Chereads / Hanya Hujan / Chapter 11 - Mengingat Musim Lalu

Chapter 11 - Mengingat Musim Lalu

Bus sekolah pun mulai melaju dengan kecepatan sekitar enam puluh kilometer sampai tujuh puluh kilometer per jam saat menelusuri jalan panjang yang lurus tak berliku ini, jalan panjang ini di bagi menjadi tiga buah jalan dengan garis putih putus putusnya, yang di pisahkan dengan sebuah ruas jalan yang memisahkan antara kedua jalan besar.

Sepertiga dari ruas jalan itu adalah tanah yang di tumbuhi oleh tanaman berumput bersama dengan semak belukar yang tinggi, dan di hiasi oleh pohon pinus berukuran kecil di setiap empat meternya bersama dengan tiang listrik berlampu dua yang menjulang tinggi mengisi ruang kosong antara pohon pinus itu, berada setiap dua belas meter sekali di bagian tengah ruas jalan itu. Sementara.. di bagian sisi kanan ku terdapat tiang listrik berlampu satu yang berdiri dengan jarak enam meter sekali dari lampu tengah. Jadi.. lampu lampu jalan itu tidak berdiri secara sejajar antara kedua lampu bagian tengah dengan lampu di bagian sisi jalan. Mereka saling melengkapi dengan tersusun zig zag.

Seperti biasanya.. bus sekolah melaju pada bagian paling kanan dari tiga ruas jalan itu, yang melaju di sisi kanan dan bukan di kiri dari kebanyakan Negara di Asia. Di sepanjang jalan tidak ada toko toko atau pun perpustakaan yang berdiri di sekitar sisi jalan ini, hanya tampak gedung gedung bertingkat tiga sampai lima lantai dengan lahan pakirnya yang cukup luas, masing masing dari gedung kecil itu berjarak sedikit jauh yang di batasi dengan tembok besar yang berduri pada bagian atasnya dan pagar besi utamanya yang terlihat kokoh dan sangat kuat di lengkapi dengan penjagaan yang super ketat. Ntah itu anjing besar berjeniskan pitbull atau pun orang berbadan besar yang selalu menetap di pos penjaganya. Biasa pos mereka terletak di sekitar gerbang utama.

Sebuah bangunan yang tersusun di tepi jalan itu selalu tampak sepi seperti tidak berpenghuni dan terlantarkan begitu saja. Bersama dengan ruko ruko kecil yang tertutup dengan pintu besinya, aku sama sekali tidak mengerti dengan kegiatan apa yang sedang mereka kerjakan di dalam sana. Seketika lamunan ku terhenti ketika mendengarkan sebuah obrolan dari dua orang yang duduk di depan ku. " Sepertinya bulan depan akan ada lomba antar sekolah lagi " Sebuah suara seorang siswi yang terdengar cukup lembut sedang membicarakan sebuah FHS, ya.. sekolah kami memanggilnya sebagai " Festival Hot Sport " atau sebuah festival yang berisikan lomba lomba pada bidang olahraga, yang di selenggarakan setiap empat bulan sekali, dan bulan depan sudah saatnya untuk mengadakan kegiatan tersebut lagi.

" Benarkah.. berarti akan ada waktu liburan lagi untuk ku " Sebuah suara wanita yang terdengar cukup besar dari wanita gendut. " dengan kata lain, akan ada waktu untuk ku mengadakan acara makan besar lagi di rumah " Tambahnya yang terdengar cukup antusias. " Dasar kau.. pikiran mu hanya makan dan makan " Seketika suara wanita lembut itu nyeleneh kebahagiaan dari si gendut. " memangnya kenapa tidak boleh, kalau tidak makan aku bisa mati tau " Jawabnya si gendut dengan sedikit keras sambil menggoyang goyangkan kursinya, terlihat begitu besar dan beratnya tubuh yang dimiliki si gendut itu, sampai sampai.. kursi depan ku bergoyang hingga menimbulkan sebuah suara dari kerangka besinya yang mencoba untuk menopang tubuh besarnya.

" Kira kira.. jagoan mu siapa di lomba nanti.. " Tanyanya dari wanita lembut itu kepada wanita di sebelahnya. " Aku tidak tahu, memangnya ada berapa lombanya " Wanita gendut berbalik menanyakan lomba yang akan di adakan nanti dengan begitu bingung. " Ya.. pastinya ada banyak, ada volly, basket, bulu tangkis, marathon dan baseball. " Jawabnya dengan begitu cepat dari wanita lembut itu. " Hhhmm.. aku tidak tahu, tapi yang jelas.. aku mau melihat lomba baseball nanti " Ucapnya dengan nada yang begitu serius meyakinkan temannya. " memangnya kamu punya jagoan di baseball, siapa namanya? " Seketika aku terdiam untuk mempertajam pendengaran ku untuk menangkap obrolan dari mereka, aku mulai mencoba untuk fokus. " Hhhm.. jagoan, tidak ada " Jawabnya yang sekarang membuat ku lesuh dan lemas karena jawaban darinya yang tak sesuai ekspetasi ku. Syuuhh.. Aku menyenderkan badan ku pada kursi busa empuk ini sambil memejamkan mata ku. Aku mencoba untuk menghentikan sebuah harapan dari siswa siswi lainnya untuk memanggil nama ku sebagai jagoan mereka di baseball. Huhh.. kenapa aku selalu berharap jika nama ku bisa di kenal layaknya Fujito.

