Saat itu, Ryan yang tiba-tiba tersadar mendengar ucapan Mama sebelumnya segera pergi keluar kamar dan mengejarnya.
"Maa.." ucap Ryan memanggil
"Tunggu Ma.."
"Mama tahu dari mana kalau Lena ngomong itu semua ke Aris?" tanya Ryan
"Mamaa.." Ryan terus saja memanggil sementara Mama yang sudah kesal kini sudah tidak mau lagi mempedulikannya.
"MAA.." Ryan berteriak sambil memegang bahu Mamanya dari belakang.
Akhirnya Ryan berhasil menggapai Mama dan menghentikan langkahnya.
"Mama heran sama kamu Ryan, kamu itu kan suaminya Lena seharusnya kamu lebih paham tentang hal ini dari pada Mama."
"Kamu menikah dengannya bukan setahun atau dua tahun, tapi sudah lewat belasan tahun lebih. Kenapa kamu bisa bersikap seperti itu dan berkata-kata kasar seperti tadi?"
"Apa selama ini Lena pernah mengkhianatimu? Apa dia pernah menduakanmu dengan Aris dengan melakukan hal seperti yang kalian lakukan tadi didalam kamar, hah?"
"Tapi Lena masih mencintai Aris dan Ryan tidak terima dengan hal itu. Itu membuat Ryan emosi dan meradang.." ucap Ryan kesal
Mama terdiam tidak merespon omongan Ryan. Dia hanya terus memandang putranya itu seolah tidak senang akan apa yang baru saja didengarnya. Ryan yang tersadar akan hal itu pun kemudian kembali berkata
"Ryan tahu Ryan salah. Ryan tidak seharusnya berkata kasar seperti tadi pada Lena. Ryan hanya tidak suka saat dia mengungkit soal perceraian. Terlebih lagi, Aris sebelumnya telah mengungkapkan perasaannya padanya. Itu membuat Ryan takut.."
"Sayang dengar, menurutmu apa tidak wajar dia meminta untuk bercerai setelah melihatmu dan Shina seperti tadi dikamar? Entah kalian benar-benar telah melakukannya atau itu hanya salah paham saja, tapi semua orang pasti akan berpikir negatif jika melihat kondisi seperti tadi."
"Bagaimana kalau posisinya dibalik, kau melihat Lena dan Aris dikamar dengan posisi yang sama seperti yang kau dan Shina lakukan?"
"Tentu saja aku akan langsung membunuh Aris saat itu juga.." jawab Ryan marah
"Sama sepertimu, Lena juga pasti merasa sakit hati dan kecewa. Terlebih lagi melihatmu tadi membela Shina didepanku seperti itu. Kau lebih membela Shina dan memilih untuk berkata-kata kasar seperti tadi padanya. Wajar kalau dia meminta ingin bercerai darimu Ryan.." ucap Mama kembali
"Lalu, apa yang harus Ryan lakukan sekarang Ma?" ucap Ryan merasa bersalah dan frustasi
"Kau masih menanyakan hal ini pada Mama?" ucap Mama tak percaya
"Ryan akan minta maaf pada Lena. Mama ikut Ryan sekarang.." dan Ryan pun pergi keluar mencariku sambil turut membawa Mama
Saat itu begitu mereka keluar Villa, Mama dan Ryan sama-sama terkejut karena ternyata mobil Mama dan Ryan masih berada disana. Mereka berdua bingung, bagaimana caranya aku pergi dari sana tanpa membawa mobil. Padahal lokasi Villa itu sangat jauh sekali dari jalan besar. Hanya ada hutan, pepohonan, dan perkebunan yang mengelilinginya. Disana juga jarang terdapat rumah warga.
Kemudian, Mama yang panik
"Ryan, apa kamu bisa menemukan Lena? Bagaiman kalau dia kesasar? Mama khawatir akan terjadi apa-apa nanti dengannya.."
"Mama tenang saja. Ryan pasti bisa menemukan Lena bagaimanapun caranya.."
"Ditempat seperti ini..? Bagaimana kamu akan mencarinya?"
"Ryan sudah memasang gps yang langsung terhubung ke handphonenya Lena, jadi Mama tidak usah khawatir."
"Kamu..? Apa kamu berusaha untuk memata-matai istrimu dengan memasang aplikasi itu diponselnya?" Mama seolah tidak percaya
"Mama tidak tahu kalau kamu seposesif ini jadi suami.."
"Karena satu dan lain hal, ketika kita bertengkar, Lena sering pergi meninggalkan rumah dan Ryan sering kuwalahan untuk mencarinya. Dengan aplikasi ini, jadi Ryan tidak perlu repot-repot lagi untuk mengetahui keberadaannya.." kemudian Ryan membuka aplikasi gps-nya tersebut
"Lihat Ma! Hanya 7 menit kita akan sampai ke tempatnya Lena. Dia sekarang berada disana." sambil Ryan menunjukkan arah yang ditunjukkan oleh gps tersebut
Dan mereka pun langsung pergi ke arah yang ditunjukkan oleh gps tadi.
Sementara itu di Villa, Shina saat itu sedang mengecek ponselnya. Tidak ada satu pun dari kabar yang dinantikannya selain dari Aris.
