Chereads / Benua Pertarungan 3: Legenda Raja Naga / Chapter 11 - Bab 10 Nanti Aku Yang Akan Melindungimu

Chapter 11 - Bab 10 Nanti Aku Yang Akan Melindungimu

"Bakat Alami" kata ini adalah untuk orang-orang dari berbagai usia dan ukuran angka alami yang berbeda pula. 

Seorang anak berumur enam tahun mampu mengayunkan sepasang palu besi sampai seribu kali pukulan, jelas kata ini pantas. 

Namun, Mangtian tidak berhenti berteriak, ia hanya diam di sampingnya dan melihat Tang Wulin melanjutkan memukul.

Gerakannya langsung dan kuat, tetapi ia tidak memiliki keterampilan untuk membongkar dan mengubah kekuatan. Kekuatan getaran palu tidak diragukan lagi 

lima puluh kali, delapan puluh kali, seratus kali. 

Keringatnya kembali mengalir, Bahkan rasa sakitnya lebih kuat daripada sebelumnya, kedua tangannya panas seperti terbakar, bahkan karena berlebihan, kulit kepalanya sedikit bengkak. Tetapi Tang Wulin tetap mengepalkan giginya dan terus memalu.

Seratus lima puluh pukulan, tubuhnya mulai bergetar, lengannya mati rasa, pandangannya juga kabur, tetapi ia masih terus melanjutkannya. 

Aku bisa bertahan, Aku dapat melalui tes ini. Aku adalah seorang laki-laki, kegigihan adalah kemenangan. 

Ketika Mangtian menyuruhnya berhenti, Tang Wulin sendiri tidak tahu berapa banyak pukulan yang ia ayunkan, kalau Mangtian tidak menolongnya, dia akan langsung jatuh ke tanah. 

Setelah mengambil palu di tangannya, Mangtian melihat dengan jelas bahwa kulit kedua telapak tangan Tang Wulin memar oleh kekuatan getaran dari pegangan palu, dan lengannya bengkak. 

Seorang pandai besi yang kuat dan garang ini akhirnya dipindahkan, bukan hanya karena Bakat Alami Tang Wulin, tetapi juga karena kegigihannya ini. 

Kekuatan masih bisa dilatih nanti, tetapi kegigihan yang kuat muncul pada anak berumur enam tahun ini, dan ini terlalu berharga. 

"Kalian telah membesarkan anak yang baik, dan aku telah menerima anak ini. Nanti datanglah setiap hari pada jam segini. Pulang dan rawatlah tangannya." ketika Langyue menjemput Tang Wulin, ia melihat mata Mangtian yang penuh kelembutan, ia juga memberikan sebotol obat salap. 

Setelah Tang Wulin beristirahat selama satu jam, vitalitasnya telah kembali pulih, hanya saja lengannya sakit dan ia tidak bisa mengangkat tangannya. 

Dalam benaknya masih terus berbisik tentang penjelasan Mangtian mengenai menempa. 

"Apa itu penempaan? Penempaan dan Pengecoran itu sangat berbeda. Pengecoran hanya membutuhkan sebuah cetakan, cetakan adalah mesin untuk menekan logam ke dalam bentuk yang diinginkan sesuai dengan alat abrasif mesin. Namun, penempaan membutuhkan seorang pandai besi untuk memukul dan membentuknya. Penempaan juga tentu saja bisa menggunakan sebuah mesin untuk menyelesaikan pukulannya, tetapi, logam juga hidup, mesin penempaan tidak selalu bisa benar-benar memahami lapisan logam. Sehingga, bagian-bagian baju besi mesin semuanya ditempa secara manual oleh para pandai besi. Pandai besi yang baik adalah pengrajin sebenarnya, memiliki posisi yang tidak kalah dengan ahli jiwa."

Menjadi Ahli jiwa dan insinyur adalah impian anak laki-laki ini.

"Aah.." Tang Wulin menjerit karena Langyue menarik tangannya.

Langyue baru menemukan luka di tangan anaknya.

"Astaga! Dia, dia melakukan apa padamu?" air matanya keluar dari matanya sesegera mungkin, dia tidak pernah membayangkan bahwa hanya bekerja selama dua jam bisa menyebabkan penderitaan yang begitu besar pada anaknya itu.

Tang Wulin menggelengkan kepalanya dan berkata: "Tidak melakukan apa-apa! Paman Mangtian berkata ia ingin mengujiku, aku memenuhi syarat, Ibu, apakah aku hebat? Ibu jangan menangis! Aku tidak sakit."

