Chereads / Benua Pertarungan 3: Legenda Raja Naga / Chapter 9 - Bab 8 Belajar menempa?

Chapter 9 - Bab 8 Belajar menempa?

"Tunggu" kata Tang Ziran kepada Tang Wulin

"Ada apa ayah?"

Tang Ziran menepuk kursi disampingnya, "Sini, duduk, ada hal yang ingin ayah diskusikan."

"Iya." Tang Wulin duduk disamping ayahnya, ada keraguan di wajahnya.

Tang Ziran berkata : "Nak, kamu memilih untuk menjadi ahli jiwa, ayah mendukungmu. Tapi, ayah pernah bilang akan ada banyak kesulitan yang akan kamu hadapi, kesulitan ini bukan hanya dalam belajar, tetapi juga di dalam keluarga kita.

"Ahli jiwa membutuhkan latihan untuk mencapai level sepuluh, dan untuk itu memerlukan cincin jiwa. Dahulu kala, cincin jiwa dapat diperoleh melalui memburu binatang jiwa. Tetapi setelah penelitian selama puluhan ribu tahun, bahwa Jelmaan Jiwa lebih menguntungkan daripada cincin jiwa, Jelmaan Jiwa di atas dengan tingkat yang sangat tinggi juga dapat memiliki potensi pertumbuhan, dan dapat diproduksi oleh manusia sampai batas tertentu. Jelmaan Jiwa itu setara dengan keberadaan spiritual jiwa binatang, Jelmaan Jiwa dengan tingkatan yang berbeda dapat memberikan satu atau lebih cincin jiwa untuk ahli jiwa, tetapi kita orang biasa, hanya memiliki satu cara untuk mendapatkan Jelmaan Jiwa, yaitu membelinya dari menara jiwa.

"Ayah tidak memiliki kemampuan apapun, gajinya pun sedikit. Untuk memberi makan keluarga kita masih bisa, sekarang tambah lagi ada Na'er, kau juga lihat, nafsu makan kalian berdua itu tidak sedikit. Jadi, ketika energi jiwa kamu sudah dilatih sampai tingkat sepuluh, ayah sulit menabung untuk membelikanmu sebuah Penjelmaan Jiwa acak paling rendah."

"Ada dua cara untuk mendapatkan Penjelmaan Jiwa dari menara jiwa, yang pertama yaitu untuk siswa yang memiliki jiwa petarung yang sangat hebat dan yang dilatih dengan sangat cepat, mereka itu akan mendapatkan Penjelmaan Jiwa secara gratis. Tapi sepertinya, rumput perak birumu tidak akan mendapat peluang gratis ini. Jadi, hanya ada cara kedua untuk membelinya."

Tang Wulin mendengarkan perkataan ayahnya, sekali-kali ia memalingkan pandangannya, dia benar-benar tidak pernah memikirkan hal ini, benar! Ahli jiwa harus memiliki cincin jiwa, cincin jiwa ini bisa dibawa langsung oleh jiwa binatang, atau dapat diperoleh dengan Penjelmaan Jiwa. Sekarang binatang itu sangat langka, dan terlalu sulit untuk mendapatkannya. Maka hanya bisa dengan cara membeli Penjelmaan Jiwa.

Seorang anak berumur enam tahun, pikirannya terhadap uang sangat lemah. Namun, kenyataan sebenarnya sudah ada didepannya.

"Ayah, kalau begitu apa yang harus kulakukan?"'

Tang Ziran tersenyum pahit dan berkata: "kemampuan ayah hanyalah ini, ayah bekerja keras selama beberapa tahun ini, mengumpulkan uang untuk membantumu. Tapi, kau juga harus bekerja keras. Apa kau masih ingat pamanmu Mangtian?"

"Ingat! Bukankah dulu dia pernah ke rumah kita?" dalam pikiran Tang Wulin menunjukkan gambar seorang pria paruh baya dengan penampilan agak garang dan sosok tinggi."

Tang Ziran berkata: "Paman Mangtian-mu itu adalah seorang pandai besi yang hebat. Ayah berbicara kepadanya tentang kondisi keluarga kita, dia berkata dia bisa memberikanmu magang. Dua jam setiap hari, belajar tiga bulan pertama, jika kamu bisa menempa sesuatu yang sederhana, maka kamu bisa mendapatkan sedikit uang."

Mata Tang Wulin berbinar, "Aku mau ayah, kapan aku bisa memulainya?"

Tang Ziran menatap anaknya dengan makna yang dalam dan berkata : "Menempa itu adalah sesuatu yang sulit, apa kau benar-benar bisa melakukan itu?

Tang Wulin menganggukan kepalanya dan berkata : "Aku bisa! Aku akan menabung sendiri untuk membeli Penjelmaan Jiwa."

