Laras masih tersenyum-senyum malu selesai menerima telepon dari Todi. Wajah kesalnya karena Amar, kini berganti dengan senyuman bahagia.
"Telpon dari siapa Ras? Suami ya? Cie...langsung berbunga-bunga gitu mukanya," goda Dina. Laras mengangguk, dia melirik Amar sedikit. Wajah lelaki itu sedikit suram.
"Huh, rasakan dasar tukang selingkuh," umpat Laras dalam hati. Lalu Laras tertawa sendiri, seandainya Amar tahu bagaimana kehidupan sebenarnya dia dan Todi, pasti lelaki itu akan mengejek Laras. Toh kehidupannya sekarang sebenarnya jauh dari kata bahagia.
Malamnya selesai makan barbeque, mereka membersihkan diri lalu masuk ke tenda masing-masing. Laras masih bertanya-tanya mengapa Todi akan pulang minggu depan. Apa ada keperluan, atau jangan-jangan dia rindu pada Laras, pikirnya sambil tersenyum sendiri. Terlebih lagi Laras masih ingat kata-kata terakhir Todi sebelum berangkat, "tunggu aku pulang", kata-kata yang berhasil membuat jantung Laras berdetak lebih cepat. Tapi dia cepat menghapus perasaan GR nya, tidak boleh, ingat Laras dalam hati.
Laras masih duduk dengan malas didepan tendanya. Sudah disediakan pemanas elektrik didepan tendanya. Cuaca Maribaya dimalam hari benar-benar dingin, duduk disamping pemanas lebih nyaman dibanding didalam tenda. Laras mendengarkan musik dengan earphonenya. Pikirannya melayang kemana-mana. Dia tersentak ketika sebuah telepon masuk ke ponselnya. Dari Bunda.
"Halo Bunda," sapa Laras riang.
"Halo sayang, gimana liburannya? Seru?" tanya Bunda.
"Seru Bun," jawab Laras sedikit berbohong. Kalau tidak ada Amar pasti liburan ini menyenangkan, gumamnya masih kesal.
"Ras, Todi udah nelpon kamu tadi?" tanya Bunda.
"Iya Bun, telepon aku beberapa jam yang lalu, kata kak Todi minggu depan pulang Bun," jelas Laras.
"Iya, minggu depan bunda kan ulang tahun pernikahan sayang, kamu enggak tahu ya, nanti bunda buat syukuran kecil-kecilan, makanya bunda minta Todi untuk pulang, nanti kalian datang ya," jawab Bunda.
Laras menghela napas, ada sedikit kekecewaan disana. Ternyata Todi pulang karena diminta Bunda, gumamnya kesal. Bodoh sekali dia sempat berpikir kalau Todi pulang karena rindu dengannya, gumamnya.
"Sadar Laras, dia tidak cinta kamu," desahnya pelan sambil menepuk pipinya.
"Siapa yang tidak cinta?" sebuah suara mengagetkan Laras. Amar sudah duduk di sampingnya.
"Apa perduli mu?" balas Laras ketus. Lalu segera beranjak dari Amar.
"Ras, apa kamu belum bisa maafin aku?" tanya Amar.
"Maaf mungkin sudah, lupa tentu belum kak," ucap Laras tanpa membalikkan badannya.
"Aku sudah hancur Ras, tunangan aku membatalkan pernikahan," ucapnya pelan.
Laras tersentak sedikit, menghentikan langkahnya. Lalu dia tertawa sinis.
"Ternyata karma itu nyata ya," ucap Laras lagi, lalu pergi. Mungkin terdengar jahat, tapi entah mengapa Laras merasa sangat lega dan puas.
-------------------------------------
Sepulang glamping, Laras libur selama seminggu sebelum masuk stase bedah. Selama liburan Laras lebih banyak menghabiskan waktu bersama Bunda. Setiap pagi Laras ikut menemani Bunda berlatih yoga atau pilates dan sorenya Laras pasti menemani Bunda belanja, makan atau sekedar cuci mata di mall. Hasilnya, sore ini Laras merasakan hampir seluruh bajunya terasa kesempitan.
"Bun, berat badan aku naik hampir 4 kilo Bun, kalau bunda ajak aku ke tempat makan begini terus." rengek Laras. Hari ini Bunda mengajaknya ke restoran Korea.
Bunda hanya tertawa sambil menggulungkan keju ke ayam yang baru saja dipanggang, dan menaruh di atas piring Laras.
