Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Circle of Love

chuuniHikki
--
chs / week
--
NOT RATINGS
13.5k
Views
Synopsis
"siapa juga yang ingin berteman dan membuat janji akan menikahi gadis yang kasar, tomboi, dan suka bertarung seperti dirimu dimasa depan!" "ta-tapi....", lidah gadis itu kelu seketika. "sudahlah! Lebih baik aku menjauh dari gadis yang tidak ada manis-manisnya sama sekali seperti dirimu ini!", Bocah laki-laki segera pergi dari hadapan anak perempuan di depannya. ... Semenjak kejadian itu, Quina Siera memutuskan untuk berubah menjadi gadis yang sempurna. Semua itu dia lakukan agar ia mendapatkan kembali apa yang sudah lama hilang dari kehidupannya. 10 tahun ia mempersiapkan semuanya. Dan saat ini ia benar-benar membulatkan tekadnya untuk mencari lelaki yang telah 'mengutuk'nya secara tidak langsung tersebut.
VIEW MORE

Chapter 1 - Murid pindahan yang sempurna!

Pesawat penerbangan internasional baru saja mendarat di bandara besar internasional milik Indonesia, para penumpang bergegas turun dari pesawat itu setelah mengudara cukup lama di pesawat tersebut.

Diantara banyaknya penumpang pesawat, terdapat seorang gadis berkebangsaan Italia yang sudah membulatkan tekadnya untuk kembali ke negara, tempat ia kehilangan hal penting dalam hidupnya sekaligus penghinaan yang tidak bisa ia terima. Ya, gadis itu adalah Quina Siera.

Quina berhasil keluar dari kerumunan itu dan sekarang ia sedang berdiri di tempat penjemputan,

"Huahhh... sudah lama sekali tidak menghirup udara negara ini", Quina meregangkan otot-otot tubuhnya.

Seseorang berjas hitam menghampiri Quina, "Nona, mobil sudah siap. Ayo ikuti saya"

Quina mengganguk untuk menjawab perkataan orang pesuruhnya tersebut, kemudian ia berjalan mengikuti lelaki paruh baya itu.

Sedikit jauh dari tempat Quina berjalan, terdapat dua anak laki-laki yang seumurannya sedang berlari karena dikejar satpam bandara dengan alasan yang tidak jelas.

Quina yang melihat kejadian itu dari jauh hanya bisa cekikikan, karena satu dari dua orang itu berlari dengan tempo yang tidak jelas, sehingga membuatnya terus menabrak orang yang berada di depannya. Dan anehnya lagi, ia terus meminta maaf kepada orang yang ditabraknya sambil terus berlari.

Baru saja Quina sedikit terhibur dengan apa yang ia lihat tadi, Quina kembali mengingat kejadian pahitnya 10 tahun yang lalu di negara ini. Ia tidak menghiraukan itu dan menaiki mobil mewahnya.

"Pak Gendro, bapak tahu tidak asal sekolah kedua anak tadi?"

Supir yang merasa namanya dipanggil langsung melirik ke arah spion tengah untuk melihat majikan mudanya yang tengah duduk.

"Oh! maksud nona, dua orang yang dikejar satpam tadi? Kalau tidak salah mereka berasal dari sekolah Pelita Negeri-"

"Oke, terima kasih pak Gendro", potong Quina.

Ia mengeluarkan handphonenya dan berusaha menghubungi seseorang, "halo ayah!..."

"Aku sudah memutuskan untuk melanjutkan sekolah semester dua ku di Indonesia, tepatnya di sekolah Pelita Negeri"

"Kau ini tidak pernah berubah ya Quina, selalu aja bertindak tanpa sepengetahuan ayah. Baiklah akan segera ku urus surat pindahanmu sekarang juga", balas ayah Quina yang terdengar dari handphone Quina.

"Terima kasih ayah!", Quina menutup teleponnya.

■ □ ■

Hari sudah pagi, Quina sedang sarapan sebelum berangkat ke sekolah barunya.

Biarpun ia sudah lama tidak ke Indonesia, Quina dapat berbicara bahasa Indonesia dengan jelas karena di sela-sela latihannya untuk menjadi gadis sempurna, ia juga terus belajar bahasa Indonesia selama 10 tahun belakangan ini.

Quina mengambil segelas susu sebagai penutup sarapannya, ia mulai meneguknya perlahan.

'Haha, seharusnya rasa susu ini manis. Tapi, karena kejadian 10 tahun lalu, aku tidak lagi bisa merasakan rasa manis dari lidahku', Quina tersenyum pahit.

Ya. kutukan dari 10 tahun yang lalu adalah hilangnya rasa manis dari Indra perasa Quina. Dan sebagai gantinya, semakin manis makanan tersebut maka akan semakin pahit bila Quina yang memakannya.

Quina tak mau terus meratapi nasibnya, ia segera bergegas mengambil tasnya dan menuju mobil pribadinya untuk di antar pak Gendro menuju sekolah barunya.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di sekolah tersebut, karena jaraknya tak terlalu jauh dari mansion Quina.

Saat mobil mewah Quina berhenti di depan gerbang sekolah, banyak pasang mata yang melihat ke arah mobilnya itu. Para murid itu berbisik-bisik kecil saat pintu belakang mobil mulai terbuka.

