Aku masih memejamkan mata ku sambil melipat kedua tangan ku yang menutupi perut, sesaat.. rasa kantuk yang ku rasakan terus berusaha untuk membuat ku terlelap di atas kursi ini bersama kesejukkan angin pagi yang menghempas wajah ku terasa begitu sejuk, " Treeettt.. " Suara bus yang sedang mengerem saat sampai di halte selanjutnya. Aku bisa merasakan begitu pakemnya dari rem bus ini yang membuat tubuh ku terdorong ke depan. Dan sekarang bus berhenti tepat di halte selanjutnya, sepertinya.. cukup banyak orang yang naik dari halte ini, sementara.. di samping ku masih juga kosong tidak ada yang mau menempatinya. Apakah aku terlihat cukup mengerikan hah?. Tanya ku dengan penasarannya.
Bus pun kembali berjalan setelah mengangkut kurang lebih enam belas siswa siswi, sementara.. aku kembali bersandaran sambil memperhatikan jalan dari samping jendela, " hoaaahhh.. " Ahh.. sesekali aku menguap saat memandangi sisi jalan yang cukup membosankan. Kebanyakan dari laki laki itu mengambil tempat duduknya pada bagian paling belakang. Tempat duduk yang tersedia di dalam bus ini berjumlahkan enam puluh dua, tiga puluh enam tempat duduk terdapat di bagian tengah bus pada sisi kanan dan kirinya, di bagian belakang terdapat delapan tempat duduk pada bagian kanan dan kirinya, dengan dua pintu bus yang memisahkan bagian tengah dan belakang. Sementara di bagian paling belakangnya terdapat tempat duduk yang saling menyambung berjumlahkan enam buah. Dan sisanya terdapat di bagian depan.
" Nggggeeeeenngggg... ngenngg.. " Ahh.. apa itu, sontak aku langsung terbangun dari tidur ku saat terkejut mendengar sebuah suara yang begitu bisingnya dari luar bus. Terdengar seperti suara motor yang sedang melintas cukup kencang. Seketika.. suasana di dalam bus pun berubah menjadi ramai, mereka dengan sigapnya membuka kaca bus untuk melihat ke arah luar. Mereka mencari tahu asal dari suara itu. Apakah itu suara dari motor atau pun mobil yang sedang balapan. Pikir ku ketika melihat jalan panjang ini yang masih tampak sepi.
" Suara apa itu, apakah itu suara motor besar " Sontak suara dari dua orang laki laki yang saling berdiskusi satu sama lain, mereka baru saja memasuki bus ini dari halte sebelumnya yang berada tepat di belakang ku, " Ya.. sepertinya begitu " Ungkapnya dengan rasa penasaran yang masih tanda tanya. Dan dengan tiba tibanya, bus pun melaju cukup kencang hingga menyalip kawanan dari empat motor besar itu yang sedang menuruni kecepatan mereka. Ehh.. siapa mereka?, tanya ku sendiri dengan begitu penasaran saat melihat empat motor besar yang di tunggangi oleh empat remaja itu, ke-empat dari remaja itu memakai seragam sekolah. Dan sebagian dari mereka terbalut dengan jaket tebalnya.
Mereka menoleh ke arah bus sambil memainkan gasnya yang sesaat membuat para penumpang bus bersorak histeris karena suara sangarnya yang begitu memukau. Terdengar cukup mengesankan, aku tak pernah melihat empat jenis motor itu secara langsung. Dan sekarang.. tepat di depan mata ku melihat mereka sedang membawanya. Aku juga sama sekali tidak tahu nama dari semua motor yang mereka tunggangi.
