di kehidupan sebelumnya Naumi pulang kerumah dan di marahi oleh ibunya habis-habisan bahkan tidak mendapatkan jatah makan karena pergi pada hari perayaan tahun baru tanpa meminta izin dari orangtuanya, ia pulang dengan perasaan kacau dan tidak menghiraukan ucapan ibunya sehingga membuat ibunya geram. ia menghabiskan hari itu dengan tangisan sepanjang hari dan mengurung diri di kamarnya.
benar saja waktu itu Aris juga menelponnya menanyakan apakah dia pulang dengan selamat atau tidak, setelah meminta tolong temannya untuk mengantarkannya pulang.
"setidaknya hari ini aku tidak kelaparan dan tidak ada tangisan. aku sangat lelah sekali" ia memejamkan mata dan tertidur lelap.
"Bu, apakah Ayah tidak ikut kita makan?, apakah dia lembur lagi?". tanya Naumi risau. "iya, Ayahmu harus meneyelesaikan beberapa pekerjaan penting, mungkin dia akan pulang agak malam". jawab ibu dengan lesu.
benar saja dulu Ayahnya sering sekali lembur agar dapat mempertahankan perusahaannya. Ayah sering pulang malam dan kurang tidur. ibu yang sibuk di siang hari sering kali mengabaikan Ayah ketika pulang, itu yang membuat hubungan mereka mulai renggang.
bagaimana kalau malam ini aku begadang menunggu ayah pulang, ya karena tadi sore aku sudah tidur terlalu lama mungkin tidak ada salahnya kalau aku begadang sedikit sampai tengah malam.
jam menunjukan hampir pukul 12:53 PM "ah, "ternyata aku mulai mengantuk, tapi ayah belum juga pulang" dia membuka mulutnya dengan sangat lebar menghirup udara disekitar dan mengeluarkannya seranya menguap menandakan bahwa rasa kantuk itu mulai menjalar di sekujur tubuhnya. ia menggerakan tangannya kekanan dan ke kiri seraya melakukan streching. "semua tulisan di buku ini seakan-akan bergoyang-goyang". matanya terasa berat untuk di buka seakan-akan ada beban yang sangat berat yang menimpanya.
"thingthong....thingthong" suara bel berbunyi dan gadis itu tersadar dari kantuknya dan berlari ke pintu utama dan meninggalkan kamarnya. "Ayah sudah pulang!" sambil mengucek matanya seolah-olah baru bangun dari tidur. "kenapa kau belum tidur?". tanya Ayahnya. "aku terbangun karena bunyi bel itu" memberi alasan. "maafkan ayah, sekarang kau bisa tidur lagi". perintah ayahnya dan mulai masuk dan duduk merebahkan diri di sofa. "Ayah aku haus, apakah Ayah perlu sesuatu biar aku ambilkan?" menawarkan diri. "tidak usah Ayah hanya perlu beristirahat sebentar". "baiklah" gadis itu berjalan bagaikan zombi menelusuri ruangan demi ruangan menuju ke dapur dan mempersiapkan secangkir teh bunga krisan dan secangkir susu.
berjalan menuju ruang tengah dimana Ayahnya berada. tanpa berkata apa-apa ia menaruh secangkir teh bunga krisan itu didepan Ayahnya dan meninggalkan sebuah note.
Ayah menumlah ini sebelum tidur itu akan membuat Ayah relex kembali dan tidurlah dengan nyenyak. jangan lupa makan malam mu sudah aku panasi dan ada di meja makam. selamat malam.
"aku tidak mau hal yang sama terulang lagi dan aku tidak mau kehilangan Ayah lagi" gadis itu mulai tertidur dengan lelap dimakan rasa ngantuk yang tak tertahankan lagi hingga suara alarm itu membangunkannya.
"tring"..."tring"..."tring" suara jam beker berbunyi dengan lantang di susul suara nyaring dari sang ibu yang membangunkan gadis yang pemalas itu. "Naumi cepat bangun... Naumi nanti kamu telat pergi sekolah". teriak ibu dari ruang makan sedang menata meja untuk sarapan.
"akh... aku telat... aku telat!" dia berlari ke kamar mandi, membanting kan air di tubuhnya dan membersihkannya dengan sabun dan menggosok giginya, semua dilakukan dengan versi instan dan segera mengenakan seragamnya.
"ma, aku berangkat dulu!" meraih tangan ibunya dan menciumnya. "kamu tidak duduk dan sarapan dulu!" tanya ibu nya risau. "tidak sempat ma" sambil meraih roti yang sudah di lumuri selai, meneguk segelas susu dan berlari pergi sambil menguyah sarapannya.
dia berlari dengan terengah-engah hingga sampai lah di sebuah gedung SMA yang sangat dia kenal walaupun sudah lama ia tidak mengunjunginya semua masih terlihat sama persis. di depan gerbang dia berpapasan dengan seorang pria yang telah menolongnya waktu itu. pria itu berpakaian kasual dengan celana panjang dan kaos tidak lupa dia mengenakan sebuah jaket warna biru. Pria itu sepertinya sedang mengantar seorang gadis yang juga bersekolah di sekolah yang sama.
melihat ada sebuah tatapan yang asing Naumi mulai menundukan kepalanya dan berbalik menyapa seorang penjaga sekolah yang berdiri tepat di samping gerbang "pagi pak" dengan senyum yang mengembang tapi tidak menutupi rasa kikuknya. satpam itupun tertegun dan menganggukan kepalanya.
"apa yang kau lihat kak? tanya gadis yang bersama pria itu. "ah tidak, mungkin aku salah orang". matanya masih menelusur seolah-olah sedang mencari sesuatu. "baiklah aku masuk dulu terimakasih atas tumpangannya, lain kali aku tidak akan kesiangan lagi jadi aku tidak harus merepotkan kak Keno, bye! sambil melambaikan tangannya.
Suasana di dalam kelas masih terlihat sama semua murid masih asik sendiri dengan kesibukan masing-masing. Naumi bukan anak yang pintar bahkan dia hanya menempati peringkat 20 besar di kelasnya. itu sangat menyedihkan, tapi di kehidupan ini gadis itu berfikir walaupun aku telah melaluinya tapi tetap saja sulit bagiku untuk mengingat semua pelajaran itu. malang sekali aku hanya dikaruniai wajah cantik tapi dengan otak yang biasa-biasa saja. mungkin ada beberapa pelajaran yang masih bisa ku ingat untuk menaikan peringkatku, itupun hanya sebatas pelajaran yang aku sukai saja. rasanya aku harus belajar dengan lebih keras. walaupun aku dulu bisa masuk di kampus yang sama dengan kak Ariska tapi itu semua karena bantuan dari Ayah.
"tapi kali ini aku harus bisa mengandalkan diriku sendiri untuk masuk ke Universitas Petra" ia menyemangati dirinya sendiri. "fighting!!!" katanya sambil mengangkat tangan dan menggenggam jari jemarinya.
setelah pelajaran Fisika selesai "ah, rasanya sangat mengerikan bisa hidup kembali tapi tidak bisa mengingat apapun tentang pelajaran yang aku benci" ia membanting kepalanya di meja dengan pasrah.
sebuah hirup pikuk terdengar di luar kelas yang membangunkannya dari rasa lelah.
"kak Ariska,.. iya Kak Ariska... dia tampan sekali,