Keadaan tiba-tiba menjadi sangat ramai saat Quina benar-benar keluar dari mobilnya, para murid itu terpesona saat melihat seorang gadis berambut pirang keemasan dengan tinggi tubuh yang ideal, dan rambutnya yang bergelombang dibiarkan terurai. Quina mulai berjalan memasuki gerbang sekolah yang sangat besar itu.

"Hei-hei, murid pindahannya orang luar negeri ya?"

"Bukan, dia itu ras bule"

"Sama aja kampret!"

"Lihat nih dia pasti masuknya nanti ke kelasku"

"Tidak-tidak, dia pasti akan masuk ke kelasku!"

"Wah, kamu ngegas ya ferguso!!!"

"Iya kenapa? Ayo gelud kita fernando!!!"

Quina hanya bisa menanggapi kerumunan para murid-murid itu dengan senyumannya yang terlihat sangat cerah di pagi hari.

Setelah berhasil melewati kerumunan itu, Quina mempercepat langkah kakinya menuju ruang guru untuk menyelesaikan pendaftaran sekaligus mencari calon wali kelasnya.

15 menit berlalu semenjak Quina memasuki ruang guru. Bel masuk kelas sudah berbunyi.

Saat ini Quina bersama dengan wali kelasnya sedang menuju kelas barunya. Ketika sampai di pintu kelas, guru itu lebih dulu memasuki kelas untuk menertibkan kelas sedangkan Quina menunggu diluar kelas.

"Nak Quina, silahkan masuk", wali kelasnya memanggil dari dalam.

Seharusnya Quina langsung masuk ke kelas saat itu juga. Tetapi ada seseorang murid laki-laki bertubuh sedikit lebih tinggi darinya sedang berdiri di depan pintu kelas, dan hal itu tentu saja membuat Quina tidak bisa memasuki kelas dengan cepat.

"Anu... permisi...", Quina menepuk-nepuk punggung orang di depannya.

"Permisi..."

"Maaf, kamu bisa bergeser sedikit tidak? Aku mau masuk kelas"

Kesabaran Quina benar-benar di uji sekarang, ia mengeratkan tangannya seakan-akan ingin mencakar orang yang berdiri di depannya.

"Permisi!", Quina sedikit meninggikan suaranya.

Orang itupun akhirnya bergerak dan melihat ke arah Quina, "oh, maaf. Aku ketiduran, ada apa?"

'Bisa-bisanya dia berbicara dengan santainya seperti itu setelah membuatku kesal!', Ucap Quina dalam hati.

'Dan lagi, dia bilang baru saja ketiduran? Sambil berdiri? Ah tidak-tidak', Quina menggelengkan kepala dengan cepat.

Quina menepuk-nepuk pipinya pelan, 'okey, kembali ke mode gadis sempurna'

Quina mengalihkan pandangannya yang sedari tadi menatap ke bawah menjadi sedikit ke atas dengan senyuman tipisnya.

"Ehm tidak, aku hanya—"

'Ha!!! Mana orang yang berdiri di depanku tadi?!', Quina melihat ke kiri dan kanan dengan cepat.

"Quina? Ada apa, apa kamu sakit?", Tanya wali kelasnya dengan wajah khawatir.

"Eh, anu. Tidak apa-apa bu", jawab Quina sambil menggerakkan kedua tangannya dengan cepat.

Quina sangat malu saat itu, apalagi seisi kelas yang tadinya sangat sunyi sekarang menjadi ramai karena melihat tingkah laku Quina yang terbilang aneh.

"Hei-hei, ternyata orang Eropa ada juga yang lucu seperti dia ya?"

"Ahaha, benar sekali. Selama aku liburan di Paris, aku tidak pernah menemukan orang seperti dia"

"Hah! Paris? Maksudmu pasar kamis? Ahaha"

"Wah ngawur, ya jelas Paris beneran lah!"

Orang yang sedang dibicarakan seperti itu seharusnya ia sedang menundukkan kepalanya sambil menahan malu.

Tetapi hal itu tidak berlaku bagi Quina, ia justru memasang senyuman terbaiknya sambil ikut tertawa kecil saat teman sekelasnya tertawa lebar.

Quina yang saat ini, benar-benar hampir menguasai gelar gadis sempurna di mata para laki-laki.

'Awas saja kau siput sialan!, berani-beraninya kau membuatku harus menahan malu seperti ini dan hilang begitu saja!!! '

Quina langsung mencari tempat duduk yang kosong saat sudah menyelesaikan perkenalan singkatnya, ia memilih duduk di paling belakang agar tidak menjadi pusat perhatian.

"Eh, Quina...", wali kelasnya memanggilnya tepat beberapa detik ia baru saja duduk di kursinya.

"Sebaiknya kamu duduk di kursi depannya, karena itu adalah tempat duduk milik Alvin."

"Alvin?"

"Iya Alvin, anak yang tadi berdiri di depan kelas tadi"

Tanpa berkata lagi, Quina langsung berdiri dan berpindah ke kursi yang berada tepat di depan kursi yang tadi ia duduki.

Quina merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan saat duduk, setelah selesai. Ia sedikit menengok ke samping bawah dengan gigi yang saling beradu.

'Siall!!! Ternyata siput sialan itu satu kelas denganku. Entah apa yang akan terjadi kedepannya, yang jelas aku harus bersikap profesional dan tidak menyia-nyiakan latihan ku selama ini', Quina menghela nafas kemudian kembali ke mode gadis sempurna miliknya.

See you next chapter ^~^