Sepanjang hari Laras mencoba untuk menghindari Amar. Dia berusaha tetap menikmati hari liburannya. Hari ini mereka menikmati semua hiburan disana. Ada balon terbang, zip bike atau wahana sepeda yang lintasannya di tali tipis yang menggantung di udara, lalu ada juga mountain swing, yaitu ayunan gantung yang bisa membuat para wisatawan yang datang menikmati pemandangan alam. Ada wahana baru sky plane, yaitu pesawat kecil yang diterbangkan.
Laras ikut menikmati beberapa wahana disana. Setelah itu mereka menuju tempat sky plane, dibanding yang lainnya, menurut Laras wahana ini cukup menegangkan. Semua orang mencoba sky plane, sementara Laras lebih memilih tidak ikut, dia tidak terlalu suka ketinggian.
"Aku stay di sana aja ya," ucap Laras, sambil menunjuk sebuah kafe didekat sana.
"Yah, Ras, masa ga ikutan?" ucap Rika sedikit sedih. Imel langsung menyenggol lengan Rika.
"Iya Ras, enggak apa, tunggu aja disana ya," ucap Imel.
"Ras, biar aku anterin ya kesana," Amar menawarkan diri. Sebelum Laras hendak membuka mulutnya untuk menolak tawaran Amar, Gilang sudah lebih dulu menarik lengan Amar untuk pergi.
"Ayolah bro, temenin gue ya, masa gue laki sendiri, mana seru," ucap Gilang dengan cepat sambil menarik tangan Amar agar membiarkan Laras sendirian.
Laras pergi ke sebuah kafe didekat sana. Dia memesan coklat panas. Suasana disini begitu tenang dan dingin, Laras merapatkan jaketnya sambil melihat pemandangan di sekitarnya. Pikirannya kembali melayang ke hari-hari SMP nya dahulu, sekitar 10 tahun yang lalu. Saat itu Laras pertama kali bertemu dengan Ameera saat kelas 2 SMP. Ameera adalah anak baru, keluarganya baru pindah dari Jakarta ke Bandung. Laras datang terlambat, beruntung ini di hari pertama sekolah jadi dia tidak dihukum. Hanya ada satu meja kosong yang sudah diisi oleh Ameera.
"Halo, aku Ameera," sapanya, saat Laras duduk di bangku samping Ameera.
"Hai, aku Laras." balas Laras.
"Kamu orang Bandung asli?" tanya Ameera.
"Iya, dari lahir," balas Laras sambil tersenyum. Merasa aneh dengan pertanyaan teman barunya.
"Kamu anak baru ya?" tanya Laras menyelidik.
Ameera mengangguk mengiyakan.
"Iya, aku baru sebulan pindah ke Bandung," jelas Ameera.
"Dari mana sebelumnya?" tanya Laras.
"Dari Jakarta," jawab Ameera.
"Hari pertama sekolah ga akan langsung belajar kan? Ajak gue jalan-jalan ya keliling Bandung sore ini, boleh? pintanya.
Laras tertawa lucu mendengar pertanyaan teman barunya itu.
"Biasanya sih pulang cepat, tapi mau hari ini banget?" tanya Laras.
"Iya, sepulang sekolah hari ini kalau kamu ga sibuk," balas Ameera.
Sepulang sekolah Ameera dan Laras langsung menyusun rencana untuk jalan-jalan hari ini. Mereka akrab dengan cepat. Sesuai dengan perkiraan Laras, hari ini adalah hari pertama di sekolah, setelah perkenalan dengan wali kelas baru dan diberikan jadwal mata pelajaran baru serta pemilihan ketua murid baru, para siswa diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Laras dan Ameera menyambut dengan hati riang.
"Kita mau kemana dulu?" tanya Laras sambil membereskan buku pelajarannya. Dia sendiri bingung mau mengajak Ameera kemana.
"Terserah kamu," ucap Ameera dengan wajah senang.
"Emmm..aku sekalian mau cari kado buat kakak aku, kita ke distro-distro di daerah Dago, enggak apa?" tanya Laras, kebetulan hari ulang tahun Luna sudah dekat. Dia memang sudah berencana untuk membeli kado untuk Luna.
"Hmmm..boleh, aku baca di majalah, barangnya keren-keren ya?" balas Ameera lagi.
Laras mengangguk. Senang Ameera mau ikut menemaninya.
Laras mengajak teman barunya itu menuju daerah Dago, yang kala itu penuh dengan factory outlet dan distro, mereka sengaja naik angkot. Ameera bilang di Jakarta dia tidak pernah naik angkot. Setelah selesai berjalan-jalan didaerah Dago, Laras lalu mengajak Ameera untuk mencoba beberapa kuliner asli Bandung di alun-alun kota Bandung. Ameera mencoba semuanya, mulai batagor, siomay Bandung, soto Bandung lalu terakhir Ameera mencoba es goyobod.
"Aaah.. enak semua makanan disini," ucap Ameera sambil masih menyedot es teh manisnya. Laras sedikit khawatir melihat nafsu makan Ameera, dia khawatir temannya itu sakit perut karena kebanyakkan makan siang ini.
"Abis ini mau kemana lagi?" tanya Laras.
"Hmm..kita jalan-jalan sekitar Braga aja ya, kan banyak tempat-tempat kuno disana, sekalian aku mau nurunin isi perut," ucapnya sambil menyengir senang. Akhirnya mereka menuju kawasan Braga.
