Aku begitu terkejut mendengar suara Shina disana. Bagaimana bisa dia menjawab telpon Mas Ryan.
"Lena?" ucap Shina kembali karena saat itu aku sempat terdiam beberapa saat
"Shina apa yang kau lakukan? Bagaimana bisa kau menjawab telpon Mas Ryan??!" ucapku marah dan tidak senang
"Maafkan aku, tapi Ryan saat ini tidak bisa menjawab panggilanmu. Dia sedang terbaring disini."
"Terbaring?.."
Aku tidak percaya. Mas Ryan.. Tidak. Tidak mungkin. Mas Ryan tidak mungkin melakukan itu dengan Shina.
"Shina kau jangan main-main. Cepat berikan handphonenya pada Mas Ryan sekarang!!" ucapku marah sambil berteriak
"Aku tidak main-main. Ryan memang tidak bisa menerima panggilan ini. Dia sedang tidak sadarkan diri.."
"Kau..! Apa yang kau lakukan pada suamiku, hah? Cepat berikan telponnya!!" ucapku mulai kesal
"Kalau kau memang tidak percaya, kau bisa datang kemari dan memastikannya secara langsung. Saat ini kami sedang berada di Rumah Sakit Permata. Ryan sedang terbaring dan tidak sadarkan diri karena kecelakaan mobil yang dialaminya tadi.."
"Kecelakaan mobil..?"
Saat itu juga, aku dan Mama lalu pergi menuju Rumah Sakit. Dan setibanya kami disana,
"Mas Ryan.. Mas Ryann.. Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini, Mas? Mas Ryan.." ucap ku menangis histeris sambil memanggil-manggil namanya
"Lena, kendalikan dirimu! Ini Rumah Sakit!!" ucap Shina sambil mencoba membawaku keluar dari ruangan itu.
Mama yang melihatnya pun menjadi tidak senang. Mama langsung menghentikan Shina yang berusaha menjauhkanku dari Ryan. Dia memegang tangan Shina dan berusaha melepaskannya dari tubuhku.
"Dia berhak disini. Dia itu istrinya. Kau yang seharusnya pergi dari sini, dasar perempuan murahan!!" ucap Mama ketus
Aku tidak tahu, tapi pada saat itu Shina.. dia tidak berusaha membalas sindiran Mama tadi. Seolah patuh dengan kata-katanya, Shina kemudian memilih keluar ruangan.
Aku terus saja menangis sambil memanggil-manggil namanya, tapi Ryan masih juga belum sadar. Melihatnya dalam kondisi ini sungguh membuat hatiku sakit. Ryan yang biasanya ceria, sering menggodaku, dan merayuku dengan gombalan dan kata-kata manisnya itu, kini dia terbaring lemah tak berdaya.
"Tuhan tolong selamatkan dia. Jangan biarkan dia pergi dari dunia ini. Aku belum siap.. Ya Tuhan! Jangan memanggilnya terlebih dahulu.." aku terus saja berdoa didalam hati
Saat itu, aku seolah melupakan semua hal yang terjadi. Masalah perceraianku dengan Mas Ryan, serta Mas Ryan yang belakang ini lebih memilih untuk dekat dengan Shina dan membuatku merasa cemburu. Aku tidak peduli semuanya. Yang aku inginkan agar suamiku ini bisa kembali pulih, sadar, dan sehat seperti sedia kala.
Saat itu, tiba-tiba saja Shina menghubungiku melalui ponselnya. Melalui pesan singkatnya, dia bilang ada yang ingin dibicarakannya denganku. Dia memintaku untuk pergi menemuinya di kantin. Dan setibanya aku disana.
"Aku tahu. Mungkin saat ini kau masih kesal dan membenciku Lena, tapi aku hanya ingin menjelaskan semua padamu.. kejadian saat di Villa Puncak waktu itu. Aku dan Ryan, kita berdua tidak melakukan apapun disana. Ryan hanya berupaya untuk menenangkan kondisiku.."
"Sebenarnya Ryan, dia hendak pulang menemuimu malam harinya, akan tetapi sebuah insiden terjadi. Tiba-tiba listrik di Villa itu padam dan hujan deras pun turun. Ryan yang tahu aku mempunyai fobia terhadap gelap dan suara petir langsung berusaha untuk menenangkanku kembali, sampai akhirnya kami berdua tidak sadar dan tertidur seperti itu dikamar.."
