Chapter 22 - Pertarungan gengsi

"Majulah Engkau prajurit Djipang. Tenagaku sudah pulih!" Pangeran Sekar Tanjung melompat dari duduk silanya.

Punggawa Tuan langsung menyerang lawannya dengan jurus kebutan baju. Meskipun bertubuh tambun, Punggawa Tuan nampak gesit memainkan jurus-jurusnya yang aneh. Gerakannya tak beraturan seperti mengayun dan menghempas berulang kali, ke kiri kanan, atas bawah, tak beraturan. Di kalangan prajurti Djipang jurus ini dikenal dengan nama jurus Ketam Padi yang dikuasai oleh dua orang Punggawa keraton yaitu Punggawa Tuan dan Punggawa Kedum. Jurus ini dikenal karena keanehan dan kedahsyatannya.

Benar saja, Pangeran Sekar Tanjung baru belasan jurus sudah keteter. Kelihatan sekali jika Pangeran muda itu bukan tandingan Punggawa Tuan dalam hal bertarung tangan kosong. Beberapa kali tubuhnya nyaris terkena totokan ujung baju pria tambun itu. Hanya karena keringanan tubuhnya sajalah yang membuat ia masih dapat bertahan.

"Aiiih.... jurus apa yang engkau pergunakan ini, Kisanak!" Pergelangan tangan kiri Pangeran Sekar Tanjung terkena totokan. Tubuhnya seketika terpelanting ke samping. Untuk menghilangkan daya lemparnya, Pangeran Sekar Tanjung terpaksa bergulingan ke kiri.

"Cepat engkau keluarkan jurus andalanmu, Pangeran. Aku khawatir engkau terlalu mudah kukalahkan!" Punggawa Tuan sengaja memanasi anak muda itu.

Benar saja, tak mau ditertawakan lawannya, Pangeran Sekar Tanjung langsung melolos kerisnya. Ia kemudian menerjang dengan ganas. Punggawa Tuan yang tidak memiliki senjata, melayani serangan lawan dengan tangan kosong. Ia mengeluarkan jurus "Kesemut" sebuah jurus yang hanya berisi langkah-langkah kaki. Lagi-lagi jurus langkah ajaib itu membuat bingung Pangeran Sekar Tanjung. Meskipun memegang senjata di tangannya, namun lawan yang dihadapinya ini adalah orang kepercayaan Raden Arya Mataram. Ia adalah prajurit pilih tanding yang pernah dilatih langsung oleh Arya Penangsang dan Sunan Kudus.

Lima puluh jurus berlalu, Pangeran Sekar Tanjung kelihatan mulai keteter. Lawan terus berhasil mendesak tubuhnya hingga arena pertarungan bergeser lima langkah ke belakang. Akhirnya pangeran muda yang masih berdarah panas itu melompat mundur. Ia mengambil nafas dan memasang kuda-kuda. Kelihatannya ia akan mengeluarkan jurus pukulan yang sama seperti yang digunakan untuk merobohkan Bujang Jawa.

Ya, Pangeran Sekar Tanjung tengah mempersiapkan jurus Glagah Maruta. Seketika hawa di sekitar lokasi pertarungan berubah panas. Uap panas itu dirasakan juga oleh Raden Haryo Balewot, Soka Lulung, si Tua Buta Agam dan Bujang Jawa.

Bujang Jawa yang sudah siuman terlihat cemas. Wajahnya berubah menegang. Ia belum tahu kepandaian Punggawa Tuan sampai di tingkat mana. Jika ia saja yang sudah menguasai hingga jurus ketiga Sangkan Paraning Dumadi dibuat roboh oleh jurus itu, bagaimana dengan nasib Punggawa Tuan?

Orang yang dikhawatirkan nampak tenang-tenang saja. Punggawa Tuan menarik tangan kanannya ke arah dada. Tanggan kanannya mengepal sedangkan tangan kirinya digesernya di depan dengan jari terbuka. Lagi, Punggawa Tuan bersiap menyambut serangan lawan dengan jurus anehnya jurus Kijang Panolan. Jurus itu adalah jurus pertahanan, yang berfungsi mengelakkan serangan lawan. Kehebatan jurus tersebut selain membuat tubuh Punggawa Tuan lentur seperti karet, juga berfungsi untuk mengukur seberapa besar tenaga dalam lawan.

Kelihatannya, Punggawa Tuan belum berani langsung beradu tenaga dengan Pangeran Sekar Tanjung. Bujang Jawa mahfum pastilah temannya itu agak jeri karena melihat ia roboh dihantam tenaga panas jurus Glagah Maruta.

"Ciaaat, yak!" Teriakan Pangeran Sekar Tanjung membahana di udara. Punggawa Tuan meladeni pukulan itu dengan jurus melarnya. Benar saja pukulan dahsyat itu meleset menghantam pohon Randu yang berada di belakang. Seketika batang pohon itu roboh dan kulit pohon terlihat hitam gosong. Luar biasa dahsyatnya jurus Pangeran pewaris tahta keraton Tuban itu. Punggawa Tuan jeri. Ia sudah menakar kekuatan tenaga lawannya ini tak sepadan dengan tenaga dalam miliknya. Jurus Kijang Panolan ini hanya akan efektif tiga kali saja digunakan. Setelah itu tentu saja lawan akan dapat menebak arah langkahnya.

Meleset pada pukulan pertama, Pangeran Sekar Tanjung sudah bersiap melepas pukulan kedua. Kali ini ia tidak membutuhkan konsentrasi lama. Tangannya bersidekap di depan dada dan tubuhnya doyong ke depan melepaskan pukulan maut. Lagi, untuk yang kedua Punggawa Tuan dapat menghindarkan pukulan maut itu. Namun ia tak yakin kali yang ketiga, dirinya dapat kembali menghindar.

"Hai prajurit Djipang yang mengaku gagah, jangan engkau menghindar terus. Hadapi pukulanku, jangan seperti banci!" Pangeran Sekar Tanjung berbalik di atas angin. Kali ini ia yang melontarkan ejekan.

Belum sempat Punggawa Tuan membalas ejekan lawan, dilihatnya Pangeran Sekar Tanjung sudah bersiap melepaskan pukulan yang ketiga. Tidak ada habisnya tenaga pangeran pewaris tahta Tuban itu. Keringat dingin langsung membasahi tubuh Punggawa Tuan. Akhirnya ia terpaksa harus meladeni pukulan maut Glagah Maruta.

"Plak dar!" Suara kencang itu berasal dari beradunya dua tenaga besar. Sebelum pukulan maut Pangeran Sekar Tanjung beradu dengan pukulan Punggawa Tuan, sesosok bayangan berkelebat menyambut pukulan Glagah Maruta.

(Bersambung)