Dari hari ke hari hubungan Bagas semakin baik dengan Nicky.
Bagas yang selalu bersikap dingin pada orang lain tetapi tidak bisa terhadap Nicky. Rasa gugup dan selalu salah tingkah jika berada dekat dengan Nicky.
Ingin menjauh agar jantungnya bisa berjalan normal, tapi saat berjauhan hatinya merindu. Dan kegelisahan selalu melanda hatinya. Seperti biasa, Nicky datang langsung duduk di meja kerjanya.
Sesuai perintah Bagas meja kerja Nicky sekarang tidak lagi di luar ruangan Bagas. Tapi berada di dalam, menjadi satu ruangan dengan Bagas. Dengan alasan supaya Nicky bisa membantunya tiap saat di perlukan.
Dan itu membuat Genta tertawa saat itu, melihat bagaimana wajah Bagas memerah kala Nicky bingung dengan perintah Bagas yang tidak masuk akal.
Dan sekarang di ruangan inilah Nicky menjalankan pekerjaannya dekat dengan Bagas.
"Nick." panggil Bagas dari mejanya.
"Ya Gas." Nicky menghampiri meja Bagas dengan sopan.
"Jadwal untuk siang ini apa saja? apakah ada meeting di luar?"
"Siang ini...tidak ada jadwal meetin. Tapi sekitar jam tiga nanti ada tamu dari CV Kirana, yaitu Nona Linda." jawab Nicky membacakan buku agendanya.
"Emm...setelah itu apa lagi?"
"Tidak ada lagi Gas, cuma tadi ada telpon dari Mama kalau hari ini kamu di suruh pulang cepat tidak boleh lebih dari jam tujuh." jelas Nicky
Bagas terdiam sejenak, mengambil ponselnya yang berada di meja dan menimangnya. Beberapa detik kemudian Bagas beralih menatap Nicky.
"Kira-kira kamu tahu tidak? kenapa Mama menyuruhku pulang cepat?"
Nicky mengangkat bahunya ke atas.
"I don't know."
"Ya sudah, kamu bisa kembali kerja." ucap Bagas melihat ponselnya dan segera mengirim pesan ke mamanya.
Nicky kembali ke meja kerjanya dan segera melanjutkan pekerjaannya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul tiga. Terdengar suara pintu terketuk dari luar, bergegas Nicky menuju pintu dan membukanya.
Tampak berdiri seorang wanita yang tinggi semampai, wajahnya begitu cantik tapi ada kesombongan di matanya. Dan bibirnya begitu sangat merah.
Nicky terpaku di buatnya, matanya jatuh pada dua buah dada yang begitu menonjol, kemudian menulusuri sampai pada paha mulus yang begitu menggoda. Sangat terlihat seperti tanpa balutan rok, roknya sangat pendek sekali.
Nicky menahan nafasnya.
"Wanita ini sungguh menggoda iman." batin Nicky.
"Permisi, apakah anda terus berdiri di depan saya? kapan saya bisa masuk?" wanita itu bertanya dengan angkuh.
"Emm...maaf." Nicky menepis rasa terkejutnya. "Dengan Nona Linda ya? perkenalkan saya sekertaris pak Bagas." Nicky mengulurkan tangannya untuk berlaku sopan. Namun dengan angkuhnya uluran tangan Nicky tidak di tanggapi Linda. Malah linda menabrak bahu Nicky dan berjalan ke arah meja Bagas.
Bagas yang mengetahui hal itu menahan marahnya, apalagi melihat Nicky meringis menahan sakit dan terkejutnya.
"Selamat sore Pak Bagas, kenalkan saya Linda dari CV Kirana." Lembut dan mendesah suara Linda, Bagi Bagas sangat menjijikan.
Tapi tak urung juga Bagas mengulurkan tangannya tanpa berdiri tapi masih menjaga kesopanan pada tamunya.
"Sore juga Nona Linda, saya Bagas. Silahkan duduk."
"Begini pak Bagas sesuai dengan tawaran saya pada pak genta kapan hari, saya ingin membahas kerja sama ini dengan makan di luar. Bagaimana pak?" tanya Linda penuh percaya diri. Linda berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Bagas di kursinya.
Nicky yang berada di ruangan Bagas, sangat mendengar jelas kata-kata Linda.
"Sungguh wanita tidak punya malu." batin Nicky.
