Chereads / My strange marriage / Chapter 20 - Jatuh cinta (lagi)

Chapter 20 - Jatuh cinta (lagi)

Malam ini, sepulang dari bandara, Laras tidak bisa tidur tenang. Kepalanya selalu terbayang-bayang wajah Todi. Wajah Todi saat tersenyum, wajah Todi saat menggodanya, belum lagi saat Todi mengecup dahinya. Semuanya membuat Laras merasa berbunga-bunga. Dia menutup wajahnya dengan bantal sambil tertawa-tawa sendiri, khawatir kalau Bu Inah dan Pak Yadi mendengar.

Tiba-tiba Laras ingin tidur di kasur Todi. Dia keluar dari kamarnya dan naik ke lantai atas, menuju kamar Todi. Kamar itu luas sekali, sekitar 2 kali kamar yang ditempati Laras saat ini. Ada tempat tidur besar disudut ruangan ukuran king size, terlihat nyaman. Laras langsung menuju sana. Bu Inah sudah membereskan seprainya, tapi aroma rubuh Todi masih menempel disana. Laras menyelimuti dirinya, dan perlahan tapi pasti mulai terlelap.

Baru sekitar dua jam tertidur, ponsel Laras berbunyi. Sebuah video call dari Todi. Masih dengan mata tertutup, Laras mengangkat ponselnya.

"Halo," sapa Laras.

"Hei, lagi tidur ya?" tanya Todi. Laras hanya menjawab dengan anggukan.

Dengan susah payah Laras membuka mata mengantuknya. Dia mendapati Todi dengan wajah mengantuk juga. Laras tersenyum, dia lalu duduk.

"Iya, sudah sampai?" tanya Laras. Baru kali ini dia melakukan video call dengan suaminya.

"Sudah..aku ganggu ya?" tanyanya lagi.

"Enggak kok," Laras dengan cepat menggeleng.

"Kamu di kamar aku ya?" tanya Todi tiba-tiba, sambil tersenyum lebar.

Mata Laras langsung membesar. Dia baru sadar kalau dia tertidur di kamar atas, kamar Todi. Ya Tuhan, bodoh sekali, umpatnya kesal.

"Aku..emm..akuu...aduh..aku minta maaf ya kak, aku..masuk kamar kakak enggak izin sebelumnya," ucap Laras, menyesal sekali.

"Hmmm...aku hukum boleh ya?" tanya Todi.

"Dihukum? Aku dihukum apa kak?" tanya Laras pasrah, sedikit cemas.

"Hukumannya, pas aku pulang nanti, kamu harus mau tidur sekamar sama aku ya, satu ranjang juga" ucap Todi dengan senyuman nakal di wajahnya.

"Emmm.. ya..iya kak," jawab Laras lagi. Wajahnya mendadak memanas mengingat kalau dia akan satu kamar, eh bukan, tapi juga seranjang bersama Todi.

"Ya udah, bobo lagi ya sayang," ucap Todi dengan lembut. Membuat Laras terasa melayang. Usai menelpon Laras kembali terlelap.

---------------

Pagi ini Laras memulai hari-harinya di stase bedah. Dia sedikit kesal, mengapa mulai stase bedah saat Todi sedang ada di luar kota. Padahal mereka bisa sering bertemu kalau saja Todi ada di Bandung saat ini.

Para koass diminta berkumpul sekitar pukul 9.00 pagi. Mereka dibagi menjadi 5 kelompok, dan wajib mengikuti rotasi sesuai jadwal yang sudah dibuat. Minggu awal Laras masuk ke stase bedah urologi, sedangkan bedah ortopedi atau bedah tulang adalah bagian yang paling akhir, jadi Laras masih sempat bertemu Todi di minggu-minggu akhir stase. Bagian urologi tidak terlalu sibuk, kabarnya sih stase bedah umum yang cukup sibuk. Para koass termasuk Laras juga dibagi jadwal preseptor (¹). Laras mengikutinya dengan sukacita. Hatinya masih berbunga-bunga karena ulah Todi tadi malam, atau tepatnya karena perlakuan Todi kepadanya akhir-akhir ini. Semuanya terasa manis bagi Laras. Kalau saja Todi seperti ini sejak awal mereka menikah, pasti hidup Laras sudah bahagia sekali, pikir Laras. Sepertinya dia tidak bisa lagi membohongi hatinya. Dia merasa jatuh cinta lagi dengan suaminya itu. Tanpa sadar Laras tersenyum dengan hati berbunga-bunga.

"Dek, kamu yang disana, mengapa senyum-senyum sendiri?" seorang residen pria menegur Laras yang saat ini sedang melamun.

