Cinta segera mempercepat langkah kakinya menuju ruang Abah Sueb ketika ia merasakan seseorang mengikuti langkahnya. Dalam ruangan Abah berhenti berbincang dengan seorang pria yang tampak seumuran dengan Abah. Ia berkulit agak coklat berambut agak ikal, walau sudah berumur, ketampan dan wibawanya memancar sempurna, sungguh elegan.
Melihat Cinta tiba, Sueb memperkenalkannya pada Danil.
"Kang Danil, ini anakku, si bungsu, Cinta"
Sueb melambaikan tangan memberi isyarat agar Cinta cepat menghampiri Danil.
"Selamat malam Om Danil, saya Cinta..." sambil senyum Cinta menjabat tangan Danil.
"Selamat malam Cinta. Cinta masih kuliah atau sudah lulus?" tanya Danil
"Cinta masih kuliah, tingkat akhir, sedang membuat skripsi Om..." jawab Cinta dengan lugas.
"Ooo, ambil jurusan apa?"
"Pendidikan Guru SD"
"Wah, siap memajukan pendidikan bangsa?"
"Dengan bimbingan Tuhan"
"Wah, hebat... Memiliki keimanan yang baik..." ujar Danil sambil tersenyum puas
"Tidak kok Om... , masih manusia yang penuh dosa..." Cinta dengan gesit menimpali.
Sungguh menarik... Pikir Danil... Sungguh cocok menjadi menantuku... Danil mulai menilai penampilan fisik Cinta. Cinta termasuk gadis menarik, lesung pipi yang menghiasi pipinya ketika ia tersenyum menambah daya tarik dirinya. Semoga belum ada kumbang yang memilikinya, harap Danil. Ia harap-harap cemas ketika berujar kepada Cinta,
"Sudah punya calon belum nih?"
"Calon pembimbing skripsi ya Om?" Cinta mencoba berkelit dari introgasi Danil.
"Maksud Om, pacar, Cinta sudah ada pacar?" Danil meluruskan sambil tersenyum simpul... Sungguh anak ini berusaha berkelit...
"Belum Om...", jawab Cinta. Ia sudah biasa ditanya oleh rekan bisnis Abah. Sebenarnya Cinta berusaha berkelit karena ada Ellios. Cinta menyukai Ellios, namun sudah bertahun-tahun ia hanya terjebak dalam Friend Zone akut. Cinta tidak menutup diri pada beberapa pria yang berupaya mendekatinya, seperti Aldi, Ryan, Fariz, Jamal, Mark, dll. Namun belum ada yang dapat menyingkirkan bayangan Ellios.
Sueb tanggap melihat peluang yang tercipta. Sueb tahu Danil memiliki seorang anak lelaki bibit unggul. Sueb menimpali Danil,
"Cinta banyak yang berusaha mendekati, Cintanya saja yang selalu menghindar... Teman pria banyak... Tak satu pun berhasil menyematkan cincin ke jari manisnya..."
Cinta melotot, gemas pada Abahnya. Untung posisi Sueb agak jauh dari Cinta, kalau dekat, Sueb pasti sudah dicubit Cinta.
"Kita makan malam bersama di rumahku ya Kang Danil..., Cintya sudah memasak di rumahku. Kiranya Akang sudi mampir ke gubuk hamba..." sambil berdiri Sueb berujar dan tersenyum simpul, Sueb mengajak Danil beranjak dari tempatnya duduk.
"Dengan senang hati hamba menerima ajakan Tuan Boss..." Danil menimpali sambil bangun dari duduknya. Cinta ikut berdiri, sambil sedikit memonyongkan bibir imutnya, ia berjalan mengekor di belakang mereka
Sueb memang sudah berencana mengundang Danil ke rumahnya, yang diluar rencana adalah ternyata Mang Karman setelah dari bengkel malah membawa pulang mobilnya... Untunglah ternyata Danil akan dijemput oleh anaknya sehingga mereka dapat ke rumah Sueb menumpang di mobil Danil.
Pintu ruang Direktur terbuka, Rayhan melihat Danil berjalan keluar bersama pria paruh baya yang nampak sebaya dengan Danil. Di belakang pria itu, ada gadis bermata almond, jalan mengekor mereka. Rayhan segera berdiri menyambut mereka.
