Chereads / Benua Pertarungan 3: Legenda Raja Naga / Chapter 7 - Bab 6 Bawa dia pulang

Chapter 7 - Bab 6 Bawa dia pulang

"Na'er? Nama yang enak didengar, suara kamu juga bagus." 

Na er menundukan kepalanya dan tidak mengatakan apa apa lagi.

"Bagaimana ayah dan ibumu? Keluargamu ada dimana?" Tanya Tang Wulin.

Na'er menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Krukk.. Krukk..!" tiba-tiba suara aneh itu terdengar tidak harmonis.

Tang Wulin dengan segera menundukkan kepalanya, melihat perutnya sendiri, tapi dengan cepat ia sadar, suara itu bukan berasal dari dirinya. Walaupun wajah kecil Na'er itu kotor, tapi masih bisa terlihat pipinya memerah.

"Kamu lapar? Jika kamu tidak bisa menemukan ayah dan ibumu, aku akan bawa kamu ke rumah ku. Makanan yang dimasak ibuku sangat enak!" Tang Wulin berbicara sambil menarik tangan Na'er, dan kemudian berjalan ke arah rumahnya.

Na'er mendongakkan kepalanya, melihat ke arah Tang Wulin, dari arahnya, ia hanya bisa melihat sisi wajahnya Tang Wulin. Kontur wajahnya berwarna merah muda, karena baru saja berselisih dengan pemuda-pemuda tadi, wajahnya diselimuti oleh warna merah, mata besarnya yang berwarna hitam, bulu matanya panjang, dan juga pandangannya, dia tidak bisa tidak merasa bingung

"Ibu, aku kembali!" masih belum masuk pintu, Tang Wulin sudah berteriak dari depan.

"Kamu ini, nak, kecilkan suaranya, jangan mengganggu tetangga." suara Langyue sedikit mengomel, ia juga membukakan pintu.

"Bagaimana sekolah hari ini? Kenapa badanmu berantakan begini?" Langyue melihat kotoran di tubuh anaknya, ia tidak bisa tidak mengerutkan keningnya, kemudian ia baru melihat tangan Tang Wulin sedang memegang Na'er.

"Ibu, aku melihat orang jahat." Tang Wulin menceritakan kejadian yang baru saja dia alami dengan jelas.

Setelah mendengar perkataannya, raut wajah Langyue berubah drastis, dia menarik tangan Tang wulin masuk ke dalam rumah, Na'er tertarik oleh Tang Wulin, tidak sengaja juga ikut masuk kedalam rumah.

"Kamu ini, Nak. apa kamu tidak tahu itu sangat berbahaya? Bagaimana kamu bisa….." nafas Langyue jelas begitu cepat, dia sangat mengerti kelakuan pemuda-pemuda di jalan area sipil.

Tang Wulin menentang dan berkata: "Tapi ayah bilang, anak laki-laki itu harus berani, harus berani melawan orang jahat."

"Kamu…." Langyue melihat kegigihan di mata besar anaknya itu. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Apakah dia melakukan kesalahan? Tentu saja tidak. Apa yang dilakukannya itu benar, namun sebagai seorang ibu, ia sangat khawatir mengenai keselamatan anaknya.

Tang Wulin mendekati ibunya dengan tersenyum dan memeluk kaki ibunya, "Ibu, jangan marah ya. Na'er lapar, masakkan untuk kami makanan yang enak boleh?"

 Langyue benar-benar tidak marah kepada anak pintar dan imut ini, ia menggelengkan kepalanya tanpa daya, kemudian ia berjongkok dan menatap Na'er yang belum pernah membuka mulutnya. "Teman kecil, nama kamu Na'er ya? Dimana ayah dan ibumu?"

Seperti sebelumnya, Na'er hanya menggelengkan kepalanya, tetapi tidak mengatakan sepatah katapun.

Ibu yang baik hati dapat mengajari anaknya yang baik, Langyue berkata: "kalau begitu baiklah, melihat tubuh kalian berdua yang kotor, pertama-tama mandi dulu dan ganti pakaian."

Anak berumur lima enam tahun, tidak terlalu terlihat perbedaan antara perempuan atau laki-laki, Langyue menarik kedua anak itu seperti menarik monyet kecil berlumpur, kemudian ia memandikannya.

Ketika Tang Wulin bertanya kepada ibunya, mengapa Na'er dengan dirinya berbeda, Langyue hanya tersenyum dan tidak menjawab. Tetapi Na'er mengumpat malu dibelakang Langyue.

