. Lelaki yang dulu pernah mengisi hari-hari masa remajanya. Amar adalah kakak kelasnya jaman SMA dulu. Amar juga cinta pertama Laras. Dia sudah menyukai Amar jauh sebelum Laras bertemu Todi. Amar juga yang membuat Laras sempat patah hati cukup lama, beruntung saat pemakaman ibunya, Laras bertemu Todi, yang membuat Laras jatuh cinta lagi.
"Baik," jawab Laras pelan. Amar tersenyum manis.
"Yang lain belum pada datang?" tanya Laras, berusaha mengalihkan perhatian.
"Belum, oh ya Ras, ini kenalin mas gue, Gilang," ucap Imel, mengenalkan kakaknya.
"Kakak nya si Ameera tuh maksa ikutan, jadi dia maksa mas Gilang buat ikutan juga, soalnya kan mereka emang temenan, sumpah gue minta maaf banget Ras," bisik Imel pelan. Laras mengangguk, sambil berharap semoga hari liburan ini tidak berubah menjadi hari yang menyebalkan karena kehadiran Amar.
"Mending kita masuk ke dalam aja, yuk sambil nunggu Dina, Rika sama Shahnaz" ajak Ameera. Dia juga merasa tidak enak hati dengan Laras. Ameera dan Laras sudah berteman sejak SMP. Tapi Amar memaksanya untuk ikut serta pergi ke sini, tidak tega juga menolaknya, kakaknya baru saja kembali dari tugas sebagai dokter di daerah terpencil. Dia ditempatkan di perbatasan Malaysia Indonesia, di Kalimantan Barat. Sudah hampir dua tahun Amar mengasingkan diri dan tidak pulang ke Bandung. Tentu saja Ameera tidak tega menolak permintaan kakaknya untuk ikut serta liburan mereka. Tapi Ameera juga sadar, kehadiran Amar pasti membuat Laras tidak nyaman.
"Yuk, " balas Imelda.
Laras mengikuti langkah Imel dan Ameera. Amar berusaha menyusul Laras.
"Suami kamu enggak ikutan?" tanya Amar.
"Enggak, lagi di Surabaya," jawab Laras singkat.
"Ooh.." balas Amar.
Laras mempercepat langkahnya, untuk menghindari Amar. Dia malas berurusan lagi dengan Amar. Cukuplah Todi yang menyusahkan hatinya, pikir Laras.
"Ras, " panggil Ameera. Wajahnya sedikit cemas tidak enak hati.
"Hmmm?" tanya Laras. Wajahnya datar. Sebenarnya dia kesal sekali dengan sahabatnya ini, tapi Laras berusaha menutupi kekesalannya. Dia tidak ingin liburannya rusak karena hal ini. Tidak mudah berlibur dengan kelima sahabatnya.
"Lu marah Ras sama gue?" tanya Ameera sedikit ragu, dia tahu pasti Laras marah kepadanya saat ini.
"Marah, marah banget malah," ucap Laras, masih menahan emosinya, wajahnya tetap dia buat setenang mungkin.
"Maaf ya Ras," ujar Ameera sambil menatap Laras dengan wajah penuh rasa bersalah.
"Udah lah Meer, sudah terlanjur juga kan ada disini, mau marah juga rasanya percuma Meer," jawab Laras dengan tenang sambil berjalan lebih cepat meninggalkan Ameera.
Beruntung Rika, Shahnaz dan Dina datang tidak lama kemudian, sehingga Laras bisa menghindari Amar. Imelda juga tampak sangat pengertian melihat situasi ini, dia langsung meminta Gilang untuk selalu bersama Amar agar Laras bisa merasa nyaman di liburan mereka hari ini.
Semoga weekend ini berjalan dengan baik-baik saja, doa Laras dalam hati.