1 Minggu telah berlalu. Setelah kejadian itu, Sikap Ludius kini sedikit berbeda. Dia sekarang lebih manusiawi dari pada sebelumnya. Pagi ini untuk pertama kalinya Silvia kembali ke kampus setelah begitu banyak kejadian terjadi. Silvia sedang bersiap-siap untuk kuliah pagi, Di kamarnya dia sedang membenahi buku dan lain-lain.
"Pagi Nona Silvia, Tuan Lu meminta anda turun untuk menemani beliau sarapan"
"Baik Bi, aku akan segera turun".
Silvia keluar dari kamar menuju ruang makan, Disana sudah ada Ludius yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor.
"Pagi Tuan, Oh ya.. Sebelumnya aku mau izin pulang malam untuk mengerjakan tugas di rumah Ling Ling". Katanya polos.
"Silahkan sarapan nya Tuan Lu dan Nona Silvia". Bibi Yun menyiapkan satu meja penuh sarapan pagi. Mereka mulai sarapan bersama, di meja sudah dihidangkan banyak menu untuk dipilih.
"Untuk apa kamu pergi kerumah teman, apa kamu tidak bisa mengerjakannya disini saja?"
"Sebenarnya bisa Tuan, tapi berhubung aku tidak mempunyai komputer atau laptop, Terpaksa harus meminjam pada Ling Ling"
"Tidak bisa..! Kamu tidak boleh pergi kemana-mana, Untuk laptop kamu akan aku belikan yang baru. Nanti akan aku antar langsung ke kampusmu"
"Tu.. Tunggu Tuan, Baik aku tidak akan pergi, Tapi Tuan jangan datang ke kampus yah…! Aku tidak ingin ada keributan dengan Tuan datang ke kampus hanya untuk menemuiku"
"Tidak ada tawar menawar, Menuruti kata-kata ku atau kamu keluar dari kampus dan menjadi pelayan ku?"
'Orang ini sungguh menyebalkan, Seenaknya saja dia memutuskan apa yang ingin ku lakukan. Benar-benar mirip seperti Ibu mertua yang cerewet dan suka mengatur'. Cibir Silvia dalam hati.
Silvia sarapan dengan perasaan kesal, Justru sebaliknya Ludius seakan menikmati hari-hari dimana dia bisa membuat Silvia merasa kesal.
Ludius berangkat mengantar Silvia ke kampus dengan mobil Sport nya. Sesekali Silvia menatap wajah Ludius yang tenang membuat Silvia merasa tidak nyaman.
'Lagi-lagi seperti ini, Sebenarnya ada apa dengan perasaanku. Mengapa aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Ya Tuhan.. Aku baru menyadari bahwa orang yang selalu membuatku jengkel ternyata tampan juga saat sedang tenang. Andai saja dia bukan pria psikopat, mungkin aku akan benar-benar jatuh dalam pesonanya'. Batin Silvia.
Ludius mengantar Silvia sampai ke depan kampus. Seketika semua mahasiswi riuh melihat ada mobil Sport berwarna hitam bertengger di depan kampus. Mereka mulai berbisik, saling tebak siapa pemilik mobil tersebut.
"Hei gadis kecil… Cepat turun..". Suara Ludius membangunkan Silvia dari lamunan nya.
"Ah.. Eh.. iya aku turun" Silvia seperti orang linglung yang kehilangan arah,
"Heh.. ada apa denganmu gadis kecil, apa kamu sedari tadi sedang memikirkan ku? "
"Berhentilah mengatakan hal tidak berguna Tuan, mana mungkin aku memikirkan mu. Lagian ini terlalu pagi untuk Tuan ke PD an. Sudah aku masuk kelas dulu". Wajah Silvia bersemu merah, Segera dia membuka pintu untuk menghindari Ludius. Begitu pintu mobil dibuka, Semua orang kaget melihat ternyata Silvia, Mahasiswi miskin yang menaiki mobil tersebut. Begitu Silvia turun, mobil langsung melesat pergi, tanpa ada orang lain yang tahu siapa yang ada di dalamnya.
"Pagi Silvia, aku tidak menyangka, ternyata Tuan Ludius perhatian juga yah.." Bisik Ling Ling. Mereka berjalan menuju ke kelas, Di tengah jalan mereka tidak sengaja berpapasan dengan Li Thian,
"Silvia… Bagaimana keadaanmu sekarang, apa tidak apa-apa kamu sudah masuk kuliah?". Pagi ini Li Thian memakai pakaian kasual, berpadu dengan wajah yang tampan membuat aura nya keluar ditambah dia salah satu Mahasiswa muda di Universitas ini membuatnya semakin dikagumi banyak mahasiswi.