" Woaahh.. apakah itu gixxer bersama dengan Ducati Panigale " Teriaknya dengan begitu tak percaya, " Iyah.. itu benar.. Sugoi.. " Sebuah ungkapan yang mengejutkan dari kedua lelaki itu. Sekarang kedua lelaki di belakang ku terlihat begitu antusiasnya saat bus ini mencoba menyalip mereka. Ntah lah.. kenapa mereka bisa begitu girangnya walau hanya melihat dari kejauhan. " Aku ingin sekali memiliki salah satu dari motor besar itu, pastinya akan terlihat keren kalau aku yang membawanya " Dengan begitu semangatnya seorang lelaki itu mengungkapkan isi hatinya kepada temannya. " Hey.. sudah lah.. jangan bermimpi untuk memilikinya " Ia menyeka kegembiraan dari temannya dengan meremehkannya. " Memangnya aku salah ya.. kalau memiliki motor seperti itu " Ucapnya dengan sedikit kesal kepada seorang temannya yang sudah menghentikan kegembiraannya. " Lagi pula.. mana cukup uang mu untuk membeli motor semahal itu, bayar iuran sekolah saja kau masih sering meminjam ku " Seketika aku sedikit tertawa saat mendengarkan obrolan konyol dari mereka. " Hahh.. sudah diam, setelah lulus nanti. Aku akan bekerja dengan giat untuk membeli motor seperti itu " Dengan tegasnya pria itu meyakinkan temannya yang masih menertawakan mimpinya. " Hahaha.. bagus lah kalau kau punya semangat hidup " Hahaha.. Ucapnya yang sekarang membuat ku tak tertahankan setelah medengar keributan dari kedua lelaki bodoh itu. Aku menahan tawa ku sambil menutupi mulut ku dengan kerah jaket oblong. Sial.. dasar para lelaki jones yang sedang mengharapkan sesuatu.
Bus pun berbelok sesaat sudah sampai di pertigaan, dan sekarang kami menelusuri sebuah jalan kecil berliku liku yang menanjak, dengan garis kuning tanpa putus yang memisahkan satu jalan besar ini. Melewati sebuah bukit kecil yang cukup sepi tanpa seorang pun yang berjalan di sampingnya, karena jauhnya jarak yang di tempuh serta sempitnya ruas jalan yang tersisa membuat para warga memilih untuk menaiki sepeda ketimbang berjalan kaki. Terkadang aku melihat sekelompok murid lainnya yang mendaki jalan ini dengan sepeda gunung miliknya.
Cukup panjang bukan jalan yang harus di tempuh untuk dapat sampai ke sekolahan ku. Ya.. hampir mustahil jika harus berjalan kaki dari rumah. Di samping jalanan ini hanya terlihat pohon pohon besar yang tinggi, karena tepat di samping jalan ini adalah jurang dengan kedalaman empat sampai tujuh meter yang di tumbuhi dengan banyak pohon pohon liar di dalamnya, dibatasi dengan pembatas besi yang tertancap pada ujung jalan ini.
Ntah.. setiap kali bus ini melaju di jalan kecil berliku ini, aku selalu merasakan sedikit gugup dan gelisah. Selalu merasakan hal yang aneh dengan bayangan negatif ku. Aku takut jika bus ini terjatuh dan terpental ke dalam jurang itu saat kawanan rusa menyebrang, atau ban dari bus ini meledak dan lepas saat melewati tikungan tajam hingga membuatnya oleng yang tak terkendalikan. Membayangkannya saja sudah cukup membuat tubuh ku gemetar.
Selama di perjalanan menelusuri jalan panjang berliku ini, semuanya terlhat baik baik saja tanpa adanya hambatan dan masalah sedikit pun yang menghalangi kami. Bus pun tiba di halte terakhir yang dimana mengangkut lima siswi yang sudah menunggu di halte tersebut. Terdengar suara pijakan kaki dari siswi siswi itu saat mereka hendak masuk ke dalam bus. Tiba tiba ada seorang siswi yang duduk tepat di samping ku. Dengan penampilannya yang terlihat sederhana layaknya seorang murid yang biasa biasa saja, Ia memiliki rambut hitam yang panjang tanpa ada selehai pun untaian rambut bagian depannya yang terlihat menutupi bagian keningnya. Membuatnya semakin anggun dengan bando birunya yang Ia kenakan untuk menjepit rambutnya yang halus. Bersama dengan tas selempangnya yang berwarna coklat tercantol pada pundak kirinya.
Aku melihat ke arah tangan mungilnya yang dibalut dengan sebuah jam tangan digital miliknya yang terpasang di pergelangan tangan kanannya, dengan tangan kirinya yang sedang memegangi sebuah biskuit coklat yang terlihat sangat lezat. Dengan asiknya Ia menikmati biskuit itu sambil memandang ke arah penumpang lainnya.
Seketika aku menoleh ke arah wajahnya dengan sekilas untuk mengetahui wajah aslinya. Dan saat aku menoleh ke arah wajahnya, secara spontan.. Ia melihat ke arah ku juga dengan tatapan curiga yang membuat situasi kami menjadi canggung. Aku kembali menatap ke arah kaca dengan wajah yang gelisah. Huhh.. kenapa aku tidak berbicara sedikit pun. Padahalkan saat kami saling memandang tadi itu cukup lama, ntah lah.. mungkin lebih baik diam saja seperti tak terjadi apapun di antara aku dengannya.
