Beberapa saat setelah Ryan menutup telponnya, entah kenapa aku merasakan gelisah. Pikiranku tak tenang, sehingga aku pun kemudian memutuskan untuk menghubungi Oka anakku. Alasan kenapa aku memilih untuk menghubunginya dan bukan Heru adalah karena aku tidak ingin Ryan merasa tersinggung nanti.. kalau seandainya ucapannya itu benar, dia memang sedang berada dikantornya saat itu. Aku juga tidak mau mengambil risiko. Maksudku, bisa saja ketika aku menghubungi Heru, Ryan ternyata sedang berada disampingnya. Akhirnya, dengan alasan untuk memastikan apakah kalungku ada di kotak perhiasan di laci kamar, aku pun menyuruh Oka kembali ke apartemen. Kebetulan pada saat itu Oka juga masih belum terlalu jauh meninggalkan apartemen untuk pergi ke sekolahnya. Aku hanya ingin memastikan keberadaan Ryan saat itu dan dia memang tidak membohongiku tadi.
Setibanya Oka di unit kami, masih sambil menelpon denganku
"Iya Ma. Ini Oka udah masuk kedalam.. di laci mananya dikamar? Lemari?" tanya Oka memastikan padaku
Sementara itu didalam kamar, Ryan dan Shina yang panik karena mendengar Oka akan masuk ke dalam, segera bersembunyi didalam lemari pakaian.
"Lemari atau Bufet?" tanya Oka kembali padaku begitu dia memasuki kamar kami.
Dan setelah beberapa saat kemudian,
"Ada Ma. Lengkap ini satu setnya, kalung, gelang, cincin, sama antingnya.. semuanya ada.." Oka menjelasakan
"Ada lagi yang mau dicari?" tanya Oka kembali padaku
Saat itu, aku kemudian berpikir agar Oka bisa memeriksa setiap sudut ruangan diapartemen kami untuk memastikan bahwa Ryan memang benar-benar tidak ada disana bersama dengan Shina. Aku pun menyuruh Oka untuk memeriksa kamar mandi dengan berdalih agar dia tidak menaruh handuk bekas mandinya itu disana, tetapi menjemurnya di ruangan pengering. Tarus juga aku menyuruhnya untuk memastikan bahwa dia telah merapikan kamar tidurnya dengan melipat selimutnya dengan benar. Tidak hanya itu, untuk membuktikan dia melakukan semua tugasnya, aku menyuruhnya untuk melakukan vcall, sembari mengecek disetiap sudut ruangan bahwa Ryan memang benar-benar tidak berada disana. Setelah puas memastikan semua, aku menjadi sedikit tenang. Aku kemudian mengakhiri panggilan telponnya, walaupun aku sempat mendengarkan keluhan dari anakku itu yang menyatakan bahwa gara-gara aku, dia mungkin bisa terlambat pergi ke sekolahnya hari itu.
Sesaat setelah Oka keluar dari apartemennya, Ryan dan Shina akhirnya bisa bebas keluar dari dalam lemari. Mereka berdua terlihat saling menarik nafas panjang, mungkin karena merasa lega kehadirannya itu tidak disadari oleh Oka. Kemudian,
"Kau tahu, kita ini seperti pasangan yang hampir tertangkap basah selingkuh.." ucap Shina pada Ryan menyindir
"Lain kali jangan bawa aku ke apartemenmu lagi, kecuali kau menginginkan hal itu benar-benar terjadi.." ucap Shina menambahkan
"Maafkan aku. Aku hanya panik tadi. Aku tidak mengira bahwa Oka akan kembali lagi kemari. Maksudku ini kan jam-jam dia pergi ke sekolah.." Ryan mencoba menjelaskan
"Tapi sepertinya aku bisa menduga bahwa hal tadi itu disengaja.." ucap Shina tiba-tiba
"Maksudmu?" tanya Ryan tidak mengerti
"Lena, istrimu itu tahu kau ada disini. Dia sengaja menyuruh Oka melakukan ini itu untuk memastikan keberadaanmu disini." jelas Shina kembali
"Tidak mungkin.." ucap Ryan menyangkal
"Biar ku tebak. Pasti sebelum ini dia sempat menelponmu dan membahas soal apartemen kan?" tanya Shina kembali yang membuat Ryan terkejut
"Tidak usah dijawab. Melihat dari ekspresimu itu sepertinya tebakanku itu benar.."
"Sekarang apa yang akan kau lakukan seandainya Lena mengetahui keberadaan kita disini Ryan?"
"Aku tidak mau kejadian di Villa puncak itu terjadi lagi. Dia menamparku nanti atau menjambak rambutku, sama seperti yang dilakukan oleh Mamamu waktu itu.."
