Di rumah sakit, Ludius langsung di bawa ke ruang ICU. Kondisinya saat ini kritis akibat kehilangan banyak darah. Salah satu dokter keluar memberi tahu bahwa Ludius membutuhkan donor darah secepatnya.
"Permisi Nona, Tuan Ludius membutuhkan donor darah golongan AB negatif secepatnya. Tapi Golongan darah ini tergolong langka. Dan Rumah Sakit tidak memiliki stok darah tersebut"
"Baik Dokter, Saya usahakan secepatnya mendapatkan donor darah tersebut. Bibi, aku akan pergi untuk mencari pendonor. Aku akan kembali secepatnya" Silvia melangkah keluar.
"Bagaimana aku mendapat petunjuk siapa yang memiliki darah yang sama dengan Ludius?. Lebih baik aku mulai dengan biodata dari anak-anak kampus". Silvia pergi di antar oleh supir pribadi Ludius.
Sesampainya di kampus Silvia berjalan cepat hingga tidak sengaja menabrak Seseorang.
"Maaf, aku tidak sengaja. Permisi, aku sedang buru-buru" Silvia berbicara tanpa tahu siapa orang yang dia ajak bicara dan melangkah pergi.
"Tunggu..! " Li Thian memegang tangan Silvia. "Mengapa kamu menangis Silvia, Apa Ludius menyakitimu?" . Silvia membalikkan badan dan tersenyum untuk menyembunyikan air matanya.
"Tidak, Bukan seperti itu. Maaf Li Thian, aku sedang buru-buru" Melepas pegangan Li Thian, Tapi Lithian enggan untuk melepasnya.
"Jawab dulu pertanyaan ku Silvia, Mengapa kamu sampai menangis, Siapa yang telah menyakitimu?". Li Thian menyentuh wajah Silvia dan menghapus air matanya.
"Ludius, dia terluka gara - gara aku, sekarang dia sedang kritis dan membutuhkan donor darah AB negatif, Tapi aku tidak tahu harus mencarinya dimana".
"Aku AB Negatif, Aku akan mendonorkan darahku tapi dengan 1 syarat.."
"Syarat? apa itu?! "..
"Jadilah pacarku.." Mendengar itu Silvia menarik tangannya, dan berjalan mundur.
"Maaf Li Thian, Aku tidak bisa menerima syaratmu itu" Katanya lirih
'Aku tidak ingin kamu terluka hanya karena menjalin denganku. Ludius adalah orang yang tidak segan-segan membunuh siapa saja yang menghalangi jalan nya. Aku hanya tidak ingin melihatmu juga terluka. Dan kamu sudah memiliki Xing'er, Dia lebih pantas untuk mu'.
"Tapi kenapa Silvia? Apakah kamu mencintai Ludius?". Menatap wajah Silvia penuh kecemburuan,
"Cukup Li Thian..! Jika kamu tidak mau membantuku. Setidaknya biarkan aku pergi..". Li Thian yang tidak tahan melihat air mata Silvia, justru menariknya menuju mobil.
"Aku akan mendonorkan darahku… ".
'Ada apa dengan orang ini? Jelas-jelas tadi meminta syarat, sekarang malah menarik ku seenaknya saja'.
Dirumah Sakit Li Thian langsung ke ruang Lab untuk cek darah dan Silvia menuju ke ruang ICU.
"Bagaimana keadaan Ludius Bi? Aku telah membawa seseorang dengan golongan darah yang sama" . Kata Silvia, tergambar jelas gurat kesedihan di wajah Silvia.
"Bibi belum tahu. Sedari tadi belum ada satupun dokter yang keluar. Nona jangan khawatir, Tuan pasti baik - baik saja. Bibi pergi dahulu untuk menemui Longshang. Nona tetaplah disini". Bibi Yun keluar.
Tidak berselang lama Li Thian menghampiri Silvia yang tengah menunggu di depan ruang ICU.
"Aku sudah mendonorkan darahku untuk Ludius. Dia pasti akan baik-baik saja". Lithian menghampiri Silvia dan duduk disampingnya.
"Li Thian, Terima kasih kamu sudah mau mendonorkan darahmu. Aku janji,, aku pasti akan membalas kebaikanmu". Memandang Li Thian dengan senyuman.
"Janganlah berjanji jika kamu tidak bisa menepatinya, Sudahlah aku akan pulang". Li Thian berjalan dengan perasaan hampa.
"Sungguh, Maafkan aku Li Thian. Aku tidak bermaksud membuatmu seperti ini. Aku hanya tidak ingin kamu terluka" Gumam Silvia, dia menghapus air matanya. Dokter keluar dan memindahkan Ludius ke ruang rawat.
Di ruang rawat Silvia menemani Ludius yang masih pinsan.
"Kenapa kamu melakukan hal ini Ludius, kenapa kamu membahayakan dirimu sendiri hanya untuk menyelamatkan ku? Sebenarnya kamu menganggap aku apa?" Silvia menggenggam erat tangan Ludius, Dia meneteskan air mata dan membasahi tangan Ludius.
Ludius yang pada dasarnya sudah siuman mendengar semua yang Silvia katakan. Namun dia tidak bisa untuk menjawab pertanyaan nya. 'Karena Dunia ini begitu kejam, dan kamu hidup diantaranya. Aku hanya bisa menjagamu dengan cara seperti ini'.
Perlahan Ludius mulai membuka mata dan menggerakkan jarinya. Dengan lembutnya Ludius mengusap air mata Silvia. "Jangan menangis Gadis kecil, berapa kalipun kamu bertanya, jawabanku akan tetap sama. Aku akan selalu melakukannya. Karena kamu adalah wanita ku".
'Ludius, kamu selalu mengatakan dan menganggap aku hanyalah wanitamu, dan aku akan selalu mencoba untuk membenci dan menjauh darimu,Tapi setiap ku mencoba mengapa sisi lain hatiku merasa sakit?'.
Ludius menarik tangan Silvia hingga terjatuh di atas tubuhnya. Mata mereka saling memandang,
"Ludius apa yang kamu lakukan, Cepat Lepaskan aku..!" Silvia mencoba memberontak, namun pelukannya justru semakin erat.
"Diam..! Untuk sejenak, Biarlah tetap seperti ini". Ludius membelai kepala dan mencium kening Silvia, seketika wajah lugu Silvia berubah merah merona.
Terkadang fikiran dan hati mengatakan hal yang sebaliknya, tidak ada kepastian dari hal yang samar. Sama halnya dengan yang terjadi pada Silvia saat ini, antara hati, fikiran dan tubuhnya mengatakan hal yang berbeda. Tapi satu yang pasti, disaat semua mampu berkata dusta hanya hati yang mampu mencari jalan keluarnya.