Chereads / Benua Pertarungan 3: Legenda Raja Naga / Chapter 10 - Bab 9 Memiliki Bakat yang Luar Biasa

Chapter 10 - Bab 9 Memiliki Bakat yang Luar Biasa

"Masuklah. " Kata Mangtian kepada Tang Wulin. 

"Iya. "

Tang Wulin bersama Mangtian masuk ke ruang kerja, aula ruang kerja sangat berantakan, bagian logam ada dimana-mana, Tang Wulin hampir tidak bisa mengenali bagian-bagian ini, dan banyak dari mereka yang seharusnya adalah bagian yang benar dari mesin pemandu jiwa.

Mangtian tidak berhenti dan terus berjalan ke dalam, ia juga bergegas mengikuti.

Fasad ini tidak besar, tetapi ruang di dalamnya besar, melalui koridor Mangtian membawa Tang Wulin ke sebuah kamar.

Terdapat sebuah meja kerja di dalam kamar, meja itu masih belum cukup untuk ketinggian tubuh Tang Wulin sekarang.

Mangtian menghentikan langkahnya, kemudian berbalik dan melihat Tang Wulin, berkata: "Apa kamu tahu apa itu menempa?"

Tang Wulin menggelengkan kepalanya dengan rasa putus asa.

Mangtian berkata dengan ringan: "Sebenarnya, aku tidak ingin menerimamu, umurmu masih terlalu kecil, tidak pantas untuk menempa. Tetapi ayahmu bersikeras agar kamu mencoba, kalau setelah kamu coba dan merasa tidak nyaman, maka kamu bisa pergi dari sini, tapi kamu disini jangan cengeng, mengerti?"

"Aku tidak akan menangis, Paman Mangtian." Kata Tang Wulin memprotes.

Mangtian berkata: "Ini adalah tugasmu hari ini." dia menunjuk ke sebelahnya.

Di atas tanah, terdapat sebuah meja logam tingginya sekitar setengah meter, dan diatasnya terdapat sebuah balok logam bundar. Dibawahnya terdapat layar pemandu jiwa.

Mangtian mengambil dua palu logam kecil dari sampingnya, dan kemudian memberikannya kepada Tang Wulin, "Kamu lihat balok logam bundar itu kan? Gunakan sepasang palu ini untuk memukulnya seribu kali, masing-masing dipukul sebanyak lima ratus kali. Hanya dengan kekuatan yang cukup maka penghitungnya baru akan menghitung. Ini tentang kekuatan yang kau butuhkan untuk mengangkat palu dan memukulnya lagi. Jika sudah selesai, aku akan memberitahukan kepadamu apa itu menempa, jika tidak selesai, besok kau tidak perlu datang."

Setelah selesai bicara, dia meletakkan sepasang palu logam itu ke tangan Tang Wulin, kemudian berbalik dan pergi.

Gagang palu logam memiliki panjang sekitar satu kaki, dan kepala palu seperti berbentuk silindris. Panjangnya setengah kaki, dan memiliki diameter sekitar sepuluh sentimeter. Berat masing-masing pegangan sekitar sepuluh jin atau lima kilogram. Ini bukan berat yang ringan untuk anak berusia enam tahun. Belum lagi harus mengayunkan palu untuk memukulnya.

Ketika Tang Wulin melihat palu, wajahnya pahit, tetapi setelah dia menerima sepasang palu ini dari Mangtian, ia terkejut menemukan bahwa sepasang palu itu tidak seberat yang ia kira.

Apa itu tidak berisi? Paman Mangtian terlihat galak, tetapi sebenarnya ia sangat baik.

Wajah Tang Wulin menunjukkan sebuah senyuman yang berarti saya mengerti, kemudian ia memukul balok logam bundar dengan palu di tangan kanannya.

"Bung!" suara raungan logam itu membuat ia takut. Layar pemandu jiwa di sisi bawah itu seperti diaktifkan. Ketika layarnya menyala, keluarlah sebuah nomor satu."

Tangan kirinya mengayunkan palu, dan kemudian jatuh, "Bung!"

Dua. 

Tampaknya juga tidak terlalu sulit! Kedua tangan Tang Wulin mengayunkan palu dan mulai membanting. 

"Bung, bung, bung, bung, bung, bung!" pukulan keras yang terus menerus membuat angka di layar tidak berhenti melompat. Palu itu terlihat tidak terlalu berat, setidaknya Tang Wulin tidak merasakan beban yang terlalu berat. Sepasang palu itu terus memukul tanpa henti, dan angka di bawahnya terus bertambah.

Ketika ia telah memukul sampai seratus kali, tubuhnya sudah mulai mengeluarkan keringat, setelah tiga ratus, di kedua tangannya sudah mulai muncul perasaan sakit.

