Di malam tahun baru itu dia kehilangan kesuciannya oleh seorang pemuda yang pernah sangat ia cintai. Ariska namanya seorang kakak senior yang jago bermain basket dan juga tampan. dia adalah kakak kelasnya semasa SMA dan kini dia sedang kuliyah di Kampus Petra. sungguh dapat di akui dia adalah pria yang tampan dan populer saat itu, banyak sekali gadis yang menginginkannya menjadi pacar.
"siapa namamu?" tanya pria itu penasaran.
"Ha???" gadis itu tertegun dan kembali ke dalam kesadarannya.
"apakah kau sudah mengingat nama mu?". tanyanya lagi.
"em, Naumi" jawabnya pelan.
"nama yang indah. baiklah aku akan pergi dulu karena ada urusan, semoga setelah aku kembali kau sudah mengingat kembali alamat rumahmu, beristirahatlah!". pergi sambil melampaikan tangan dan membanting pintu kamar.
di kehidupan sebelumnya Naumi tidak pernah berfikir kalau dia bisa dekat bahkan berpacaran dengan seseorang yang bernama Ariska itu. seseorang yang menjadi idola dan pujaan hatinya semasa di SMA. suatu keberuntungan yang mengakibatkan kemalangan yang berujung pada kematiannya. setelah malam itu Naumi memutuskan untuk mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk setia kepada Ariska bagaimanapun keadaanya. bagaikan sebuah sihir pengingat jiwa, Naumi menuruti semua kata-kata dan perintah yang Ariska berikan bagaikan sebuah boneka. itulah yang membuat kehidupannya hancur dan berakhir dengan sangat mengenaskan.
sebuah dendam yang membangkitkan tubuh dan jiwa yang mati ini mulai membara bagaikan kawah api yang siap meluapkan larva pijar yang panas. "kali ini aku akan membuatmu membayar semua yang telah kau lakukan dan akan kupastikan kau hancur di tanganku".
kembali berfikir akan kejadian itu malam "tapi bila kemarin adalah malam tahun baru itu artinya kemaren malam hal yang sama telah terjadi padaku. dia merasa risih dan risau. bagaimana ini, apakah semua yang telah terjadi berjalan dengan alur yang sama. "ahhk..." dia menjerit kengerian sambil memegang kepala dan meremas rambutnya hingga jadi berantakan.
"jangan sampai semua itu terulang lagi..." ia bangun dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi. "harusnya bila semua itu terjadi pasti ada tanda sesuatu di sini.
ha!! tidak ada... tidak ada... berarti tadi malam tidak ada sesuatu yang terjadi" gadis itu tergulai lemas di kamar mandi merasa lega. "lalu kenapa kakiku terasa sakit?", ia menyingkap gaunnya lagi. ada sebuah tanda biru di paha kanannya, sebuah tanda lebam. mungkin akibat dari sebuah tekanan yang kuat. ia bernafas lega, walaupun tubuhnya penuh lebam setidaknya dia masih memiliki hal yang seharusnya ia pertahankan. dulu awal malam itulah yang menyebabkan dia mengabdikan dirinya bagaikan binatang pada pria itu.
tapi ia berfikir kembali kenapa semalam semua itu tidak terjadi, apa yang sebenarnya terjadi. gadis itu berfikir dengan keras tapi tak menemukan jawabannya.
ia mulai berdiri dan meninggalkan kamar mandi itu dengan perasaan senang. "aku harus kembali kerumah, aku sangat merindukan Ayah dan Ibu". ia mengemasi barang-barangnya dan pergi tanpa berpamitan. perasaan senang yang meluap-luap yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, perasaan gembira karena bisa hidup kembali dan bisa meluapkan kerinduannya pada orangtuanya hingga membuatnya menyemangati dirinya sendiri.
tak selang beberapa lama dengan menaiki beberapa kendaraan umum sampailah dia di sebuah rumah yang sangat ia rindukan. sebuah rumah sederhana yang ia miliki semasa SMA yang ia huni bersama kedua orangtuanya.
"AYAH... IBU... aku pulang..." ia menjerit sekuat tenaga. "kenapa kau harus menjerit seperti itu Ibu sudah mendengarnya, kenapa kau baru pulang, tidur dimana kamu semalam atau bahkan kau tidak tidur sama sekali". jawab ibu risau sambil mencubit hidung anaknya ini.
"Naumi tidur kok bu, tidur di rumah teman" jawab gadis itu dengan senyum manis manja bagaikan seekor anak kucing. "bu, aku lapar..., maukah ibu memasakanku sesuatu, aku rindu masakan ibu". pintanya manja. "bukankah setiap hari ibu masak untuk mu" jawab ibu meledek. "ah ibu bukan begitu maksudku masakan sesuatu yang enak sekali karena aku sangat lapar akan makanan lezat". pintanya lagi membujuk. "berarti biasanya masakan ibu tidak enak". berargumen.
"ah... ibu bukan begitu,...ayo lah Naumi lapar, apa ibu tega membuatku mati kelaparan" rengeknya sambil mendorong Ibunya ke arah dapur. "baiklah...ambilkan ibu beberapa bahan makanan di kulkas". perintahnya. "baik bu".
mereka menghabiskan waktu di dapur bersama dengan canda gurau hingga semua masakan siap.
Gadis itu duduk di meja makan melahab semua makanannya. perasaan senangnya menimbulkan halusinasi sebuah senyuman yang manis menghiasi wajah cantiknya. ia tertegun ketika mendengar ibunya sedang menerima sebuah telepon dan orang yang ada di panggilan telepon itu adalah Ariska.
"sayang, ada telpon dari temanmu!".kata ibunya menjerit dengan nyaring.
"ah, dari siapa bu?" tanyanya.
"namanya Aris" jawab ibu. "ibu..., katakan padanya aku ada dirumah sekarang dan sedang istirahat". "baiklah" jawab ibu mengiyakan dan menjawab panggilan telepon itu "oh maaf nak Aris, Naumi nya sedang tidur sekarang, apakah ada pesan?" pria di pangilan telepon itu menjawab "oh baiklah tante, terima kasih, aku akan menelpon lagi nanti, selamat sore". menutup panggilan itu dengan sopan.
"kenapa kau berbohong seperti itu?" menghampiri anak gadisnya yang masih sibuk menguyah semua makanannya. "aku tidak bohong ibu, mana mungkin aku menjawab telponnya ketika aku sedang makan dan lagi pula aku akan segera beristirahat setelah ini karena aku merasa sangat mengantuk setelah memakan makanan lezat buatan ibu"... oh apakah ibu menaruh obat tidur di makananku karena aku pergi tadi malam pada perayaan tahun baru" gadis ini menggoda ibunya dengan nada manja sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya, ibu nya hanya tersenyum simpul sambil mulai menggelitiki anak gadisnya."dasar anak nakal kamu ya, berani menggoda ibu mu". Gadis itu berlari ke kamarnya dan menutup pintu, membanting tubuhnya di ranjang. "ah menyenangkan sekali".