"Kau sebagai istrinya tentu tahu, kalau Ryan mempunyai kebiasaan memeluk sesuatu saat dia tertidur. Mungkin saat itu dia menganggapku sebagai guling atau mungkin dirimu, jadi dia tidak sadar saat memelukku waktu itu.."
"Aku hanya ingin menjelaskan padamu agar kau tidak salah paham padanya dan juga aku. Tidak ada yang terjadi pada kami selama kami tinggal semalaman disana.."
Saat itu Shina kemudian berhenti sesaat, mungkin mencoba membaca ekspresi diwajahku. Lalu, dia kembali berkata
"Ryan yang aku tahu, dia sangat mencintaimu Lena. Aku ingin kau paham mengenai hal ini.." ucap Shina kembali menjelaskan padaku
"Lalu bagaimana denganmu? Apa kau juga masih mencintainya? Apa maksud tindakanmu saat kau menciumnya waktu di lobi saat itu? Kalau kau memang ingin menjelaskan semua ini padaku, kenapa tidak sekalian kau jelaskan mengenai sikap ketergantunganmu itu selama ini padanya? Bagaimana bisa kau sampai malam hari berada berdua dengannya diapartemen kami, bahkan ketika aku sedang tidak berada disana? Jika memang kau tidak ingin membuatku salah paham, kenapa kau terus saja meminta bantuan padanya dan melakukan semua hal ini, hah?" ucapku menggebu-gebu sambil berusaha menahan emosiku
"Shina kau tahu, apa yang dilakukan Mas Ryan untuk menebus semua kesalahannya dimasa lalu denganmu? Dia bahkan rela mengajukan gugatan cerai padaku demi mempertahankan karirmu itu didunia hiburan.. Harus sampai berapa banyak lagi pengorbanan yang dia lakukan untuk menebus semua kesalahannya itu?"
"Mama (Bu Tomo) sangat membencimu. Dia sampai kapanpun akan terus berusaha menjauhkanmu dari anaknya. Oleh karena itu Shina, kalau kau memang ingin melihat Ryan dapat hidup tenang, maka menjauhlah darinya.."
"Jangan lagi bertemu dengannya atau meminta bantuan apapun.. Selama kalian berdua tidak bertemu dan saling berhubungan, Mama tidak akan mengusikmu. Dan kau juga bisa menjalani kehidupanmu dengan tenang bersama Aris dan juga Rani. Jadi aku mohon, kau jangan lagi memperkeruh keadaannya disini.."
Setelah mengucapkan itu semua aku kemudian bangkit dan hendak pergi meninggalkan Shina disana. Akan tetapi, Shina tiba-tiba berkata padaku
"Tadi pagi.. Ryan datang menemuiku diapartemen. Aku tidak tahu, mungkin dia ingin menjelaskan semua masalah ini padaku.. Aku hanya ingin memberitahukan padamu bahwa bukan aku saja yang seharusnya kau peringatkan mengenai hal ini, tapi juga Ryan suamimu. Dia yang datang menemuiku.. bukan aku yang meminta tolong atau berusaha mendekatinya.."
"Mungkin kau juga belum tahu, belakangan ini dia sering bersikap baik dengan mengirimiku bunga, hadiah, kue, dan juga makanan ke lokasi syuting. Jadi, bukan aku yang mempunyai motif disini untuk membuatnya melakukan semua hal itu.. untuk menebus semua kesalahannya dimasa lalu, tapi dia sendiri yang melakukannya.."
Shina kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke arahku,
"Kau tidak tahu alasan Ryan melakukan semua ini padaku.. Bisa saja bukan karena dirinya merasa bersalah atau ingin menebus semua kesalahannya itu.. Perasaan seseorang dapat berubah, begitu pun hatinya.. Semua tidak ada yang tahu?" ucap Shina sambil menyunggingkan senyumannya padaku
"Shina, Kau..!"
Namun, saat itu Shina tetap berjalan berlalu meninggalkanku yang masih merasa kesal dan tidak terima dengan semua ucapannya.