Dan tiba tiba, Ia menengok ke arah ku sambil menyodorkan biskuit miliknya. " Heyy.. kamu mau? " Ucapnya dengan wajah yang terlihat bersahabat tanpa mengisi kecurigaan sedikit pun di benaknya, Ia dengan mudahnya memperkenalkan biskuit kesukaannya kepada ku, sungguh momen yang tidak bisa terulang oleh siswi lainnya. Ketika aku melihat ke arah biskuitnya dengan wajah yang tergoda. " Hhhmm.. boleh " Aku langsung memasukan tangan kanan ku ke dalam bungkusnya untuk meraih dua biskuit coklat miliknya.
" Terimakasih ya.. " Balas ku padanya dengan wajah yang gembira, Ia membalas ku dengan senyuman manisnya yang sesaat membuat ku sedikit tersipu. Aku mulai memakan satu biskuit coklat darinya dan mengunyahnya dengan sangat keras untuk menunjukkan betapa sukanya dengan makanan yang Ia berikan.
( Note : Semakin keras anda mengunyah makanan itu, tandanya anda begitu menghargai pemberian makanan dari orang lain )
" Kamu kelas berapa? " Aku langsung dengan cepatnya menelan biskuit yang ada di dalam mulut ku untuk menjawab pertanyaan darinya, " Aku.. kelas dua E " Ujar ku dengan sedikit tersendat karena masih memakan biskuit itu. " Oh.. aku kelas 1 C " Sesaat ucapnya yang membuat ku sedikit terkejut karena mengetahui jika Ia di bawah satu kelas dengan ku. Apakah ini saatnya.. Ia akan memanggil ku Senpaiii.. yang cantik dan luar biasa.
" Kenalkan.. nama ku Minorima, panggil saja Minori " Ia mengulurkan tangannya ke arah ku, dan dengan cepatnya aku menjabat erat tangannya yang hangat, walau tangan kanan ku tampak kotor karena serpihan dari biskuit itu. " Tsuu.. tsumugi hirasi, panggil saja Mugi " Ucap ku dengan begitu antusiasnya. Aku kembali pada posisi awal ku yang sedang bersandaran di kursi bus ku.
Wajah ku tampak tak terkendalikan karena begitu senangnya bisa berkenalan dengan siswi baru di sekolah kagurasai. Aku kembali memakan biskuit coklat miliknya yang masih ku genggam di tangan kiri ku. " Mugi.. apa kamu mau minuman kacang hijau? " Ucapnya sambil membuka tas selempangnya dan mengeluarkan satu kotak minuman berkapasitas dua ratus lima puluh mili liter. Ia menyodorkannya ke arah ku, tapi.. dengan rasa tidak enaknya kau sedikit menolak ke arahnya. " Sudah.. ambil lah, aku masih punya satu kok " Ucapnya dengan senyuman yang terpancar dari wajah cantiknya. " Ehh.. benarkah, makasih ya nimoo.. Monii.. " Ucapku dengan gugupnya saat mengambil minuman dari tangannya, " Hahaha.. Minori " Ia tertawa sambil memperbaiki kesalahan ku saat mengucapkan namanya. " eh iya.. Minori " Ujar ku dengan sedikit malunya saat melupakan nama yang baru saja Ia kenalkan kepada ku. Aduh.. gimana sih, kok bisa lupa. Gerutu ku saat menyadari tingkah konyol ku.
Aku mencabut sebuah sedotan yang terbalut plastik yang menempel di sisi belakang minuman itu. Aku membuka plastik itu dan menyimpan sampahnya di kantong jaket oblong ku. Aku mulai menyedotnya dengan sedikit cepat, sementara Minori sedang memainkan ponselnya sambil menikmati biskuit coklatnya. ah.. ternyata enak juga minuman darinya. Sesaat.. sekolah kami pun terlihat begitu jelas dari balik jendela. Ya.. sepertinya sudah saatnya berpisah dengan Minori. Padahalkan aku masih mau mengobrol lagi dengannya.
Kami pun bergegas keluar dari bus satu sama lain tanpa saling dorong dorongan. Sesaat.. aku berjalan menuju gerbang dengan cepatnya, sementara.. Minori pergi menuju kelompoknya yang sedang menunggunya di belakang bus.