Pulangnya, Laras terpaksa ikut ke rumah Ameera. Ameera memaksa untuk mengajaknya makan malam sebagai ucapan terimakasih.
Keluarga Ameera baru pindah 1 bulan kesini. Mereka tinggal di daerah buah batu. Ayah Ameera bekerja di bank, menurut Ameera ayahnya adalah kepala cabang. Sedangkan ibunya adalah seorang dokter umum di puskesmas di daerah dekat rumah mereka. Ameera punya dua orang saudara, seorang kakak perempuan dan kakak laki-laki. Kakak perempuannya sudah kuliah di ITB, mengambil jurusan arsitektur, kata Ameera, sedangkan kakak laki-lakinya baru masuk SMA.
Malam ini Laras hanya makan malam bersama ibu Ameera dan Ameera, kakak perempuannya, Amelia, belum pulang dari kampus. Ayah Ameera juga sedang kerja lembur. Sementara Amar, kakak laki-lakinya masih berada didalam kamar mengerjakan tugas sekolahnya, kakaknya bersekolah di SMA 3 Bandung, salah satu SMA favorit di kota Bandung. Laras sangat kagum dengan keluarga itu. Pintar-pintar sekali, pujinya dalam hati.
"Pulangnya diantar ya, Tante panggilkan taksi, kebetulan om hari ini pulang telat," ucap Tante Asri, ibu Ameera. Tante Asri tampak khawatir bila tidak mengantarkan teman anaknya ini.
"Jangan Tante, saya naik angkot aja, masih banyak angkot jam segini Tan," tolak Laras dengan halus. Dia tidak ingin merepotkan. Apalagi ini kali pertama dia berkunjung, masa sudah merepotkan, pikir Laras.
"Jangan, rumah kamu lumayan jauh, lagian kompleks rumah Tante ini kalau malam sepi Ras, atau gini deh, diantar sama Amar aja ya, naik motor, gimana?" sambung Tante Asri lagi.
Laras baru ingin menolak tawaran Tante Asri lagi, tapi ibu itu sudah berteriak memanggil anak lelakinya.
"Mar...Amaaar...sini dulu," teriak Tante Asri.
"Apa ma?" sesosok remaja lelaki keluar dari kamarnya. Itu pertama kali Laras bertemu dengan Amar. Amar saat itu masih duduk di kelas 1 SMA, dia baru selesai orientasi siswa sore itu. Laras dengan jelas melihat kelelahan di wajah Amar malam itu. Amar masih berusia 15 tahun waktu pertama kali Laras bertemu. Wajahnya cukup tampan untuk anak remaja, Amar tidak terlalu tinggi dan badannya kurus sekali.
"Anterin Laras dulu ya Mar, udah malam, bahaya kalau harus naik angkot. "
"Oh, ya udah, aku ambil jaket sama kunci motor dulu," jawab Amar, mengiyakan permintaan ibunya.
Amar keluar dari kamarnya beberapa saat kemudian, membawa dua buah jaket.
"Ayo," ajak Amar kepada Laras.
"Pergi ya Ma," sambung Amar, berpamitan kepada ibunya.
Amar memberikan jaketnya kepada Laras sebelum naik ke motor.
"Nih pakai," ucap Amar kepada Laras.
Laras menatap kakak temannya itu.
"Dingin, baju kamu tipis, besok bisa-bisa kamu sakit," sambung Amar lagi.Tante Asri dan Ameera tersenyum melihat sikap sopan Amar.
"Iya, makasih kak," ucap Laras pelan sambil memakai jaket pemberian Amar. Mereka berdua naik ke atas motor.
"Pegangan ya, aku belum terlalu jago mengendarai motor," ucap Amar sesaat sebelum melajukan motornya. Kata-kata Amar membuat Laras sedikit ketakutan dan langsung memeluk Amar dengan erat.
"Nama kamu siapa?" tanya Amar. Amar menolehkan kepalanya sedikit ke arah Laras, yang masih memeluk tubuh Amar dengan erat, dia sedikit takut.
"Laras kak," jawab Laras. Angin berhembus cukup kencang malam itu. Laras sudah mulai kedinginan, tanpa sadar dia merapatkan pelukannya kepada Amar.
"Rumah kamu dimana?" tanya Amar lagi.
"Daerah Dago atas kak," jelas Laras.
"Aku belum terlalu hapal jalan di Bandung, nanti tunjukkin aja ya," ujar Amar.
"Oke kak," balas Laras.
Sekitar 30 menit berkendara akhirnya Laras sampai dirumahnya.
"Terimakasih kak," ucap Laras sambil tersenyum manis. Dia memberikan jaket yang baru dipakainya kembali kepada Amar.
"Terimakasih juga untuk jaketnya," sambung Laras, kembali tersenyum manis.
"Sama-sama," balas Amar.
Itulah kali pertama Laras bertemu Amar. Laras kala itu sedikit tertarik dengan sikap sopan dari Amar. Laras masih 13 tahun kala itu, dia sama sekali belum pernah menyukai orang.
Setelah hari itu, Ameera dan Laras semakin dekat. Laras semakin sering berkunjung ke rumah Ameera. Setiap kali berkunjung ke rumah Ameera, Amar dengan senang hati akan mengantarkan Laras pulang. Ini juga yang membuat Laras semakin dekat dengan Amar. Hatinya selalu berbunga-bunga setiap kali Amar menawarkan untuk mengantarkan dirinya pulang ke rumah.