Harus gigih, ayah bilang, kegigihan adalah kesuksesan!  

Dengan rasa sakit, Tang Wulin terus mengayunkan sepasang palu itu.

Setelah 500 kali, rasa sakit berubah menjadi nyeri, tetapi ia masih terus bekerja keras, ia tidak membiarkan dirinya berhenti.

Rasa sakitnya itu semakin lama semakin parah, lengan Tang Wulin sudah mulai memerah, tetapi ia masih terus bersikeras.

Ia terus mengatakan kepada dirinya sendiri, aku harus terus giat belajar menempa, sehingga aku bisa menabung untuk membeli jelmaan jiwa. Membuat ibu dan ayah senang, dan juga bisa melindungi Na'er.

Setelah 700 kali, kedua lengannya terasa sudah tidak bisa terangkat lagi, dan kecepatan mengayunkan palunya juga berkurang secara signifikan.

Tetapi ia masih terus gigih, keringat mengalir seperti cairan yang kental, seragam sekolahnya telah menempel dengan tubuh, keringat terus-menerus menetes. Tetapi pada waktu ini juga, Tang Wulin tiba-tiba merasa mati rasa di tulang belakangnya, dan seluruh tubuhnya bergetar seperti tersengat listrik, rasa sakitnya sedikit melemah. Palu yang sudah terasa berat di tangannya juga menjadi lebih ringan.

"Bung, bung, bung!" melanjutkan memukul, tiga ratus berikutnya seperti tidak begitu berat lagi.

"Seribu!" angka itu akhirnya melompat ke posisi yang diminta oleh Mangtian. Tang Wulin meletakkan sepasang palu itu, mulutnya terengah-engah. Ia sendiri dapat merasakan bahwa rasa sakit di tangannya tidak dapat dijelaskan, rasa sakit pada tangannya itu tidak seperti miliknya. Selain itu, ada rasa yang halus, Mati rasa dari tulang belakang menyebar ke leher tulang belakang, mengalir bolak-balik, ikatan yang tidak bisa dikatakan.

Yang tidak bisa ia lihat sendiri adalah garis emas pucat yang tertinggal di punggungnya dengan jelas.

Setelah lima menit, ia baru merasa lega.

"Paman Mangtian, aku sudah selesai." Tang Wulin mencarinya sangat lama, kemudian ia menemukan Mangtian yang sedang duduk disebuah ruangan dan sedang membolak-balikan komponen.

Mangtian melihat jam tangan yang ada di pergelangannya, saat itu baru setengah jam dari waktu ketika ia memberi tugas untuk Tang Wulin.

"Kamu sudah selesai?"

"Iya!" Tang Wulin mengangguk.

Melihat penampilannya yang berkeringat, Mangtian tidak lagi bertanya, dia menyukai berbicara menggunakan fakta. Ia berdiri, ia membawa Tang Wulin ke kamar sebelumnya.

Seribu, angka besar muncul di depan matanya, alat itu dibuat sendiri oleh Mangtian, anak berumur enam tahun tidak bisa curang. Tetapi, hal itu masih tidak bisa dipercaya.

Palu di kedua tangannya, tentu tidak berat untuknya. Tetapi itu tidak kosong, masing-masing pegangan beratnya adalah 5 kilogram. Seorang laki-laki dewasa normal, apabila mengayunkan palu ini sebanyak seribu kali, takutnya tangannya tidak lagi bisa terangkat dengan ringan, juga tidak akan sangat sulit untuk menyelesaikannya dalam waktu setengah jam. Apalagi untuk anak umur enam tahun.

Tes yang diberikan oleh Mangtian ini, pada dasarnya hanyalah semacam cara penolakannya. Hubungannya dengan Tang Ziran sangat baik, tidak baik jika ia menolak secara langsung, tetapi ia benar-benar enggan untuk mengajari seorang anak berumur enam tahun untuk belajar menempa.

Tetapi apa yang ada di hadapannya…..

"Kamu akan memukul lagi untuk menunjukkannya kepadaku, kalau aku tidak katakan berhenti, jangan berhenti." kata Mengtian.

"Baik." Tang Wulin mengambil palu itu lagi, ia beristirahat sejenak, rasa sakit pada lengannya sudah sedikit melemah.

"Bung, bung, bung…." palu itu jatuh, tanpa ada keahlian atau tenaga, itu begitu sederhana, memukul bagian logam dengan langsung.

Dengan pengalaman penempaan Mangtian, hanya dengan melihat ini, ia bisa langsung menetapkan, bahwa kekuatan anak itu cukup untuk mengendalikan palu untuk menyelesaikan pemukulan.

Apakah ini bakat menempa legendaris itu?