Rayhan terus gelisah dipembaringannya. Kejadian saat makan malam, melamar dan kemarahan Cinta padanya, terus bermain silih berganti dibenaknya. 'Oh, Tuhan... Kucinta dia..., kusayang dia..., kurindu dia..., inginkan dia... (seperti lagu yang dilantunkan penyanyi Anji) Bagaimana bisa kuhapus bayangannya dari pelupuk mataku', renung Rayhan, gundah gulana tak terelakkan melanda hatinya. Segala 'andaikan' muncul dibenaknya. Andaikan Cinta mencintaiku, andaikan Cinta menyayangiku, andaikan..., andaikan... Pikiran Rayhan terus berandai-andai. Setelah jam tiga subuh, akhirnya ia dapat tertidur.
Mujur, keesokan harinya adalah Sabtu. Sehingga ia tak perlu bangun pagi. Siang hari ia bangun, mandi, menjernihkan pikirannya. Beruntung, Papa Danil juga sudah kembali ke kota A karena pasti ia tak akan tahan berlama-lama jauh dari umi Aisha. Rayhan mendengus sedikit iri... "Seandainya Cinta menjadi istriku, pasti aku gak akan kalah dalam mencinta. Aku juga akan seperti papa, aku pasti tak akan tahan berlama-lama jauh dari Cinta. Tak akan kubiarkan Cinta jauh dariku." katanya dalam hati.
Sambil membuat jus sayur sebagai 'brunch'nya, ia menyalakan HP-nya yang semalam ia matikan karena ia tidak mau diganggu dengan hal-hal tidak penting. Ketika ia menyalakan HP-nya. Rayhan hampir saja melempar HP-nya karena terkejut, HP-nya langsung berdering nyaring. Ia segera menggeser icon hijau di HP-nya. Terdengar suara seorang pria yang berkarisma menyapanya diujung sebelah sana.
"Hallo, Rayhan? Akhirnya diangkat juga, sudah sedari pagi Om telepon kamu... Saya Sueb... Sohib Danil, ayahmu. Di save saja nomorku ya Nak Rayhan...!"
"Hallo om Sueb, maap saya baru bangun om... Nomor om pasti saya save, ada yang bisa saya bantu?"
"Temani om main golf di Rumput Berlian Golf Resort, pukul 3 sore ini ya... Bisakah? Atau nak Rayhan ada rencana yang lain?"
"Baik om, saya tidak ada rencana apapun om, sampai ketemu nanti pukul 3 sore ini." jawab Rayhan.
Dalam hati, Rayhan berharap ada Cinta. Ia sudah merindukannya walau baru kemarin ia makan malam dengannya. Mengingat makan malam semalam, Rayhan tersenyum getir. Rayhan bertanya-tanya dalam hatinya, apakah yang akan dikatakan Sueb padanya.
Rumput Berlian Golf Resort, pkl. 16.00, ruang VVIP Ruby, dua orang pria duduk berhadapan berbicara dengan santai, menikmati kudapan ringan singkong goreng dihidangkan dengan teh dan kopi, suasana santai, sesekali terdengar canda dan tawa. Tiba-tiba, Sueb dengan nada serius mengatakan, "Nak Rayhan, bagaimana menurutmu Cinta anakku?".
Dengan menenangkan hatinya, Rayhan menjawab, "Om, Cinta adalah wanita yang menarik, di mata saya, tidak ada wanita yang secantik dia. Tidak hanya secara fisik tetapi juga menarik secara kepribadian."
"Cinta memiliki hati yang baik ia tak pernah berniat jahat pada siapapun, memang ia sedikit cuek pembawaannya, kadang ia bersikap dan berkata tanpa pikir panjang. Cinta seorang yang jujur, ia juga sederhana, tidak pernah sombong dan memperlakukan orang lain dengan semena-mena. Maapkan kelakuannya di makan malam semalam", timpal Sueb.
"Tidak mengapa Om, saya memaklumi Cinta. Saat ini, ada yang mengganjal di hati saya. Bolehkah saya memohon sesuatu?"
"Katakanlah Nak Rayhan, jika Om bisa kabulkan, pasti akan Om kabulkan", jawab Sueb tanpa curiga.
"Ijinkan saya meminang Cinta..." dengan sikap tubuh canggung, sedikit menunduk, namun wajahnya dan mata elangnya menatap memohon Sueb, Rayhan memberanikan diri mengucapkan kata hatinya.