Ditempat lain di kamar perawatan Ryan, sekembalinya aku kesana.. Ryan masih belum juga siuman. Aku begitu sedih melihatnya dalam kondisi seperti ini. Tidak hanya itu, aku juga sedih memikirkan kata-kata Shina tadi, yang mengatakan bahwa dirinya sering mengunjunginya dilokasi syuting sambil memberi bunga dan hadiah-hadiah lainnya. Kenapa dia bisa melakukan semua ini? Apa dia berniat ingin memperbaiki hubungannya dengan Shina dan kembali padanya?
Aku melihat handphone Ryan berada diatas meja, kemudian aku pun mengambilnya dan membukanya. Aku tidak percaya.. ternyata apa yang dikatakan oleh Shina itu benar. Ryan, selama ini dia sering mengawasi Shina secara diam-diam. Tidak hanya itu, dia bahkan menyuruh orang untuk melaporkan semua kegiatannya hampir setiap satu jam sekali. Dan semua bunga dan hadiah-hadiah itu.. dia benar-benar memberikannya kepada Shina.
Saat itu, aku tidak bisa membendung air mataku. Aku benar-benar merasa sedih, terkhianati, dan kecewa. Ternyata alasan Ryan belakangan ini sering memperhatikan handphonenya itu adalah karena hal ini.. karena Shina. Dia tidak mau aku tahu kalau selama ini dia sering memperhatikan Shina dan mengawasinya secara diam-diam.
"Jahat kamu Mas.. Bisa-bisanya kamu melakukan semua ini dibelakangku?" ucapku sedih sambil menangis menatapnya yang masih dalam kondisinya itu (tidak sadarkan diri).
Saat itu, tiba-tiba ada panggilan telepon dari Heru. Aku pun langsung menjawabnya
"Ryan, kau dimana? Ada beberapa orang datang mencarimu kemari." ucap Heru begitu aku menjawab telponnya.
"Mas Ryan saat ini sedang berada di Rumah Sakit. Dia mengalami kecelakaan mobil yang menyebabkannya harus dirawat disini." jawabku
"Kecelakaan??! Bagaimana bisa? Lena, Ryan, kalian berdua baik-baik saja, kan?" tanya Heru khawatir
"Aku baik-baik saja Mas Heru. Aku tidak bersama dengan Mas Ryan saat kecelakaan itu terjadi.. Namun kondisi Mas Ryan, dokter bilang dia baik-baik saja, tapi hingga saat ini dia masih belum juga sadarkan diri.. Aku khawatir padanya.." ucapku menjelaskan sambil tiba-tiba kembali menangis
"Tenanglah Lena. Tenang! Semuanya akan baik-baik saja. Ryan pasti akan segera siuman nanti.. Kau yang tabah ya.." Heru berusaha menenangkanku
"Mas Heru, apa Mas Ryan ada pergi ke kantor pagi ini?" tanyaku tiba-tiba
"Tidak. Ryan belum datang kemari. Itulah kenapa aku menghubunginya dan menanyakannya sekarang."
"Oh iya Lena, kau dan Ryan baik-baik saja, kan? Ada seorang pengacara yang menghubungiku. Dia meminta biodata dan juga fotokopi identitasmu.. Katanya Ryan yang menyuruhnya untuk menghubungiku dan mengurus semua tentang perceraian kalian.."
"Lena, apa itu benar kau dan Ryan akan bercerai?" tanya Heru kembali memastikan, tak percaya
Saat itu, aku tidak begitu terkejut lagi mendengar Heru menanyakan hal ini padaku. Mungkin setelah melihat bukti percakapan dan foto-foto itu di handphone Ryan, perkataan Mama, dan juga perkataan Shina sebelumnya.. hingga kemudian aku terdiam beberapa saat (berusaha untuk menenangkan diri). Aku kemudian mencoba menutup mataku sesaat, menarik nafasku perlahan, dan menjawab pertanyaan Heru
"Kau berikan saja semua. Apapun.. apapun yang mereka butuhkan, kau berikan saja semuanya Mas Heru. Kalau masih ada data yang kurang, kau bisa memintanya kembali nanti padaku."