"Ayo pulang." Langyue mengusap air matanya, matanya penuh penyesalan. 

"Ibu, aku benar-benar tidak apa-apa. Aku senang sekali karena telah melewati ujian paman Mangtian, apa ibu tidak senang untukku? Ini seperti rasa pencapaian yang dikatakan ayah."

"Senang, ibu senang." Langyue mengusap-usap kepala anaknya, matanya dipenuhi air mata lagi.

Sesampainya di rumah, begitu Tang Wulin memasuki pintu ia melihat Na'er yang sedang duduk di samping meja, ia langsung berlari lompat menghampirinya. Langyue masuk ke dapur dan memasak untuk makan malam.

"Na'er, apa kamu tahu? Hari ini aku melewati tes, aku bisa memulai belajar menempa dengannya. Tunggu kakak mengumpulkan uang dari menempa, uang itu bisa di gunakan untuk membeli jelmaan jiwa, bisa untuk membelikanmu makanan yang enak…." watak anak, dia telah benar-benar melupakan rasa sakit di tangannya, ia menjelaskan rasa pencapaiannya yang istimewa kepada Na'er.

Na'er mendengarkan dengan sangat serius, tetapi sesekali ia melirik sekilas.

"Na'er, apa kamu benar-benar tidak ingat dimana rumahmu? Tang Wulin bertanya tanpa sadar setelah ia selesai berbicara tentang tesnya.

Na'er menggelengkan kepalanya, "Aku benar-benar tidak ingat, aku hanya ingat namaku Na'er, dan yang lainnya tidak jelas. Kakak Lin, apakah aku bodoh?"

Tang Wulin dengan cepat berkata: "Tidak, tentu saja Na'er tidak bodoh. Tidak apa-apa tidak ingat, lagipula ini sudah menjadi rumahmu, ayah dan ibuku adalah ayah ibumu juga, kamu adalah adikku."

Na'er memandanginya, wajahnya perlahan-lahan menunjukkan senyum yang manis, senyum ini adalah senyuman pertamanya setelah ia datang kesini.

"Wah.. Na'er, senyummu sangat cantik. Biar ku beri tahu, kakak bisa berlatih dengan gigih untuk menjadi ahli jiwa, kelak aku akan melindungimu, oke?"

"Iya."

Ketika Tang Ziran kembali, makan malah telah siap.

"Ziran, ikut aku sebentar, anak-anak makanlah dulu." Langyue melihat Tang Ziran dengan tenang, lalu mereka berjalan ke kamar mereka.

Tang Ziran tertegun melihat ke arah anaknya, ia memberikan tatapan ingin tahu, Tang Wulin mengangkat bahunya, memberi isyarat bahwa ia tidak tahu ada apa dengan ibunya.

Tang Ziran bergegas masuk kamar dengan Langyue, Langyue menutup pintu kamarnya.

"Na'er, kita makan saja dulu. Kamu sudah lapar kan." mengingat jumlah makanan ringan kini untuk berdua, hari ini Langyue telah memasak banyak makanan.

Terhadap makanan, Na'er tidak bisa menolak, ia langsung mengangguk dan mulai menyerbu makanan.

Ia baru saja makan sebentar, tetapi ia menemukan Tang Wulin yang duduk disampingnya tidak seperti kemarin, ketika dia menatap Tang Wulin, ia menemukan wajahnya yang penuh khawatir dan rasa sakit.

"Apa yang terjadi dengan Kakak?" Tanya Na'er tegas.

"Setelah aku tes, tanganku sakit sekali, aku tidak bisa mengangkatnya." akhir-akhir ini Tang Wulin sangat sering merasa lapar, apalagi bekerja dengan intensitas yang tinggi setelah sekolah, sehingga keinginan untuk makannya bisa dibayangkan.

Na'er mengedipkan matanya dan bekata: "kalau begitu aku akan menyuapimu."

"Baik! Baiklah!" Tang Wulin sangat senang.

Gerakannya Na'er sedikit tersentak-sentak, juga sedikit canggung, satu sendok nasi, satu sendok lauk, menyuapini Tang Wulin dengan bergantian.

Dua anak, satu berumur enam tahun, satunya berumur lima tahun setengah, kelembutan dan kehangatan yang dibawa oleh anak-anak ini, keluarga kecil seperti ini, kelihatannya sangat bahagia.

"Na'er, kamu benar-benar baik."