"Apa ini? Hanya 10 panggilan tak terjawab saja darinya? Bahkan dia sama sekali tidak mengirimkan pesan sama sekali padaku. Apa dia tidak berusaha untuk mengkhawatirkan kondisiku.." pikir Shina kesal
Shina yang kecewa kemudian melempar handphonenya ditempat tidur. Namun, saat itu tiba-tiba tanda nortifikasi pesannya berbunyi. Dan Shina yang penasaran, kembali mengambil ponselnya. Ternyata itu pesan dari Aris.
"Baru sekarang kau mengirimkan pesan untukku, setelah aku semalaman menghilang dan tanpa kabar.." ucap Shina sebal sambil memandang layar ponselnya, seolah dirinya sedang berbicara dengan Aris saat itu.
Isi pesan Aris:
"Shina kau dimana?"
"Apa kau masih bersama Ryan sekarang?"
"Ryan?.. Jadi dia bukan mencemaskanku, tetapi hanya ingin mengetahui keberadaan Ryan. Pasti Lena yang menyuruhnya.." pikir Shina tidak senang.
Sementara saat itu Aris, dia tahu bahwa Shina telah membaca pesannya, tapi tidak dibalasnya. Kemudian dia kembali mengirim pesan pada Shina
"Aku tahu kau masih marah padaku. Aku minta maaf. Tapi bisakah kau pulang malam ini? Ada hal penting yang ingin kubicarakan."
Saat itu Shina khawatir. Kira-kira apa yang akan dibicarakan oleh Aris nanti malam dengannya. Apa dia akan menceraikanku? pikirnya takut. Shina tahu Aris sudah menyampaikan perasaannya pada Lena. Jadi kemungkinan Aris akan meninggalkannya karena dia tahu tidak mungkin bagi Aris untuk membalas perasaannya.
Shina terus berkelut dalam pikirannya, sementara Aris dia kembali menuliskan pesannya
"Aku sudah melakukan apa yang kau mau dengan menyatakan semua perasaanku pada Lena. Jadi tidak bisakah sekarang kau menuruti keinginanku?"
"Nanti malam sepulang kerja, ku tunggu kau diapartemen."
"Ku harap kau datang." dan Aris pun berhenti menuliskan pesannya.
Sementara Shina, dia masih terlihat bingung, takut, dan khawatir memikirkan semuanya. Di dalam hati kecilnya sebenarnya dia tidak mau bahkan tidak rela jika nanti tiba-tiba Aris memutuskan untuk berpisah dengannya. Sesaat, dia jadi sedikit menyesal menyuruh Aris mengikuti keinginannya itu untuk menyatakan semua perasaannya padaku. Seandainya waktu bisa diulang, dia tidak akan membuat keadaannya menjadi rumit seperti ini.
Sementara ditempat lain, Ryan dan Mama yang sedang mencariku.
Saat itu aku tersesat. Aku tidak tahu kemana aku harus pergi agar bisa menemui jalan besar dan memanggil taksi disana. Aku terduduk sendirian sambil menangis di bawah salah satu pohon rindang yang ada ditempat itu. Hingga tiba-tiba aku mendengar ada suara seperti seseorang akan datang mendekat. Karena aku sedang dalam kondisi menangis saat itu, maka aku putuskan untuk bersembunyi.
"Lena.." teriak Ryan memanggilku
"Aku tahu kau bersembunyi disuatu tempat disini. Keluarlah!"
"Aku ingin minta maaf.. Maafkan aku Sayang! Aku tidak bermaksud melukaimu dengan kata-kata kasar yang keluar dari mulutku waktu itu.."
Saat itu aku memilih untuk tidak mau keluar. Aku membencinya. Dan aku juga sudah bosan mendengar semua permintaan maaf darinya.
Ryan itu mudah sekali membuatku terluka hanya dengan perkataan yang keluar dari mulutnya. Dan semudah itu juga dia langsung meminta maaf padaku dan aku pun langsung memaafkannya.
Kali ini itu tidak akan terjadi. Aku tidak akan memaafkannya dengan mudah. Dia sudah benar-benar kelewatan dengan menuduh dan berkata seperti itu padaku. Aku ingin membuatnya jera.
"Saat itu aku begitu takut, mendengar kau menyebutkan kata-kata perceraian. Aku tahu Aris sudah menyatakan perasaannya padamu. Dan aku juga tahu bahwa kau juga masih menyimpan sedikit perasaan untuknya. Aku tidak senang.. kemudian dengan tidak sengaja aku meluapkan kemarahanku itu dengan berkata-kata kasar seperti itu.."
"Aku tahu aku salah. Aku minta maaf. Dan aku juga tidak mau kita bercerai, Sayang."
"Aku akan terus menunggumu disini sampai kau mau keluar dan memaafkanku.."
"Lena.. Sayang.. aku mohon keluarlah dan maafkan aku.."
"Apapun yang kau inginkan akan kupenuhi. Jadi, keluarlah Sayang!"
"Aku berjanji akan memenuhi apapun keinginanmu setelah kau mau keluar dari sini dan memaafkanku.."
Tak lama setelah ucapannya tadi, akhirnya aku pun memilih untuk keluar. Ryan terlihat tersenyum bahagia ketika melihatku. Dia mendekat dan kemudian ingin memelukku.
Saat itu aku langsung menepis tangannya, dan aku bilang
"Mas berjanji akan memenuhi semua keinginanku begitu aku keluar dari sini..?"
"Iya Sayang. Apapun keinginanmu.."
"Apapun?" tanyaku kembali memastikan
Ryan mengangguk seraya menjawab iya.
"Kalau begitu aku ingin kita berpisah." ucapku yang saat itu membuat Ryan dan Mama terkejut seketika.