" Dasar gendut si tukang makan, bisanya makan dan makan, hahaha.. "Sontak kedua murid di depan ku itu tertawa lepas cukup keras tanpa memperdulikan siswi siswi lainnya. Tawa lepas darinya mengganggu ketenangan batin ku, aku hanya ingin tidur sebentar saja dari hidup yang tak berharga ini. Tapi.. jika aku ketiduran takutnya susah di bangunin nanti.

Aku mulai mengambil ponsel dari dalam saku seragam ku dan memainkannya sambil melihat lihat postingan lainnya di medsos, ternyata.. cukup ramai juga hari ini, ada beberapa postingan dari para pemain volly yang sedang berlatih bersama tim mereka, dan juga beberapa siswa siswi yang ikut ekskul marathon memposting foto latihan mereka bersama rekannya yang sedang mengadakan acara berlari di pegunungan. Sungguh membuat ku rindu pada masa masa latihan itu, ketika memasuki musim kemarin.. kami berlatih bersama untuk mencapai keberhasilan. Namun.. sayangnya tidak sesuai dengan harapan kami pada waktu itu. Tapi.. bagiku itu cukup mengesankan bisa mengalahkan satu tim di musim kemarin. Ya.. setidaknya kami sudah pernah berjuang walau masih sering di remehkan oleh lawan.

Huhh.. kesal ku ketika mengingat kembali lomba musim lalu, aku mematikan layar ponsel ku dan menaruh kembali pada saku baju ku, seketika rasa optimis ini berubah menjadi pesimis yang berlebihan. Saat aku menyadari peran ku yang ternilai begitu jeleknya pada musim lalu, bagaimana tidak.. aku pernah miss dua bola. Padahalkan itu sedang bertanding sungguhan bukan sedang latihan atau pun pemanasan, bahkan.. performa ku sungguh menurun drastis bagaikan sedang berlatih di lapangan kecil dekat rumah. Payah.. Ucap ku dalam hati sambil memegangi kening ku layaknya seorang yang sedang trauma berat. Sungguh membuat ku malu jika harus mengingat musim lalu.

Aku menoleh ke arah kaca bus sekolah sambil menikmati pemandangannya dari balik jendela, eh.. apakah kaca ini bisa di buka, aku ingin sekali merasakan angin sejuk di pagi hari. Aku menarik sebuah gagang yang menempel kuat pada kaca ini, aku menarik ke atas katupnya yang terletak di tengah tengah, di antara kedua gagang hitam yang begitu keras itu. Aku menarik kuat gagang itu dengan kedua tangan ku. Uhhh.. kenapa ini keras sekali. " Drrreeekkk.. " Huhh.. akhirnya, setelah berjuang cukup lama ternyata berhasil juga. Seketika angin sejuk pun masuk melewati celah kaca yang sudah ku buka sebanyak dua per tiga dari jaraknya. Aku merasakan sejuknya angin sambil memejamkan mata ku. Dan sekarang kening ku nampak basah yang di aliri keringat ku yang mulai mengucur.

Seketika aku kembali mengingat dan membayangkan pertandingan pada musim lalu, yah.. pada kenyataannya musim lalu kami memang kalah telak. Kami gugur pada babak penyisihan, sungguh tragis bukan. Itu karena kami hanya mampu memenangkan satu pertandingan saja dari lima pertandingan yang sudah di tetapkan. Lawan kami memang ada banyak dan begitu kuat bagi tim kami, ada sekitar.. dua puluh tim. Dan kebanyakan dari tim tersebut adalah tarikan dari pemain sebelumnya yang sudah pernah berlaga di musim musim sebelumnya dan pastinya memiliki banyak pengalaman tentang baseball. Tidak seperti ku yang hanya pemain pemula dan belum mengerti dengan tepat tentang permainan baseball itu. Bahkan.. aku baru saja berlaga di pertandingan pada kelas dua ini, dan baru musim kemarin saja aku menggantikan pemain lainnya yang sedang cidera karena terjatuh saat mengambil bola yang sudah melewati garis paling belakang, saat itu.. Ia melompat saat hendak mengambil bola putih yang melayang jauh dan hampir mencetak home run.

Tapi sayangnya.. dia tidak bisa mendapatkan bola yang terpental jauh itu. Hingga akhirnya.. Ia mendarat dengan posisi yang di katakan gagal. Tangannya terpelentir hingga tulang pada bagian pergelangan kanannya patah, dan langsung di larikan ke rumah sakit. Aku tidak tahu tentang kabarnya sampai saat ini, apakah Ia masih bisa bermain baseball lagi atau tidak. Cukup mengejutkan untuk ku jika permainan baseball dapat mencederai seseorang dengan cukup fatal.

Ketika aku mulai membayangkan performa dari tim lawan ku saat pertandingan itu, membuat ku down seketika harus berhadapan dengannya. Aku masih sering merasakan gugup dan tidak yakin dengan kemampuan yang ku miliki, tangan ku sering bergetar hebat ketika ingin memukul sebuah bola yang akan di lemparkan ke arah ku. Aku ingin sekali membawa tim ku juara, ya.. paling tidak memasuki babak akhir atau pun semi final. Dan bisa di kenal oleh tim lainnya, dengan begitu.. maka tim kami tidak akan di anggap remeh lagi oleh mereka.

Intinya.. aku akan terus berjuang sampai batas kemampuan ku.