Jeana terus berceloteh mengenai gebetan barunya, poker face tingkat dewa... Bagi Gandaria, sudah terbiasa Jeana mabuk kepayang, bagi Jeana, mendapatkan pria semudah membalikkan telapak tangan, tinggal menjentikkan jari, para pria dengan senang hati memperhatikan dirinya.
Jeana cantik ke'bule'an, rambut pirang (asli tanpa pewarna rambut), hidung mancung dan bola mata abu-abu gelap yang didapat dari ayahnya dan postur tubuhnya yang tinggi langsing bagai peragawati membuat para pria bertekuk lutut di hadapannya. Jeana akhirnya menarik napas panjang dan mengatakan dengan kecewa bahwa ia tidak berhasil mendapatkan kontak 'poker face', ia tak pernah menemukan pria yang menolak ketika diminta kontak pribadinya.
Cinta terbiasa dengan kelakuan Jeana dengan santai memberikan wejangan agar Jeana legowo(*1), toh nantinya dia akan sering bimbingan dengan 'poker face'. Wayan, Aling dan Fatimah setuju dengan wejangan Cinta. Setelah menghibur Jeana, Gandaria berpisah, mereka menuju ke rumah masing-masing.
Ketika mereka hendak menuruni tangga kantin untuk ke lobby utama, muncul dari arah bawah seorang pria berperawakan tinggi bagaikan oppa - oppa Korea, kulit bersih, rambut hitam berombak, agak panjang membingkai wajah tampan seperti pangeran Mutaib dari negara Timur Tengah.
Perpaduan luar biasa, membuat semua wanita yang memandang enggan mengalihkan pandangannya dari keindahan menyejukkan mata membawa ke alam mimpi penuh godaan iman. Memandangnya membuat setiap wanita membayangkan betapa nikmat berada dalam pelukan pria tampan dan maskulin itu, namun mata elang memikat itu memiliki tatapan mata dingin dan setajam silet, membuat kecut wanita yang memandangnya.
Berpapasan dengan 'poker face' membuat Jeana yang masih berceloteh langsung terdiam dan semburat merah muncul di pipi mulusnya. Cinta yang sedang fokus dengan HP di genggamannya langsung menyadari perubahan Jeana, Cinta mengangkat wajahnya dan bertemu pandang dengan sepasang mata elang yang dingin dan setajam silat itu.
Cinta bertemu pandang dan bersikap biasa saja. Bagi Cinta, tampan dan dingin itu biasa.... Dalam hati Cinta malah ada sedikit antipati, malas berurusan dengan pria tampan model begitu... Hati dan fokus Cinta telah tersita oleh Ellios, pria yang mengisi relung hatinya sejak tahun pertama ia berkuliah.
Ketika berpapasan dengan pria tersebut, Jeana menganggukan kepala,
'Selamat sore pak Rayhan...'
dengan manis Jeana mengucap salam kepada pria itu,
'....'
Pria itu melirik dan berlalu, tanpa menganggukan kepala.
'....'
Cinta merasakan pilu hati Jeana yang tidak dianggap sama sekali. Cinta segera menepuk-nepuk punggung Jeana. Wayan, Aling dan Fatimah yang berjalan di belakang tidak tahu apa yang terjadi. Mereka memandang Cinta dengan pandangan bingung.
Cinta menceritakan betapa arogan pria tersebut. Jeana segera menjelaskan pria itu adalah 'poker face' yang tadi ia ceritakan.
Cinta, Wayan, Aling dan Fatimah seperti kwartet group mengeluarkan suara...
'Oooo...'
'Memang ketampanan yang tiada tanding, gue juga mau kalo dijadikan anak bimbingannya, biar bisa ngobrol dekat dengannya'
Wayan berujar sambil senyum simpul
'Seperti pangeran Arab, ganteng...'
Gumam Fatimah dengan senyum menerawang.
'Tepatnya oppa versi Arab'
Aling ikut menimpali
'Biasa aja...'
Cinta menimpali. Ke empat temannya langsung menoleh ke Cinta dengan bingung.
'Barang bagus gitu sih dibilang biasa aja..., dasar "BuCin" (Budak Cinta) nya Ellios....'
Ujar Jeana dengan kesal sambil mencubit lengan Cinta.
Cinta meringis dan segera kabur masuk ke Crab Car yang telah dipanggilnya via HP. Mobil melesat langsung ke kantor Abah. Cinta tiba di kantor, ia menunggu Abah di Cafe Starbug, setelah memesan minuman kegemarannya Dark Choco Hazelnut. Cinta memilih tempat strategis, di ujung ruangan sehingga dapat tenang bersemedi, melanjutkan skripsinya yang perlu perbaikan disana sini.
Waktu berlalu dengan cepat, pukul delapan telah tiba, Cinta merapikan tas dan laptopnya. Ia bergegas menekan tombol lift untuk naik ke kantor Abah di lantai 77. Cinta menunggu sambil sibuk membalas perbincangan di grup Gandaria mengenai janjian bergadang di rumah Cinta di hari Sabtu. Ketika pintu lift terbuka Cinta segera masuk, memencet tombol 77 dan asyik chatting dengan Gandaria lagi. Cinta sama sekali tidak menyadari seorang pria yang menatapnya dengan sepasang mata elang setajam silet.
Note:
(*1) Legowo: ikhlas, berbesar hati