Zaskia, teman sekelompok dengan Laras yang saat ini duduk disebelah Laras langsung menyenggol lengan Laras, saat menyadari kalau yang dimaksud pria itu adalah Laras.

"Ras! Elu yang dipanggil," bisik Zaskia segera, menyadarkan Laras.

"Oh..emm...iya dok," jawab Laras tergagap. Dia baru sadar sedari tadi tidak memperhatikan penjelasan residen itu. Residen itu sedang memaparkan tata tertib dan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh koass. Sial, makinya dalam hati.

"Coba ulangi apa yang baru saja saya jelaskan?" tanya residen itu. Laras menggigit bibirnya. Tidak ada satu kata pun dari residen itu yang menempel di kepalanya, bahkan Laras tidak ingat siapa tadi namanya. Laras terdiam saja. Dia tahu dia salah.

"Bagaimana dek?" tanyanya lagi.

Laras menggelengkan kepalanya.

"Maaf dok, saya tadi tidak memperhatikan.." ucap Laras, berusaha jujur.

"Kamu lain kali harus perhatikan ya, apalagi kamu masih baru, kalau seperti itu lagi saya usir keluar ruangan, nanti saya laporkan sama konsulen ya," potong residen itu, dia memperingati sambil menatap Laras dengan tegas. Laras cepat-cepat mengangguk.

"Saya minta maaf dok," ucapnya cepat. Dia jadi tidak enak hati.

"Ya sudah, sekarang semuanya kembali ke tempat kalian masing-masing seperti yang sudah dijadwalkan ya," ucapnya.

"Baik dok," sahut semua koass.

Semua koass satu persatu meninggalkan ruangan, termasuk Laras.

"Tunggu, " ujar residen itu saat Laras berjalan didepannya.

"I..iiya.. dok?" jawab Laras, terbata. Dia sedikit takut residen ini masih marah karena ulahnya barusan.

"Siapa nama kamu?" tanya residen itu.

"Laras, dok," jawab Laras. Laras selintas membaca nama pria yang sedang memperhatikan dirinya dengan seksama, namanya Erick. Lelaki ini lebih pendek daripada Todi, badannya sedikit kekar. Wajahnya termasuk tampan, dilengkapi dengan jambang halus di wajahnya, seakan menambah ketampanan lelaki itu. Sorot matanya tajam. Laras takut membalas tatapannya yang tajam itu.

"Hmmm..Laras, sepertinya nanti kita akan lebih sering bertemu," ucapnya tenang sambil tersenyum kepada Laras. Erick lalu pergi setelah mengatakan kepada Laras, meninggalkan Laras yang masih terbingung-bingung apa maksudnya.

Di luar Zaskia sudah menunggu Laras dengan wajah cemas.

"Lu diapain Ras?" tanya Zaskia, setengah berbisik.

"Enggak ada," jawab Laras dengan tenang, walaupun hatinya sedikit cemas dengan maksud dari Erick sebelumnya. Tapi Laras berusaha menenangkan hatinya sendiri.

"Beneran?" tanya Zaskia lagi.

Laras mengangguk, mengiyakan.

"Bagus deh, bikin kaget aja," ucap Zaskia sambil cemberut dan mencubit lengan Laras.

Laras hanya bisa tersenyum, meyakinkan temannya itu.

"Yuk, kita ke IGD, katanya dr. Maruli ada disana, kita mesti lapor dulu," ajak Zaskia.

Dr. Maruli adalah preseptor mereka, jadi di hari pertama mereka harus melapor terlebih dahulu.

"Oke, yuk," balas Laras.

Sebuah pesan masuk ke ponsel Laras. Dari Todi.

"Selamat pagi, gimana hari pertamanya sayang? Enggak ada yang gangguin istri aku kan?" tulis Todi. Laras tersenyum dengan senang membacanya.

"Enggak ada, kakak lagi apa?" balas Laras. Dia sengaja tidak memberitahu Todi mengenai kejadian barusan.

"Lagi mikirin kamu," balas Todi. Laras tanpa sadar tersenyum sambil tertawa kecil. Zaskia sampai terheran-heran.

"Kenapa Ras?" tanya Zaskia.

"Enggak, balas SMS dari suami," jawab Laras, masih tersenyum dengan lebarnya.

"Ck...dasar pengantin baru, bikin jealous aja," decak Zaskia, sedikit kesal. Laras tertawa melihat Zaskia.

"Udah ah, yuk," ajak Laras sambil menggandeng tangan Zaskia. Mereka berdua bersama tiga orang lainnya bergegas menuju IGD menemui preseptor mereka.

Keterangan

(¹) preseptor= dokter spesialis yang ditugaskan untuk membimbing koass.