Saat itu, ketika Shina menghubungi Ryan, Ryan tidak menjawabnya. Hampir tiga kali dia terus mencoba menghubunginya, tetapi tetap tidak diangkat.
"Ryan ini kenapa? Tadi dia yang memaksa ingin bertemu dan menjelaskan sesuatu padaku, tapi dia tidak mau menjawab telponku.." ucap Shina kesal
"Mungkin dia masih ada disebelah.." dan Shina pun keluar menuju unitnya sambil kembali menghubungi Ryan. Dan begitu panggilannya terjawab.
"Kau dimana?" tanya Shina
"Maaf! Apa Ibu istri dari pemilik handphone ini? Saya dari polantas mau melaporkan bahwa suami ibu mengalami kecelakaan. Sekarang kami ada di Rumah Sakit Permata. Bisa Ibu kemari untuk saya mintai keterangan?"
Saat itu juga Shina lalu menutup telponnya dan segera menuju kesana. Setibanya dia di Rumah Sakit
"Katakan apa yang terjadi padanya?"
"Pak Ryan mengalami kecelakaan. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga tidak bisa mengendalikan laju mobilnya dan menabrak truk muatan yang sedang melaju berlawanan arah didepannya. Mobilnya mengalami rusak parah begitu pula dengan kondisinya. Saat ini dokter sedang melakukan perawatan padanya diruangan intensif.." ucap polisi tadi menjelaskan pada Shina
Polisi tersebut kemudian mulai menanyakan beberapa hal pada Shina, seperti kapan terakhir kali dia bertemu dengan Ryan, apakah Ryan mengkonsumsi minuman atau obat-obatan tertentu yang menyebabkan kesadarannya itu terganggu sehingga menyebabkan terjadinya kecelakaan, serta beberapa pertanyaan lain terkait kondisi Ryan dan kecelakaan tersebut. Setelah selesai menginterogasi Shina, polisi tersebut pun pergi dan memberikan handphone Ryan itu padanya.
Saat itu Shina begitu cemas menunggu dokter melakukan tindakan pada Ryan di Rumah Sakit, sampai akhirnya handphone Ryan kembali berdering dan menyadarkannya.
"Halo Pak Ryan. Ini saya Andre Pak, terkait masalah gugatan bapak terhadap istri bapak, apakah Bapak mau dikondisikan.." pengacara tersebut belum selesai menyampaikan sesuatu yang ingin disampaikannya kepada Ryan, tetapi terlebih dahulu dipotong oleh Shina
"Gugatan? Maksudmu Perceraian?!!" tanya Shina terkejut
"Loh. Ini bukannya nomornya Pak Ryan?" tanya pengacara tersebut heran sembari melihat kembali layar handphonenya untuk memastikan bahwa dia tidak menghubungi nomor yang salah.
"Katakan kenapa Ryan mau menceraikan istrinya?" tanya Shina
"Ibu ini Ibu Lena?" tanya pengacara tersebut kembali
"Jelaskan kenapa dia mau menceraikan istrinya?" kali ini Shina berbicara dengan sedikit menekankan intonasi suaranya untuk mendesak si penelpon tadi menjawab pertanyaannya
"Maaf Bu. Tapi saya tidak bisa menceritakan masalah klien kami pada siapapun, termasuk Ibu. Bisa saya berbicara dengan Bapak Ryan sekarang?"
Tiba-tiba dokter yang menangani Ryan tadi keluar dari ruangan dan menghampiri Shina.
"Apa anda istri dari korban?"
"Buk.. Ehh, maksud saya iya. Benar saya istrinya. Bagaimana kondisinya?" Shina mengaku sebagai istrinya saat itu agar memudahkan dirinya untuk mengambil keputusan jika nanti tiba-tiba dokter tersebut meminta persetujuan keluarga untuk melakukan tindakan medis terhadap Ryan
"Suami Ibu baik-baik saja. Hanya saja.." dokter tersebut kemudian menghentikan kata-katanya
"Ada apa? Apa yang terjadi padanya??" desak Shina kembali cemas
"Dia baik-baik saja saat ini. Kami akan terus memantau kondisinya untuk melihat perkembangannya lebih lanjut. Jika Ibu mau melihatnya Ibu bisa masuk kedalam.." dokter tersebut lalu mempersilahkan Shina masuk
Dan Shina pun langsung masuk keruangan itu untuk melihat kondisi Ryan.
