Chereads / my damn love story / Chapter 2 - Is it true?

Chapter 2 - Is it true?

Macet, seperti yang sudah kuprediksi. jam pulang kantor membuat antrian panjang kendaraan menuju rumah mammi. aku menghela napas. sudah macet, panas, mukaku sudah terasa tebal karena debu jalanan dan posisi duduk yang tidak nyaman.

aku memilih duduk dengan menyamping di motor (duduknya orang kalau dibonceng dan pake rok). hal yang biasa kulakukan jika bukan ayah atau saudaraku yang membonceng. terima kasih kepada driver grappy bertubuh besar ini, membuatku sangat tidak nyaman. padahal perjalanan masih cukup jauh.

"pak, pak.. bisa berhenti sebentar? " kataku yang lama2 kasian juga liat si driver susah payah bawa motor dengan posisi dudukku.

"kenapa bu?" katanya saat berhenti. aku turun dari motor dan menatapnya sebal.

"saat mau ganti posisi duduk, dan saya bukan ibu2" kataku ketus.

" maaf2, soalnya bingung mau panggil apa" kata si driver menggaruk helm. aku hanya menunjuk jalan, tidak peduli dengan alasannya.

10 menit berlalu, jalan yang kulalui mulai lancar. bagus, pantatku sudah mulai mati rasa.

"jadi sudah semester berapa? "kata si driver tiba2.

"enam, " balasku pendek.

"fakultas? "

"teknik"

"jurusan? " tanya si driver membuatku mengernyit.

"lagi sensus yah? "jawabku sarkas. dia terbahak. kupikir dia akan berhenti setelah itu.

"asli mana? " tanyanya lagi membuatku hampir mendorongnya. aku hanya diam. malas.

"dari luar makassar kan? soalnya tadi-"

"Bulukumba" potongku.

"saya juga orang sana" jawabnya antusias.

"terus"

"berarti kita satu kampung" katanya membuat angkat alis. aku kemudian bertanya pada si driver dengan bahasa daerah Bulukumba. dia hanya cengengesan tidak bisa balas, dalihnya, dia tinggal lama di luar Bulukumba makanya tidak terbiasa dengan bahasa daerah. ok fix, si driver SKSD seperti info dari teman2ku soal driver ojol. aku sibuk mengingat bagaimana Mira menceritakan pengalamannya dengan ojol saat si driver menghentikan motor. ternyata sudah depan rumah mammi.

"ini pak" aku mengeluarkan pecahan 50 dari tas dan membayar sewa.

"saya tidak punya uang kembalian" katanya

"tunggu disini, saya ke dalam dulu" aku melesat masuk ke rumah mammi

"mammi, yuhu, aku sudah sampai" teriakku. wanita paruh baya menghampiriku kemudian.

"ongkos ojek, 22 ribu sekarang, ndak pake lama,"kataku memotong kata2 mammi. dia melihat keluar ke arah si driver.

"kamu ngga usah bayar dulu, pp aja sama dia" kata mammi tenang yang membuatku melongo parah. ojol kan buat sekali jalan mana ada pp tatapku pada mammi.

"mammi tau kok" kata mammi membalas tatapanku. "tapi kan kamu tau ngga ada yang bisa antar kamu pulang, dan disini jaringan agak susah. tapi kalau kamu mau nginap juga boleh" lanjut mammi. aku hanya mengangguk paham. deadline tugas tiba2 terbayang.

"kamu makan aja dulu, pasti belum makan kan? " tanya mammi mengalihkan perhatian dan tentu saja aku teralihkan. hehe maklum anak kos2an ngga bisa melewatkan makanan enak nan gratis.

"tapi--"

"tukang ojeknya diajak makan aja sekalian. kasian kan" kata mammi memotong kalimatku. aku menurut saja dan berjalan keluar.

"pak, bisa tidak kalau pp? nanti saya bayar dobel" kataku agak tidak yakin. si driver tampak berpikir sejenak. lalu mengangguk.

"boleh2 saja" katanya sambil membuka masker, ternyata tidak setua yang kubayangkan. but I dont care. aku tersenyum lebar mendengarnya. setidaknya aku tidak harus nginap dan bisa sepuasnya mengerjakannya besok.

"baguslah kalau begitu, tapi tunggu bentar lagi lagi. soalnya mammi lagi siapin makan, sekalian ayok makan sama2" kataku senang. si driver bengong lalu menunjuk mukanya.

"iya, ayo sini makan tidak usah malu2, "kata mammi dari belakangku. aku sudah mencium aroma ayam goreng dari dalam rumah dan berlari menuju ruang tamu.

"makan yang banyak" kata mammi setelah berhasil mendudukkan si driver di depanku. "mammi ke dalam dulu". si driver sudah salting sambil menatapku yang mencomot paha ayam. aku nyengir padanya.

"ngga usah malu2, anggap saja rejeki nomplok. mammi memang suka kasi orang lain makan, jadi anggap rumah sendiri" kataku seolah2 tuan rumah.

"kalau gitu, ya sudah" katanya lalu mulai menyendok makanan walau masih malu2.

mammi kembali dari dalam sambil membawa minum. isengku tiba2 kambuh.

"mi, katanya dia ini orang Bulukumba tapi aku ndak percaya sih"

"kenapa ndak percaya?" tanya mammi

"orang ndak bisa bahasa daerah" kataku kelewat santai. si tersenyum lalu mengeluarkan ktpnya.

"ini buktinya" dia menyerahkan ktp itu pada mammi. dia lalu tersenyum evil padaku. hampir kutimpuk tulang ayam.

"ndak penting dia orang mana, yang penting baik, iyya tidak Fadil" kata mammi disambut anggukan aneh dari si driver. jadi, yang ponakan disini aku atau si driver a. k. a Fad ini sih.