"Wow, Na'er kamu cantik sekali!" Tang wulin duduk di samping meja makan, kedua tangannya menopang dagunya, ia melihat Na'er yang duduk disampingnya, Na'er yang sedang mengenakan pakaiannya.

Tang Wulin lebih tinggi dari Na'er, tinggi Na'er setinggi setengah kepalanya, baju Tang Wulin yang dikenakan Na'er terlihat sedikit kebesaran. Tapi, ini tidak mempengaruhi kecantikan Na'er.

Kulit Na'er lebih cerah daripada Tang Wulin, dan kulitnya sangat lembut seakan dapat memeras air dengan kelembutannya itu. Karena baru saja selesai mandi, tubuhnya mengeluarkan aroma alami yang menyegarkan, dan riasannya seperti boneka porselen dari permata giok.

Na'er menatap Tang Wulin, tapi seperti sebelumnya ia masih tidak berkata apa-apa, dia sepertinya tidak suka berbicara

saat ini belum waktunya makan malam, Langyue memberikan dua buah biskuit dan dua gelas susu kepada dua anak yang kelaparan.

Jangan lihat Na'er yang tidak suka berbicara, dia makan dengan sangat cepat, cepat, dalam waktu sekejap, ia telah menghabiskan kedua buah biskuit dan kedua gelas susunya.

Meskipun Tang Wulin juga lapar, tapi jelas ia lebih penasaran tentang Na'er daripada lapar, ketika Na'er menatap biskuitnya dengan tidak sadar, dia baru sadar kalau Na'er telah memakan biskuitnya.

"Untukmu." Tang Wulin menyodorkan biskuitnya ke hadapan Na'er.

Na'er menatap Tang Wulin, tetapi ia menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, kamu makan saja. Siang tadi aku makan sangat banyak." Tang Wulin berkata sambil tersenyum.

Na'er ragu-ragu, tetapi jelas bahwa godaan biskuit itu cukup besar baginya, dan pada akhirnya dia memakannya lagi.

Langyue duduk menghampiri, "Na'er, apa kamu tahu kamu itu berasal dari mana? Atau keluarga kamu tinggal dimana?"

Na'er menggeleng-gelengkan kepalanya.

Langyue bertanya lagi, "kalau begitu apakah kamu tahu detail kontak keluarga kamu? Apapun itu."

Na'er hanya menggelengkan kepala

Langyue berkata: "Kalau begitu, umur kamu berapa?"

Na'er akhirnya membuka mulut : "Lima tahun setengah."

"Wah.. kalau begitu aku abang. Aku lebih tua dari kamu, aku umur enam tahun." Tang Wulin berkata sambil melompat.

Langyue menatapnya dengan marah, "Ibu akan membawanya ke tempat administasi untuk memeriksa dan menemukan keluarga Na'er. Kamu dirumah baik-baik, dengar tidak?"

"Iya." Tang Wulin menganggukan kepalanya dengan pintar, tapi ia melihat Na'er, entah kenapa, dalam hatinya sedikit tidak nyaman. Mungkin karena ia terlalu cantik.

Langyue membawa Na'er keluar pintu, Na'er masih sangat jarang bicara, tapi ia pergi dengan Langyue.

Tang Wulin kembali ke kamarnya, dia memikirkan kembali pelajaran yang diajari gurunya hari ini, dan dia memutuskan untuk mencoba meditasi.

Ia duduk bersila, berkonsentrasi. Meditasi dimulai dengan ketenangan, merasakan tubuhnya sendiri. Ini adalah langkah pertamanya.

Awalnya tidak ada pikiran yang mengganggu pikiran Tang Wulin, dengan segera semua orang menjadi tenang. Ia dengan sadar merasakan Jiwa Petarung rumput biru peraknya, merasakan Energi Jiwa yang tidak kuat namun tetap ada. Pada awal meditasi. Dengan melakukan langkah-langkah ini saja sudah cukup. Pertama-tama merasakan Jiwa Petarung dan Energi Jiwa-nya sendiri, kemudian biarkan jiwanya berhubungan dekat dengan perlindungan mereka. Jika langkah ini dilakukan dengan baik, baru bisa melanjutkan meditasi yang sebenarnya.

Dalam pikirannya, rumput biru perak itu berayun-ayun dengan lembut, Tang Wulin tiba-tiba merasa seperti ada sesuatu yang datang dari dunia rumput biru perak. 

Rumput biru perak itu sangat lemah tetapi kuat, satu tahun satu kemuliaan, angin musim semi berhembus lagi.