Tang Ziran tersenyum, "Baiklah, kalau begitu kau cobalah, kalau kau merasa tidak kuat, kita tidak akan pergi."

"Baik. Ayah, kalau begitu akan pergi bermeditasi."

Tang Wulin kembali ke kamarnya, tapi setetes air menetes di bahu Tang Ziran. Tang Ziran menoleh ke belakang dan melihat istrinya yang menangis.

"Wulin masih begitu kecil, kenapa kau melakukan itu? Kita harus menghemat uang untuk membantunya membeli Penjelmaan Jiwa." Langyue terisak, ia tidak pernah melawan maksud suaminya, tapi kali ini….

Tang Ziran menghela napas pelan, "Terlalu sulit untuk Jiwa Petarung rumput perak biru menjadi ahli jiwa, menempa itu adalah sebuah kerajinan tangan. Wulin memang masih kecil, tapi anak ini kuat. Menempa itu tidak hanya mampu menempa logam, tetapi juga proses penempaannya. Jika dia benar-benar bisa bertahan, dia tidak hanya bisa menghasilkan uang, tetapi juga, ia dapat melatih karakternya, yang bermanfaat baginya dan tidak merugikannya, kau juga tahu keadaan kita, aku takut suatu hari, kita….., tentu saja, akan lebih baik jika Wulin dapat diterima oleh Mangtian. Tingkat pekerjaannya lebih tinggi daripada aku"

Pagi keesokan harinya, setelah ia berpamitan kepada ibunya dan dan Na'er, Tang Wulin pergi ke sekolah dengan semangat.

Bermeditasi semalaman membuat ia semakin lama semakin dekat dengan jiwa petarung rumput perak biru, sehingga ia merasa ada semacam perasaan dekat dengan rumput perak biru.

Kelas ahli jiwa tidak setiap hari mempelajari ilmu ahli jiwa, tetapi, satu hari belajar ilmu jiwa, satu hari kelas budaya. Dan hari ini giliran kelas budaya.

Tang Wulin sangat pandai, mendengar dan berbicara dengan serius, ia mendapat pujian dari gurunya di kelas budaya.

"Ibu, kenapa ibu datang menjemputku? Dimana Na'er?" ia meninggalkan sekolah dan keluar pintu gerbang, Tang Wulin langsung melihat Langyue.

Mata Langyue menunjukkan sedikit kesedihan, ia berjalan dengan cepat dan menggendong anaknya.

"Bu, cepat turunkan aku, aku sudah besar, sangat memalukan untuk dilihat teman-temanku!"

Langyue tertawa, "sebesar apapun tetap saja kau anakku. Ibu disini akan mengirimmu ke paman Mangtian. Apa kau benar-benar ingin belajar menempa?"

Tang Wulin menganggukan kepalanya dan berkata: "Iya! Ayah pernah bilang bahwa laki-laki itu harus mandiri, aku mau menghasilkan uang sendiri untuk membeli Penjelmaan Jiwa."

Langyue menurunkan anaknya, kemudian ia berlutut di depannya dan berkata: "Nak, jika kamu tidak bisa bertahan, jangan memaksakan diri, ini sangat tidak mungkin, ibu juga akan mencari pekerjaan dan membantumu mengumpulkan uang untuk membeli Penjelmaan Jiwa."

"Jangan, aku akan menabung sendiri." kata Tang Wulin sangat tegas.

Langyue menahan agar air matanya tidak jatuh, ia mencium wajah anaknya, "Baiklah, kalau begitu kita jalan."

Kota Aolai itu tidak besar, juga tidak perlu untuk naik alat transportasi apapun, Langyue membawa Tang Wulin berjalan selama dua puluh menit lebih, dan kemudian sampailah di depan pintu sebuah rumah yang tidak besar.

Bagian luar rumah terlihat agak kumuh dan tua, terdapat papan yang bertuliskan "Tempat kerja Mangtian"

Baru sampai ke pintu masuk, sudah ada batu logam.

Langyue menekan bel pintu, tidak lama kemudian, pintu terbuka, keluarlah seorang pria paruh baya dari dalam.

Pria paruh baya itu bertubuh tinggi dan kulitnya berwarna gelap, wajahnya berjanggut dan terlihat garang.

"Kemarilah adik kecil." suaranya rendah dan kuat, ia mendengar seperti ada suara mendengung di telinganya. 

"Paman Mangtian. " dia membungkuk sopan kepada pamannya yang pernah beberapa kali ia lihat. 

"Mm.. " Mangtian mengangguk tanpa ekspresi, kemudian berkata kepada Langyue: "Adik pulang saja dulu, Dua jam kemudian untuk menjemputnya. "

"Kak Mangtian, maaf merepotkanmu. " Langyue merasa sedikit berat melihat anaknya dan ingin mengatakan sesuatu, ia menggertakan giginya dan pergi kembali.