Aku membuka ransel ku untuk mengambil sebuah buku paket sejarah milik ku, ya.. setidaknya aku bisa menunggu bus selanjutnya sambil membaca. Aku mulai mencari bab tiga pada bagian halaman buku sejarah ku dan mulai membacanya dengan cepat, sepertinya.. materi yang akan keluar nanti ada di soal ulangan pada bagian sini, sesaat membaca tentang kebudayaan dan adat pada daerah setempat membuat ku semakin yakin, Hahh.. siapa yang tidak tahu dengan baju Kimono, ini pastinya baju khas dari negara Sakura yang terkenal dengan kecanggihan pada teknologinya.
Aku mulai membaca lagi pada lembaran barunya, sebenarnya.. membaca buku berjeniskan pelajaran seperti ini.. membuat ku bosan walau aku memang suka membaca. Karna.. di dalam buku pelajaran tidak ada keseruan pada fase tegang yang begitu menakutkan, dan juga kelucuan di dalamnya. Huhh.. lebih baik membaca sepuluh cerita fiksi dari pada harus membaca satu buku sejarah seharian.
Seketika.. aku memasukkan jari ku ke dalam mulut saat menyadari ada sisa makanan yang menyangkut pada sela gigi ku, " Ahh.. Akhh.. cepat lah keluar " Ujar ku dengan nada yang aneh. Ehhh.. siapa itu di depan sana. Aku langsung memandang lurus dengan begitu tajam sambil mengecilkan mata ku. Aku mengelap jari ku pada rok hitam, melihat seorang pria misterius dengan pakaian yang tidak biasa dengan masker kain hitamnya yang menutupi setengah bagian bawah wajahnya. Ia memakai jaket hitam dengan bajunya yang khas metal dengan gambar tengkorak yang mengesankan di lapisi dengan nama band favoritnya. Dengan celana jeans biru yang terbilang cukup ketat.
Ia membawa berbagai pilok yang berada di tangan kanannya beserta tas kecil yang Ia gandeng di tangan kirinya. Ia menoleh ke arah kanan dan kiri untuk memastikan apakah ada mobil yang melaju, sesaat aku membuang pandangan ku ke arah samping ketika Ia mulai menyebrang, Ia berjalan begitu tenangnya dengan gaya khas lelaki sejati. Aku masih membaca buku dengan seriusnya dan tak ingin berbincang dengan pria misterius itu.
Seketika Ia menghampiri ku dan dengan cepatnya Ia menarik buku itu dari genggaman tangan ku. " Ahh.. " Sontak aku berteriak karena terkejut dengan perlakuannya yang tidak terduga, Aku hanya bisa melihat ke arah wajahnya sambil melongo. " Buku apa ini? " Ujarnya sambil memegang buku itu pada bagian atasnya secara terbalik dengan tangan kirinya, Ia mendekatkan buku itu pada wajahnya. " Siapa kamu.. dan kenapa datang datang membuat masalah " Tanya ku pada pria misterius itu yang sekarang mengambil buku pelajaran sejarah ku.
" Siapa aku.. membuat masalah... " Ujarnya dengan nada yang begitu meledek sambil mengangkat pilok berwarna oren pada tangannya, Ia menyemprotkan pilok itu tepat di permukaan buku sejarah ku. " Srrreeettt.. sreett.. srreeettt.. " Suara hembusan pilok yang terdengar sesaat Ia menekan pada bagian ujungnya " Heyy.. hentikan.. " Ucap ku sambill menarik narik tangan kirinya, namun Ia tidak henti hentinya menyemprotkan pilok itu pada permukaan buku sejarah ku.
Seketika Ia menutup buku itu dan memberikannya kepada ku. " Ini untuk mu " ucapnya dengan nada yang tak bersalah sambil menunjukkan wajah polosnya ke arah ku, Ia kembali memberikan buku sejarah itu yang sudah di tanda tangani olehnya dengan seenak jidatnya. " Bagaimana dengan bajumu hah.. apa mau ku gambarkan graffiti juga " Seketika Ia mengarahkan kedua piloknya yang berada di tangan kanannya ke arah ku. " Hehh.. hentikan.. jangan.. " Ia menarik lengan kanan ku dan dengan cepatnya aku mendorong Ia hingga terpental ke belakang, dan sekarang pria bodoh itu terjatuh ke tanah.
" Jangan macam macam ya, akan ku laporkan kamu.. " Ucap ku dengan penuh amarah sambil menunjuk nunjuk ke arahnya yang sekarang tersungkur ke tanah, " Hahaha.. laporkan saja, memangnya anak sekecil mu bisa di percaya oleh seorang polisi atau sejenisnya, Hahh.. " Dengan nada yang meledek sambil menyodorkan wajah menyebalkannya ke arah ku.
Seketika Ia menyemprotkan lagi piloknya ke ruas jalan tepat di bawah ku yang hampir mengenai sepatu cantik ku. " Lihat.. apa yang sudah kamu lakukan, mengotori ruas jalan dengan seenaknya " Ujar ku dengan nada yang tinggi sambil menunjuk ke arah ruas jalan yang sudah tercoret dengan pilok miliknya. " Memangnya kenapa.. aku tidak peduli.. sudah lah.. jangan terlalu di bawa serius.. Nama ku Sora " Seketika Ia mengulurkan tangannya dengan maksud ingin berkenalan dengan ku.