"Baguslah, kamu kurus banget gitu, nambah 4 kilo aja enggak kelihatan sama bunda," jawab Bunda sambil tertawa.
"Baju aku kesempitan semuanya Bun," keluh Laras lagi. Tapi keju di restoran ini benar-benar enak. Pantas saja restoran korea ini ramai sekali, sampai-sampai untuk mendapatkan tempat duduk untuk makan malam, Laras dan Bunda harus menunggu hampir 30 menit. Laras menyantap ayam yang baru saja ditaruh bunda di piringnya.
"Ya udah, abis ini kita belanja baju ya," balas Bunda.
"Jangan Bun, kan dress yang bunda beliin dulu masih banyak yang belum Laras pakai," tolak Laras dengan halus. Dia tidak ingin Bunda nya menghamburkan uang untuknya.
"Ya ampun sayang, tenang aja, Bunda senang sekali bisa belanja sama anak perempuan Bunda tersayang. Anak Bunda kan cuman Todi, dari dulu Bunda pengen banget punya anak perempuan, tapi cuman diberi Tuhan satu anak aja, makanya pas Todi nikah, Bunda senang sekali, apalagi istrinya anak manis seperti kamu, kita belanja ya, sekalian buat acara ulang tahun pernikahan Bunda dua hari lagi, kamu pasti belum punya baju buat dipakai disana kan?" ujar Bunda. Mata bunda terlihat berbinar-binar, bahagia sekali. Laras jadi tidak tega menolaknya lagi.
"Oke Bun, tapi jangan beli yang mahal-mahal ya Bu," pinta Laras. Dia tahu benar Bunda sayang padanya tapi Laras tahu diri dengan kehidupan pernikahannya yang tidak lazim ini, dia tidak berani diberikan barang-barang mewah dari keluarga Todi. Meskipun keluarga Laras cukup mampu, tapi ayah ibu selalu mengajarkan kedua anaknya untuk selalu hidup hemat. Berbeda dengan kehidupan keluarga Todi yang cenderung sedikit boros. Laras takut kalau nanti ada apa-apa dengan pernikahannya dengan Todi, dia terlanjur berhutang budi dengan keluarga Todi.
"Iya, tenang," sahut Bunda.
Setelah makan mereka langsung menuju mall terbesar di kota Bandung.
"Nanti kamu mau pakai dress kan di ulang tahun Bunda, rasanya dress yang tempo hari bunda beli kurang cocok dipakai ke acara pesta ya, nanti kita cari disana ya," ajak Bunda sambil menunjukkan sebuah butik yang memang menjual dress-dress cantik untuk pesta. Laras mengikuti saja.
Bunda meminta Laras mencoba beberapa dress yang dipilihkan Bunda. Dia suka semua, jadi bunda membelikan semuanya, totalnya ada sekitar 10 dress. Bunda meminta Laras menambahkan lagi, tapi Laras langsung menggelengkan kepalanya.
"Jangan Bun, sebentar lagi Laras sudah bisa buka toko kalau begini terus," ucap Laras, menolak dengan halus dengan melontarkan candaan kepada Bundanya.
Bunda hanya tertawa lucu mendengar perkataan menantunya.
"Iya, oke, yuk kita pulang ya, kamu mau makan lagi?" tanya Bunda.
Laras menggeleng.
"Yang tadi aja belum turun Bun, pulang aja ya Bun?" pintanya.
"Iya deh, pulang kita ya," ajak Bunda.
------------------------------------
Sabtu ini Todi mengabari kalau pesawatnya sampai pukul 9 malam. Laras baru sampai sekitar pukul 9 lewat 20 malam, dia baru pulang dari rumah temannya dan jalanan sedikit macet dimalam minggu. Bunda tidak bisa menemaninya karena harus datang ke acara pernikahan anak temannya, jadi Laras terpaksa pergi sendiri diantar oleh Pak Yadi.
Laras berjalan masuk, sedikit tergesa-gesa. Dia tidak enak pada Todi bila terlambat menjeput. Dia takut Todi marah dan berkata kasar lagi kepadanya.
Laras berusaha menelpon Todi, sambil mencari Todi ke segala arah di bandara yang sedang ramai itu.
"Kak, dimana? aku baru sampai," ucap Laras setelah teleponnya diangkat oleh Todi.