"Lena dia tidak akan melakukan tindakan itu padamu. Dia benci kekerasan, jadi dia tidak akan melakukannya.." jawab Ryan
Saat itu tiba-tiba saja Shina mendekat kepada Ryan,
"Aku senang kau berkata seperti itu didepan Mamamu saat kita berada di Villa waktu itu. Walaupun aku tahu kau mungkin tidak berusaha untuk membelaku, hanya sekedar memberi penjelasan saja.. tapi aku benar-benar senang kau melakukannya (lebih membelaku didepan keluargamu).. Mungkin aku belum sempat mengucapkan terima kasih padamu.." lalu Shina pun berjinjit dan mengecup singkat pipi Ryan.
Dan setelah melakukan itu,
"Aku harus pergi sekarang atau Aris akan panik dan mencariku kemari.."
"Tunggu dulu Shina.. Aku harus menjelaskannya sesuatu padamu.."Ryan berusaha menghentikan langkahnya yang hendak keluar menuju pintu
"Nanti.. Nanti setelah Aris berangkat ke kantor. Aku akan menghubungimu kembali dan membahas mengenai hal ini. Tunggu aku sampai aku menghubungi nanti.." dan Shina pun pergi.
Sesaat setelah Shina keluar dari apartemen Ryan dia berhenti sejenak.
"Apa Ryan mulai tertarik lagi padaku? Dia melakukan semua ini.. memberiku hadiah, dan lebih memilih untuk membelaku dihadapan keluarganya.. Tidak biasanya kan dia melakukan hal itu.." ucap Shina sambil melirik pintu unit apartemen Ryan.
Sesaat kemudian dia terlihat menggelengkan kepalanya dan akhirnya masuk kembali ke dalam unitnya.
Sementara Ryan, saat itu dia terlihat diam termenung di unitnya. Mungkin memikirkan mengenai semua hal. Semua hal yang dia lakukan pada Shina belakangan ini dan mempertanyakan kembali mengenai perasaannya itu padanya.
Kalau Lena, tidak peduli sebarapa banyak dan sering aku menyakitinya.. dia selalu mempunyai hati yang lembut dan berusaha untuk memaafkanku kembali. Aku tahu dia sangat mencintaiku dan tidak menginginkan kita untuk berpisah.. tapi Shina, dia telah melalui banyak hal dalam hidupnya. Kondisi psikisnya pun sangat rapuh. Dia juga mempunyai trauma dan luka yang mendalam gara-gara perbuatanku waktu itu yang meninggalkannya dalam kondisi hamil. Aku tidak mungkin kembali menoreh luka dihidupnya dengan membiarkannya harus kehilangan karir yang sangat dibanggakannya itu.."
"Maafkan aku Sayang, sepertinya aku harus kembali mengecewakanmu dengan melakukan semua tindakan ini.. Aku hanya berharap kau mau bersabar dan menerimaku kembali nanti, setelah semua keadaannya membaik.. Maafkan aku yang harus meninggalkanmu sekali lagi. Ini hanya untuk sementara saja.." ucap Ryan sambil memandang cincin kawin yang ada dijari manisnya itu.
Ryan kemudian mengambil handphonenya dan menghubungi pengacara untuk mengurus perceraiannya itu denganku. Setelah itu, dia kemudian menghubungi Mamanya untuk memberitahukan padanya bahwa dia telah menetapkan putusannya. Kemudian respon Mama,
"Mama tidak mengira bahwa kau akan memilih perempuan itu dan menceraikan istri yang telah bertahun-tahun hidup bersama denganmu. Mama harap kau tidak akan menyesali keputusanmu ini nanti.."
Hati Ryan begitu sesak mendengar perkataan itu dari Mamanya. Seandainya dia bisa memilih, dia ingin tetap mempertahankan pernikahannya dan membiarkan Shina tetap menjalani karirnya di industri entertainment. Tapi kali ini dia lebih memilih untuk merelakan istrinya pergi, demi menebus semua kesalahannya pada Shina. Dia berharap, ini terakhir kalinya dia berurusan dengan kisah masa lalunya dan penyesalannya terhadap Shina. Setelah ini, dia akan benar-benar pergi menjauh dari kehidupan Shina, Rani, dan Aris.. tidak mau lagi berurusan dengan mereka semua di kemudian hari dan menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis bersama denganku dan juga Oka keluarganya.
Saat itu setelah mengakhiri telpon dari Mamanya, Ryan kembali mengemudikan mobilnya menuju Rumah Papa. Dia ingin menjelaskan semua hal ini padaku, mengenai perceraian kami yang hanya sementara saja, sampai Mama mau mengembalikan Shina ke posisinya semula. Akan tetapi, saat diperjalanan tiba-tiba saja Ryan mengalami kecelakaan.