"Aku sudah baikan Li Thian, sekali lagi terima kasih karena telah menjenguk ku kemarin. Aku Permisi dulu, kelasku akan segera mulai" memberi senyum ramah,
"Baiklah, Ohya… aku pernah janji kepadamu, Jika kamu sembuh maka aku akan mengajak kamu makan diluar. Jika kamu ada waktu kabari aku saja, aku pasti akan luangkan waktu untukmu".
"Silvia kamu tuh yah… Diam-diam dekat sama pria ganteng, Pertama si pangeran kampus Li Thian, Eh.. Tidak tahunya malah satu rumah sama Direktur muda Tuan Ludius Lu, Enak yah jadi kamu. Sesekali dong kenalin aku pria tampan juga. Masa kamu tega sih liat sahabatmu ini jomblo terus" Oceh Ling Ling di sepanjang jalan hingga sampai di depan kelas.
"Udah selesai belum ngomong nya? Stop membicarakan tentang mereka. Aku tidak ingin pagi-pagi otakmu berdebu gara-gara memikirkan hal yang tidak perlu".
'Memang harus sabar kalau punya teman hobi gosip. Pagi-pagi bahas si Ludius aneh itu, siapa juga yang enak hidup sama dia, yang ada Enek iyah..!' Gerutu nya dalam hati.
***
Waktu telah berganti siang, Jam masuk kelas dimulai sekitar setengah jam lagi. Silvia dan Ling Ling yang sedang berada di Lobi kampus samar-samar melihat para mahasiswi berlarian ke depan kampus untuk melihat sesuatu.
"Silvia sebenarnya ada apa sih? Kepo nih, liat yuk.. Sepertinya ada hal menarik di depan kampus" Ajak Ling Ling semangat.
"Males ah, kamu saja sana..! Tidak penting juga" . Silvia tidak mengindahkan ajakan Ling Ling dan masih berkutat dengan bukunya. Ling Ling yang penasaran akhirnya datang ke kerumunan untuk mencari tahu.
Belum sempat Ling Ling beranjak pergi matanya sudah terpaku oleh sosok tampan yang mendekat kearah mereka berdua. Semua wanita yang ada di kerumunan memandang kemana sosok itu melangkah. Ludius yang melihat Ling Ling terdiam karena syok memberi isyarat untuk tetap diam,
Syuut...!
Sembari memberi isyarat untuk diam. Ludius diam-diam duduk disamping Silvia menggantikan Ling Ling,
"Ling Ling, kenapa kamu masih disini? Katanya kamu penasaran dengan para kerumunan itu? Aku tidak bisa ikut denganmu karena aku benar-benar sedang di sibuk". Silvia terus berbicara tanpa melihat siapa orang yang sedang di ajaknya bicara.
"Gadis kecil, serius sekali belajarnya, sampai aku datang pun kamu tidak tahu". Silvia yang sedang serius dengan buku - bukunya sontak kaget mendengar suara Ludius ada di dekatnya.
"Ah...! Tu.. Tuan Lu, ada apa Tuan kemari?"
"Heeeh.. apa aku harus menunggu izinmu untuk menemuimu? Ingatlah kamu adalah wanita ku. Kapanpun aku butuh kamu harus ada di samping ku". Bisik Ludius di telinga Silvia, Suara Ludius membuatnya merinding.
'Apa sih yang mau orang ini lakukan? kenapa perasaanku tidak enak yah?".
"Tuan Lu, sejak kapan aku menjadi milikmu. Lebih baik Tuan jangan asal bicara didepan anak-anak kampus atau mereka akan salah paham". Silvia masih menjawabnya dengan acuh.
Melihat sikap acuh nya itu, Ludius berdiri dihadapan Silvia dan mendekatkan wajahnya sangat dekat, hingga orang-orang berpikiran mereka akan berciuman.
"Sekarang, apa kamu masih berani mengabaikan ku?" Silvia mendongakkan wajahnya. Dan mata mereka saling bertemu. Perasaan itu datang lagi, Perasaan yang belakangan ini membuat Silvia menjadi gelisah,
'Tatapan ini seperti De Javu, apakah aku pernah bertemu dengannya sebelumnya?'. Hati Silvia bertanya-tanya tentang perasaan yang sedang dia alami.