Hari minggu yang tenang telah datang, aku masih terlelap kelelahan setelah maraton anime tiga season. mumpung libur dan jadwal ketemu asisten sudah selesai. masih asyik dengan mimpi absurdku, ost salah satu anime favoritku bergema membuat mataku otomatis terbuka dan meraih ponselku.
"ha.. lo" jawabku sambil menutup mata kembali.
"masih tidur nak?" suara bapak dari seberang.
"ngga ko pak, udah bangun dari tadi" jawabku sudah terduduk. bapakku sebenarnya orangnya santai, tapi kalau soal bangun pagi sedikit "keras".
"kamu ngga pulang? " sudah kuduga.
"pulang ko pak, tapi tunggu nilaiku keluar baru pulang"
"ya sudah, kamu baik2 disitu" kata bapak singkat lalu menutup telpon.
bapakku memang kelihatan dingin, tapi i love him, bahkan laki2 impianku sifatnya yang seperti bapak. agak pendiam tapi paling cinta dengan keluarganya, terkhusus aku anak perempuan satu2nya, dibanding ke ketiga saudara laki2ku yang kerap "dipukul" (oke, jangan bayangkan yang aneh2 keluarga kami keluarga biasa yang tidak melakukan kekerasan pada anak, hanya hukuman biasa seperti pukul pantat atau cubit paha itupun kalau kesalahannya sudah sangat parah) .
sekarang aku benar2 sudah bangun jadi kuputuskan untuk berburu sarapan. seporsi nasi kuning sepertinya enak.
setelah berjalan 5 menit aku tiba di penjual nasi kuning langgananku.
"bu pake ayam satu, dibungkus, pake sambel" si ibu mengangguk dan menyiapkan pesananku. sambil menunggu si ibu yang sibuk, aku melihat WA yang notifnya dari tadi berbunyi. grup himpunan lagi ribut soal junior kundang, grup kelas bahas pulkam oasis, beberapa grup yang secara ajaib aku diundang tanpa tahu apa faedahnya. sampai ada kontak tanpa nama hanya gambar panda. Aku tidak ingat pernah memasukkan kontak ini. aku membuka chatnya.
"selamat pagi, ko ngga ada kabar? "
aku menaikkan alis, siapa si panda ini.
"jangan2 udah lupa. hiksss" chat selanjutnya membuatku bergidik. pikiranku tiba2 kembali ke hari aku ke rumah mammi. ahh, si monster grappy. aku ingat, saat perjalanan pulang secara miracle nan ajaib ternyata dia orang yang asik diajak ngobrol. sampai aku mengiyakan saat dia meminta nomerku. aku lupa menanyakan namanya makanya hanya memberi gambar panda saat menyimpan nomernya. dan ini sudah tiga minggu sejak hari itu.
"ini nasinya nak" seru ibu penjual nasi kuning. aku memberinya uang sepuluh ribuan dan berterima kasih. ponselku bergetar, panggilan si panda.
"halo" jawabku sambil mengeluarkan kunci kamar dari kantong jaketku.
"halo, diangkat yah kirain bakal ditolak" suara si panda memelas kw.
"lain kali bakal kutolak" kataku datar
"janganlah, bercanda sensi banget. harusnya aku yang sensi tau, kamu ngga ada kabar lagi setelah hari itu"
"sorry2, di kampus lagi sibuk2nya. kamu taulah akhir semester" dari pembicaraan kami sebelumnya, ternyata si panda itu sarjana hukum yang lagi nabung buat lanjut magisternya. hebat, iya dia hebat pikirku.
"oh, kirain aku dilupain. aku sedih tau" hebat kalau saja sifat alaynya tidak kumat selamanya.
"sebenarnya sempat lupa memang, kamu juga ngga ngasih kabar"
"aku lagi sibuk ngejar setoran, sama sebenarnya hapeku rusak sehari setelah ketemu kamu. untung saja datanya bisa diselamatkan. meski butuh waktu dua minggu" aku hanya mengangguk2, menyuap sesendok besar nasi kuning yang baunya menggoda.
"heruus, henapa barhu shett hekarang?" kataku dengan mulut penuh.
"hehe, telen dulu itu neng baru ngomong" katanya tertawa renyah.
"kenapa baru chat sekarang?" aku mengulang perkataanku.
"takut kamu ngga respon, soalnya-"
"soalnya kamu juga driver ojol gitu? santai aja kali, jaman kasta2an udah lewat. sekali lagi bahas ginian, bakal kublokir. mau?"
"iya2 bu ampun. makanya jangan motong kalau orang ngomong,ngapain juga aku malu jadi driver orang keren ko bisa kenalan sama banyak orang tiap hari" kata si panda tertawa renyah membuatku agak malu, efek nonton anime semalam masih mempengaruhi kesehatan psikisku sepertinya.
"terus mau ngomong, soalnya takut ada yang marah? gitu? ngga bakal ada yang marah" kataku dengan muka tebal. tawa si panda berhenti, sepertinya kali ini benar.
"kok bisa-"
"tau, udah sering dengar. ada lagi? " aku memotong perkataannya sekali lagi.
"ngga" kata si panda terbata, mungkin kaget kalimatnya sering dipotong.
"bagus, aku mau lanjut makan dulu. bye"
"tunggu2..."
"apa lagi? "
"senin besok kamu ke kampus? "
"iya, mau cek nilai sama ketemu sama senior, kenapa? mau ketemuan? "
"pede amat orang nanya aja" dia tertawa terbahak. aku langsung memutuskan sambungan. menikmati ayam gorengku dan melupakan asal ceplosku yang sudah membunuhku beberapa kali.
ngomong2 FYI aku kasi nama si panda karena saat di berjalan masuk ke rumah mammi hari itu dengan pakaian hitam2, badan tinggi tegap tapi perut agak maju dan memakai helm. dia tampak seperti panda, sangat, dimataku.