Sementara dirumah Papa, saat itu aku tidak tahu kenapa aku begitu ceroboh saat mengupas buah pir sehingga tanganku itu bisa terluka terkena pisau dan mengeluarkan banyak darah disana.
Aku kemudian membilas darah tersebut menggunakan air keran yang mengalir. Perih. Namun aku melakukannya untuk membuatnya steril, sebelum aku manaruh obat antiseptik dilukanya itu. Saat itu, tiba-tiba saja handphoneku berdering dan itu panggilan dari Mama.
"Halo Ma.." sapaku ditelpon
"Lena, kau sedang dimana? Apa kau sedang bersama Ryan sekarang?"
"Lena dirumah Ma. Kalau Mas Ryan, dia tadi pagi sudah pergi ke kantornya." jawabku
"Apa tadi Ryan menelponmu? Apa kau sudah berbicara dengan Ryan setelah itu?" tanya Mama kembali
Saat itu aku tidak tahu kalau Mama sedang mencari tahu apakah aku sudah mengetahui dari Ryan mengenai perceraian kami.
"Membicarakan apa? Memangnya ada masalah apa Ma?" tanyaku heran
Kemudian,
"Oh.. Mengenai kepindahan kami dari apartemen? Lena tadi sudah membicarakannya dengan Mas Ryan. Katanya dia nanti yang akan memindahkan semua barang-barang kami disana, walaupun kami masih belum tahu kemana kami akan pindah nanti. Lena hanya menyarankan agar semua barang-barang di apartemen dipindahkan kesini ke rumah Papa untuk sementara sampai kita menemukan tempat baru untuk tinggal." aku menjelaskan pada Mama
"Oh, begitu.."
Mama, sepertinya beliau agak terkejut mendengar penjelasan dariku itu. Pindah dari apartemen? Dia sungguh tidak mengira bahkan anaknya itu telah mempersiapkan semuanya sampai sejauh ini. Ryan sudah mengaturnya agar dia tidak lagi tinggal bersama denganku menantunya diapartemennya itu, pikir Mama kecewa.
"Apa kau sedang sibuk Lena? Ada yang Mama ingin bicarakan denganmu. Oh, apa Papamu ada dirumah?" tanya Mama kembali
"Gak Ma. Lena gak sedang sibuk. Papa juga ada dirumah. Sekarang sedang beristirahat dikamarnya. Kondisi kesehatannya agak menurun, jadi tadi Lena menyuruhnya untuk istirahat saja dirumah hari ini."
Saat itu, Mama seolah merasa sangat-sangat bersalah sekali. Bagaimana caranya dia memberitahukan padaku dan juga besannya yang saat itu kondisi kesehatannya sedang tidak baik. Bagaimana kalau sampai penyakit jantung besannya itu kumat. Mama terus memikirkan hal itu hingga membuatnya terus berdiam diri ditelpon.
"Ma..? Mama..? Apa Mama mau menemui Lena kesini?" tanyaku kembali membuyarkan lamunan Mama
"Ah, iya Lena. Bagaimana kalau kau temani Mama keluar. Kita pergi ke Mall saja dan bertemu disana?" ajak Mama
Sebenarnya aku tidak mau pergi keluar. Masalah luka ditanganku ini dan juga kondisi Papa yang sedang sakit. Bagaimana aku bisa meninggalkannya sendirian disini? Aku juga tidak mungkin menolak tawaran Mama itu. Rasanya tidak sopan.. hingga akhirnya aku pun mengiyakan ajakannya.
"Iya Ma.."
Akhirnya aku pun pergi ke Mall untuk menemui Mama disana. Dan pada saat aku bertemu Mama,
"Lena Sayang.." ucap Mama bersedih mengeluarkan air matanya sambil memelukku
"Mama kenapa? Mama baik-baik saja?" tanyaku mengkhawatirkannya
Saat itu Mama lama sekali memelukku, tidak mau melepaskannya. Aku benar-benar bingung, kira-kira apa yang terjadi dengannya. Apa mungkin ini ada kaitannya dengan kondisi Ayah Mertuaku, Papanya Ryan. Apa terjadi sesuatu dengannya di New York? pikirku bingung.