"...." Sueb terkejut, tidak menyangka pucuk dicinta ulam tiba. Sebenarnya Sueb mengajak Rayhan bermain golf, selain meminta maaf atas kelakuan Cinta, ia juga mencoba mencari tahu apakah Rayhan tertarik pada Cinta. Sueb dan Danil memang sudah merancanakan perjodohan untuk mereka. Sungguh tak disangka-sangka, Rayhan langsung tertawan Cinta. Rayhan tak berani mengangkat wajahnya. Ia kuatir Sueb akan memakinya.
Setelah keheningan semenit, Sueb berdehem memecah keheningan, "Hmmm... Rayhan... Apakah Om bisa percaya padamu? Apa yang dapat kamu berikan pada Cinta? Apakah kamu dapat memenangkan hatinya?" Sueb sedikit menguji calon mantunya.
"Om Sueb, percayalah, saya akan memberikan semua yang saya miliki padanya. Saya akan mencintai dan melindunginya dengan segenap jiwa dan raga. Saya akan berusaha semaksimal mungkin memenangkan hati Cinta. Bisakah Om mengijinkan dan mendukung saya menikahi Cinta?" ujar Rayhan dengan mata berkilat serius dan menggebu-gebu. Sueb dapat melihat kesungguhan Rayhan. Ia yang telah puas makan garam kehidupan, ia dapat membaca apakah seseorang bersungguh-sungguh atau menipu. Biar bagaimanapun Rayhan tetap harus lulus ujian.
Sueb akan membiarkannya bertarung mendapatkan Cinta, Sueb menjawab Rayhan, "Om terima maksud baikmu. Om akan sampaikan kepada Cinta mulai besok, kamu adalah calon suaminya. Reaksi dan segala penolakan Cinta nantinya, Nak Rayhan yang harus menakhlukannya. Tanpa kerelaan hati Cinta, Om tidak bisa merestuinya. Selamat berjuang Nak Rayhan! " Sueb menepuk-nepuk bahu Rayhan memberikan semangat. Sueb tahu dalam hal cinta, tak mudah menakhlukan Cinta. Sueb sungguh berharap dalam waktu singkat Rayhan dapat menyematkan cincin pernikahan ke jari manis Cinta.
Rayhan serasa mendapat durian runtuh. Mata elangnya berbinar, senyum sumbringah menghiasi bibirnya. Persetujuan Sueb atas permohonannya membuat hatinya gembira tidak kepalang. "Terimakasih Om... Terimakasih..." ujarnya.
"Jangan Om terus... Panggil Abah..., mulai sekarang panggil Abah... Ayo coba... Panggil Abah..." Sueb menyuruh Rayhan memanggilnya Abah, agak seperti seorang ayah sedang menyuruh anaknya memanggil ayah untuk pertama kali.
"Abah..."
"Nah... Gitu dong... Terdengar akrab di telinga...." jawab Sueb dengan puas. Setelah membicarakan beberapa detil mengenai rencana acara lamaran yang akan digelar sebulan kedepan, mereka sepakat akan menyerahkan segalanya kepada mama Cintya dan umi Aisha. Disepakati pula dalam sebulan, Rayhan harus dapat membuat Cinta menerima lamarannya nanti.
Sepulang dari konspirasi menaklukkan Cinta. Rayhan segera menghubungi Umi Aisha, menceritakan rencana lamaran yang akan digelar sebulan lagi. Aisha dengan antusias mengatakan akan datang Senin nanti untuk merencanakan berbagai hal dengan Cintya.
Rayhan tahu dengan pasti sebenarnya ia telah jatuh ke dalam perangkap orang tuanya yang ingin berbesan dengan keluarga Tohir yang tajir melintir. Namun Rayhan tahu dengan jelas alasan orang tuanya menginginkan jalinan pernikahan ini bukan alasan finansial, ia tahu pasti aset keluarganya tak kalah dengan aset keluarga Tohir. Alasan orang tuanya hanyalah supaya Rayhan dapat memiliki pasangan hidup yang sepadan dengannya.
Rayhan, yang berotak jenius, langsung dapat membaca maksud dan rencana kedua orang tuanya. Baginya saat ini, seperti kata pepatah sekali dayung, dua pulau terlampaui. Rayhan dapat memiliki Cinta sekaligus dapat membahagiakan orangtuanya dengan menikah dengan Cinta. Rayhan menyiapkan segala rencana untuk menaklukkan hati Cinta. Ia siap berperang melawan bayangan Ellios yang menghantui Cinta.