"Di samping kanan kamu," jawab Todi, membuat Laras terkejut dan spontan menolehkan pandangannya ke arah kanan. Todi sudah berada disana dengan ranselnya, melambaikan tangan dan tersenyum. Mau tak mau membuat Laras menjadi tersipu. Tanpa Laras sadari, Todi sudah lama berada disana, memperhatikan istrinya yang entah mengapa terlihat lebih cantik di mata Todi. Hari ini Laras mengenakan sebuah terusan cantik berwarna putih gading, rambut hitam sebahunya digerai, rambutnya baru dipotong sepertinya, Laras mengenakan make up natural malam ini, dan dia terlihat jauh lebih berisi dari sebelumnya. Todi senang istrinya terlihat lebih berisi, dia terlalu kurus, pikir Todi, memuji dalam hati. Entah dia rindu atau memang Laras sangat cantik malam ini, yang pasti Todi tanpa sadar langsung tersenyum saat melihat sosok istrinya.
"Ya Tuhan, kenapa dia tampan sekali hari ini," ucap Laras pelan, tidak sadar. Todi berjalan mendekatinya.
"Apa kabar?" tanya Todi saat sudah berhadapan dengan Laras.
Tubuh Laras kaku, dia tidak tahu harus menyambut apa saat suaminya sudah tepat berada didepannya.
"Hmm..iya..baik..kak..eh..ayo kak, pak Yadi sudah tunggu diluar," ucap Laras gugup, berlalu meninggalkan Todi
Mereka berdua berjalan beriringan, tanpa berbicara, Todi berusaha menyamakan langkah istrinya yang terasa sangat cepat.
"Sudah makan?" tanya Todi, memulai pembicaraan. Laras menoleh, lalu mengangguk.
"Kakak?" tanyanya.
"Belum" jawab Todi, asal. Sebenarnya dia sudah makan di pesawat tadi, tapi dia masih ingin bersama Laras malam ini, makan adalah alasan satu-satunya untuk berduaan dengan Laras akhir-akhir ini.
"Mau makan apa?" tanya Laras. Dia meneliti tubuh suaminya. Todi memang terlihat lebih kurus, apa dia tidak makan dengan benar disana, pikir Laras sedikit cemas.
"Aku mau ajak makan malam dulu, mau?" tanya Todi.
Laras mengangguk, setuju. Mereka berdua menuju tempat Pak Yadi memarkirkan mobil Todi.
Todi mengajak Laras ke tempat kedai es krim. Dia sebenarnya sudah kenyang, tapi es krim rasanya tidak salah.
"Kan belum makan malam, masa langsung makan es krim?" protes Laras. Takut suaminya sakit perut.
"Enggak apa, aku lagi pingin makan es krim sama kamu," ucap Todi. Laras jadi tersipu mendengar kata "sama kamu" dari bibir Todi.
Setelah sampai, Todi memesan es krim vanila dan coklat untuk dimakan berdua dengan Laras. Dia tidak tahu apa kesukaan Laras, tapi gadis mana yang tidak suka cokelat, dulu Sarah suka dengan cokelat, sepertinya Laras juga, pikirnya.
"Nih, makan es krimnya ya, aku beli dua," ucap Todi.
Laras tersenyum, tapi dia tidak terlalu suka es krim cokelat. Dia hanya mengambil es krim vanila.
"Kenapa yang cokelat tidak dimakan?" tanya Todi bingung karena Laras sama sekali tidak menyentuh es krim cokelat nya.
"Oh, maaf kak, hanya saja aku tidak terlalu suka rasa cokelat," jawab Laras.
"Oh ya, aku pikir semua perempuan suka cokelat," pikirnya.
"Tidak semua kak," jawabnya pelan.
"Jadi kamu suka es krim rasa apa?" tanya Todi.
"Kesukaan aku?" tanya Laras, tidak percaya Todi mau bertanya tentang kesukaannya. Biasanya juga Todi tidak perduli.
Todi mengangguk.
"Aku suka rasa mint," ucap Laras.
"Ya sudah, aku belikan ya,". Todi langsung pergi untuk membelikan es krim.
Dia kembali sekitar dua menit kemudian, dengan es krim mint di tangannya.
"Ini," ucapnya.
"Terima kasih," jawab Laras, berbunga-bunga.
"Mulai sekarang aku akan tanya semua hal kesukaan kamu ya," ucap Todi sambil tersenyum. Membuat jantung Laras kembali berdebar, tapi dia berusaha membuat wajahnya setenang mungkin. Jangan terlalu bahagia Laras, kamu belum tahu apa yang bisa dia lakukan nanti denganmu, batinnya, berusaha tetap tenang.