Beberapa saat kemudian, akhirnya Mama melepaskan pelukannya padaku. Mama lalu mengajakku ke Restoran Jepang Sushi yang telah dipesan sebelumnya. Bahkan aku juga tidak tahu kalau Mama sampai menyewa private room disana untuk bisa mengobrol denganku membicarakan masalahnya.
Saat itu, setelah pelayan selesai mengantarkan pesanan kami,
"Lena Sayang, Mama minta maaf.. Mama benar-benar tidak tahu lagi harus berbuat apa. Mama hanya mau kamu bersabar dan menerima semuanya dengan ikhlas.." ucap Mama tiba-tiba menangis terisak yang membuatku bingung dan tidak mengerti apa maksud dari kata-katanya itu
"Mama.. Mama tidak menginginkan ini. Perpisahan ini.. Maafkan Mama Sayang. Tapi Mama tidak bisa membujuknya untuk tidak melakukan hal ini.." ucap Mama kembali
"Perpisahan? Maksud Mama apa? Kenapa Mama minta maaf pada Lena, Ma?" aku masih bingung dan belum mengerti apa maksud dari semua ucapan Mama saat itu
"Ryan.. Ryan suamimu itu.. Dia menginginkan untuk bercerai denganmu. Dia bahkan sudah mengutus pengacara untuk mengurus semuanya."
Bagaikan mendengar petir disiang bolong, aku tidak percaya dengan apa yang baru saja Mama ucapkan padaku.
"Dia melakukan ini demi perempuan itu. Perempuan jalang itu.. aku tidak mengerti apa yang dilakukannya pada Ryan hingga bisa membuatnya untuk melakukan hal ini padamu. Maafkan Mama Sayang.. Mama benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa Ryan memilih keputusan itu.. lebih mempertahankan agar dia tetap menjalani karirnya diindustri entertainment dan mengakhiri pernikahannya denganmu.."
"Gak. Ini gak mungkin.. Mas Ryan gak mungkin melakukannya. Lena gak percaya Mas Ryan melakukan semua ini. Mama pasti berbohong.. Mama berbohong kan sama Lena?"
Mama tidak merespon perkataanku tadi, malah menangis. Kali ini Mama berusaha menenangkan tangisannya itu sambil memegang tangan ku.. seolah ingin meminta maaf padaku dan menjawab semua pertanyaanku tadi.
"Ma, katakan semua ini bohong Ma? Mama bercanda kan sama Lena? Iya kan Ma??" ucapku tak percaya sambil menangis. Aku tidak sadar.. aku menangis terisak sambil menanyakan itu semua pada Mama.
"Ma..??!" aku masih berupaya menyangkalnya meskipun aku tahu Mama tidak mungkin membohongiku dengan mengatakan itu semua.
"Maafkan Mama Sayang.." Kali ini Mama berusaha bangkit dan langsung memelukku.
Aku terus menangis. Menangis sejadi-jadinya. Aku tidak peduli jika seisi restoran itu merasa risih dan terganggu oleh suara tangisanku itu. Aku hanya merasa sedih.. kesedihan yang begitu mendalam. Aku masih tidak mempercayai semuanya. Semuanya baik-baik saja sebelumnya. Ryan, dia tidak mengatakan apapun padaku pagi ini. Bahkan kami juga tidak bertengkar.. Lalu, bagaimana bisa dia melakukan ini. Ingin bercerai denganku.. Aku.. Aku telah melakukan kesalahan apa padanya. Bahkan aku juga telah menuruti semua keinginannya itu untuk pindah dari sana, apartemen kami.. agar aku tidak bisa lagi berdekatan dengan Aris.. Bagaimana Ryan masih melakukan semua ini padaku? Aku terus saja menangis saat itu..
Beberapa saat kemudian, aku mengumpulkan kesadaranku kembali. Aku lalu mengambil handphoneku itu dan langsung menghubunginya untuk menanyakan kebenaran kabar ini. Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri untuk tidak mempercayainya. Walaupun Mama sempat melarangku untuk menghubunginya (karena takut nanti akan membuatku semakin terluka jika mendengar hal ini langsung darinya), tetapi aku tetap melakukannya. Aku harus memastikan sendiri padanya, apakah dia memang menginginkan agar kita bercerai.
Dan ketika sambungan teleponnya tersambung, aku semakin terkejut dibuatnya. Tiba-tiba terdengar suara Shina disana yang menjawab panggilannya.
"Halo Lena?" ucap Shina menjawab panggilan handphone Ryan