Aku hanya terdiam tanpa sepatah kata sambil membuang wajah ku darinya dengan posisi tangan yang melipat di atas perut. " Hahaha.. aku tahu nama mu.. Tsu.. mugi.. Hi.. rasi, benarkan " Ehh... bagaimana bisa dia tahu nama ku, apakah Ia.. salah satu penguntit di hidup ku. " Aku akan membuat graffiti di belakang halte ini, tepatnya di lantai empat pada bangunan kosong itu. Jadi.. datanglah setelah pulang sekolah untuk melihat hasilnya " Ucapnya sambil menunjuk ke arah lantai yang Ia maksud. Aku hanya melihat ke arah yang Ia tunjukkan kepada ku dengan raut wajah yang masih cemberut.
" Bagaimana Hahh? " tanyanya dengan penuh penasaran, sementara reaksi ku hanya diam sambil memandangi piloknya dengan wajah yang merengut dan tak ingin senyum sedikit pun untuknya. " Ya sudah.. kalau memang masih jutek seperti itu, tapi yang jelas.. kau akan menyesal jika tidak datang " Ucapnya sambil bertolak pinggang dan dengan cepatnya Ia mengambil barang bawaannya, kemudian berjalan meninggalkan ku menuju sebuah gedung kosong yang sudah tak berpenghuni itu.
Ntah.. kenapa bisa semuanya menjadi kacau seperti ini, padahalkan niat ku berangkat pagi untuk belajar dan mengerjakan PR di sekolahan. Dan sekarang.. buku sejarah ku memiliki tanda tangan graffiti darinya, huhh.. sungguh menyebalkan tapi juga keren.
Seketika mood ku untuk belajar jadi menghilang. Hahh.. Aku mengambil ponsel ku dari saku baju dan mengecek semua pesan yang ada di dalamnya. Aku mencoba untuk mengabari Saki melalui sms.
" Saki.. sudah di sekolah belum? " Hahh.. aku tidak tahu mau ngapain, rasanya masih risih dan takut jika pria aneh yang menyebalkan itu datang menghampiri ku kembali sambil berbuat ulah lagi. Huhh.. aku menutup wajah ku dengan kedua tangan sesaat rasa frustasi menghampiri ku. Sambil memikirkan bagaimana orang itu bisa mengetahui nama ku, bahkan.. nama kepanjangan ku juga Ia hafal, siapa Ia sebenarnya.
Apa jangan jangan.. buku kecil ini darinya. Sesaat lamunan ku terhenti ketika mendengar langkah kaki dari dua orang siswi yang sedang mengobrol dan berjalan menuju halte. Sepertinya.. Ia akan menunggu bus sekolah di halte ini juga, setidaknya kan.. tidak sendirian lagi. Ia duduk di samping ku sambil membawa tas kecil yang berisikan baju olah raga miliknya. Sepertinya.. mereka bersekolah di tempat yang sama dengan ku, seseorang yang berada di ujung kiri meneguk minumnya yang Ia bawa dengan sebotol plastik khusus berwarna biru tua miliknya.
" Heyy.. kau tahu kabar tentang Vio? " Seketika siswi yang berada di samping ku bertanya kepada temannya. " Tidak.. memangnya kenapa? " Ia membalas temannya dengan tanggapan yang biasa saja, setelah meneguk botol minumnya yang membuat bibirnya sekarang menjadi basah. " Kabarnya Ia di keluarkan dari sekolah " Vio.. siapa dia, aku tidak pernah mendengar namanya. Apakah Ia salah satu siswi yang terkenal di sekolah ku.
" Lohh.. memangnya kenapa, bukankah Ia anak terpintar di sekolah Kagurasai " sontak.. mendengar respon darinya, yang seketika membuat ku penasaran dengan kelanjutan cerita dari mereka, aku hanya bisa menguping pembicaraan mereka sambil memainkan ponsel ku. Menunggu balasan dari saki dengan tangan kiri ku yang sedang memegangi buku sejarah. " Iyah.. belum ada jawaban yang pasti mengenai hal itu " Ku rasa ada sesuatu yang salah dengannya, tapi.. bagaimana bisa siswi terpintar di sekolah ku di keluarkan begitu saja tanpa alasan, mungkin.. penyebabnya adalah Ia tidak mampu membayar semua Iuran sekolah. Atau.. ada masalah internal yang sedang Vio hadapi.
Seketika bus pun datang, dan terlihat begitu sepinya siswi yang berada di dalam bus itu. Aku dan dua siswi itu mulai memasuki bus secara bersamaan. Aku mengambil tempat duduk kedua dari belakang di samping kiri, duduk di samping kaca merupakan tempat kesukaan ku karena bisa melihat indahnya pemandangan selama perjalanan menuju sekolah. Huhh.. bagaimana ya dengan ulangan ku nanti. Seketika mata ku terbelalak ketika mengingat sendal ku yang ketinggalan. Oh iya.. aku menepuk jidat ku saat menyadarinya.