Nicky mencoba tidak mau tahu, dia berusaha fokus pada kerjaannya. Tapi hati dan pikirannya tidak sejalan, matanya kembali melihat wanita itu menggoda Bagas.
"Bagaimana pak Bagas." Linda sudah berada di punggung Bagas, dan menyentuh pundak Bagas dengan berlahan.
Hati Bagas merasa geram, melihat sikap Linda yang sangat menjijikkan. Mata Bagas tak sengaja melihat Nicky yang menatapnya tanpa berkedip.
Dan Nicky yang merasa ketahuan Bagas, langsung menundukkan wajah merahnya. "Apakah Nicky merasa terganggu dengan sikapnya Linda? apakah dia cemburu." batin Bagas.
Bagas memberanikan diri untuk menguji pemikirannya. Dengan mengikuti sikap Linda yang menggodanya.
Di raihnya tangan Linda yang masih berada di pundaknya, dan di genggamnya. Bagas menarik Linda untuk berada di hadapannya dan memunggungi Nicky.
Bagas dengan leluasa bisa melihat ke arah Nicky dan mengetahui reaksi Nicky.
"Tentu Nona Linda, kita bisa membicarakan kerja sama dengan kita makan di luar." kata Bagas masih menggegam jemari Linda.
"Sungguh ini jawaban yang saya tunggu Pak Bagas, saya jamin kerja sama kita akan berhasil dengan saling menguntungkan." kata Linda dengan berani melingkarkan tangannya di leher Bagas.
Bagas mengumpat dalam hati, sungguh ini hal yang sangat berat di lakukannya.
"Wanita ini sungguh-sungguh ingin aku lempar keluar." umpat bagas dalam hati,. matanya melirik Nicky.
Nicky memang sudah berusaha untuk tidak melihatnya karena takut ketahuan Bagas lagi. Tapi hatinya tidak bisa, kembali dia melihatnya. Wanita itu memeluk leher Bagas. Sungguh Nicky merasakan ada yang bergejolak di dadanya, nafasnya turun naik menahan kesal.
Ingin sekali Nicky berdiri dan menghampiri wanita itu dan menyeretnya keluar.
"Tapi tidak! tunggu dulu! kenapa dia harus marah dan tidak terima saat Bagas di rayu dan di sentuh wanita itu? arrrghhhh." jerit hati Nicky.
Tanpa Nicky sadari dia meremas kertas yang di mejanya. Hatinya sakit, matanya sudah mulai berkaca-kaca tanpa dia minta. Jantungnya terasa mau berhenti melihat Bagas yang tidak menolak hal itu bahkan menerima ajakan wanita, apalagi bagas juga menggegam tangan wanita genit itu.
Hati Nicky sungguh sakit. Dan Bagas melihat perubahan sikap Nicky tersebut. Sungguh hati Bagas sangat bahagia, hatinya terasa begitu dingin seperti tersiram air es yang menenangkan hatinya.
"Nick, apakah kamu cemburu di saat aku bermanis-manis dengan wanita lain? jika iya...aku sangat bahagia."
Tiba-tiba Nicky berdiri dari meja kerjanya,
"Permisi Gas, aku mau ke kamar kecil." ucap Nicky gemetar. Tanpa melihat Bagas, setengah berlari Nicky langsung pergi keluar.
Bagas menghempaskan langsung tangan Linda saat Nicky sudah keluar dari ruangan. Dengan wajah dingin Bagas memutar kursinya dan menuju ke arah pintu.
"Maaf Nona linda, silahkan anda keluar dari ruangan saya segera. Mohon maaf saya tidak bisa melanjutkan kerja sama ini." ucap Bagas dengan wajah datar.
Wajah Linda sangat memerah menahan amarah, melihat sikap Bagas yang langsung berubah di saat sekertarisnya ijin pergi.
Ini sangat tidak bisa di terima. Linda mendekati kursi roda Bagas, di tatapnya mata Bagas dengan tajam penuh amarah.
"Kamu laki-laki cacat! sudah untung aku mau mengajakmu keluar!!" teriak Linda sambil mendorong kursi roda Bagas dengan keras ke arah meja tamu. Tak ayal kursi roda Bagas membentur meja dengan keras dan terguling.
"Brukkkk"
Bagas terjatuh ke lantai meringis kesakitan, kakinya tertindih kursi rodanya.
Linda tertawa sinis, melihat Bagas kesakitan. Dengan kasar Linda keluar dan menutup pintu dengan hentakan keras.
"BLAMM"