Danil memperkenalkan Rayhan pada Sueb. Sueb menjabat tangan Rayhan sambil mengagumi anak muda dihadapannya. Wah, bibit unggul ini memang cocok di jadikan menantu, pikir Sueb.
'Cinta, kemarilah... Nak, kenalkan anak semata wayang Om Danil... Rayhan...' Danil memperkenalkan Rayhan pada Cinta.
'Rayhan' Rayhan mengulurkan tangan dengan mantap dan senyum menghias wajah tampannya,
'Cinta' Cinta menyambut jabatan tangan sambil tersenyum manis,
Hati Rayhan berdebar gembira, ah... Ternyata gadis itu bernama Cinta. Sungguh nama yang membuatnya tambah cinta... Sepertinya cocok banget... Cinta, cintaku...
'Jabatan tangannya udah bisa dilepas?' suara Cinta memecah lamunan Rayhan. Uuuppssyyy..., Rayhan segera melepas genggaman tangannya. Cinta tanpa ekspresi memandang Rayhan. Danil dan Sueb tersenyum dikulum. Bertukar pandang, mereka senang, nampaknya perjodohan akan segera berbuah.
Karena malu Rayhan segera mengalihkan pandangan pada Danil,
'Kita sekarang mau kemana Pa?' kata Rayhan agak jengah...
'Kita makan malam ke rumah Om Sueb, Papa masih mau berbincang dengannya. Kamu nanti bisa berbincang dengan Cinta.' jawab Danil sambil mengimbangi langkah Sueb menuju lift.
Pintu lift terbuka. Sueb, Danil, Rayhan segera masuk lift, sebelum masuk lift, Cinta menoleh pada Silvana, ia berpamitan, melambaikan tangan pada Silvana sambil tersenyum manis padanya.
Pintu lift tertutup, Rayhan segera memencet tombol L1, tempat ia memarkir mobilnya.
'Cinta, kita ikut satu mobil dengan Om Danil. Mang Karman salah paham, mobil kita malah dibawa ke rumah setelah dari bengkel.' Sueb memecah keheningan di dalam lift.
"Ooo, ok..." ada nada kekesalan tersirat di nada bicara Cinta. Cinta kesal, kalo tahu begitu untuk apa dia datang ke kantor Abah. Kenyataannya, dia tidak dibutuhkan. Ekspresi kesalnya terpancar keluar. Cinta memang seseorang yang ekspresif. Cinta curiga, jangan-jangan ada udang dibalik batu. Hhhmmm... Mencurigakan.... Cinta tanpa sadar memonyongkan bibir ranum mungil miliknya.
Rayhan yang sedari tadi curi-curi pandang menilai ekspresi yang ditampilkan Cinta sungguh imut... 'Ah... Seandainya aku dapat menatap Cinta terang-terangan... Merangkum wajah Cinta dengan kedua tanganku. Menikmati mata almond dan bibirnya yang ranum mungil, sungguh menggiurkan. Bagaimana rasanya jika aku mencicipi bibir itu... Mengulum, kemudian melumatnya... Ah... Pasti nikmat... ' pikir Rayhan. Ia kaget sendiri atas pikiran liarnya. Tak pernah dia membayangkan melakukan hal tersebut pada para wanita yang berupaya memilikinya.
Denting lift disusul pintu lift terbuka memecah pikiran Rayhan yang melantur. Cinta berinisiatif memencet tombol 'open' sehingga pintu lift tetap terbuka kala Danil dan Sueb turun. Rayhan telah lebih dulu melangkah turun, Rayhan sebagai penunjuk arah ke lokasi tempat mobilnya di parkir.
Danil dan Sueb kompak duduk manis di kursi penumpang. Mereka berbincang ngalor ngidul mengenai teman-teman kuliah mereka di sepanjang perjalanan dari kantor ke rumah Sueb. Cinta terpaksa duduk di sebelah kursi pengemudi. Rayhan memasang ekspresi dingin walau dalam hati berdegup kencang, ia berkonsentrasi pada jalanan dan arahan Cinta yang bertindak sebagai penunjuk arah. Selama perjalanan Cinta mengalihkan pandangan keluar jendela. Cinta merasa terperangkap oleh muslihat Abah Sueb tersayangnya... Tak diragukan lagi... Ada udang di balik bakwan... Eh... Di balik batu...