"untuk apa?" ia berkata dengan angkuh. "ya kurasa untuk dua hal yang menyelamatkan hidupmu, setidaknya kau masih tau cara untuk berterima kasih"... seolah-olah jual mahal. "apa perlu aku ajari cara berterima kasih" kata-kata itu tepat berada di telinganya dan membuatnya merasa geli.
Naumi berfikir aku tidak perlu meladeni dia saat ini, lebih baik aku kabur lebih dahulu.
"baiklah ini nomer telponku, hubungi aku bila kau perlu aku untuk berterima kasih, bye ". ia meletakan kertas di saku pria itu dan lari terbirit-birit.
kenapa dia selalu ada di sekitarku. walaupun beberapa kali bertemu tapi aku masih belum bisa mengingatnya dengan jelas apa hubungan pria itu denganku di masa depan.
pria itu mengeluarkan secarik kertas yang ada di sakunya dan menatapnya untuk sesaat dan berkata "baiklah" ia mulai berlalu pergi.
di kamar naumi masih berguling-guling di kasurnya sambil memeluk sebuah boneka beruang yang berwarna abu-abu.
kenapa wajah pria itu terasa tidak asing. siapa sebenarnya dia, berfikir... berfikir Naumi... berfikir... ahh... aku tidak dapat mengingatnya.. ia menendang-nendang kasus dengan posisi badan menghadap kebawah dan membenamkan wajahnya di dalam bantal.
liburan di pertengahan semester sekolah masih terasa sangat singkat, ia masih bermalas-malasan di kamarnya walaupun mentari sudah memanaskan trotoar tapi ia masih merasa kedinginan hingga mengeratkan selimutnya. hingga sebuah bel berbunyi dari arah pintu depan. ia mendapatkan tamu tak diundang.
ia bangun dengan malas dan menuju kearah sumber suara "kenapa rumah begitu sepi. oh lupa ayah dan ibu sedang pergi keluar kota, bahkan aku yang memintanya dan siapa pagi-pagi seperti ini sudah bertamu, mengganggu saja".
ia membuka pintu sedikit, seperti matanya yang di buka sedikitpula karena masih mengantuk.
"ada perlu apa ya? ia mencoba mengumpulkan nyawanya untuk beberapa saat.
"aku perlu kau" pria itu berkata tanpa berbasa-basi.
"maaf kita tidak saling mengenal, mungkin anda salah rumah". ia mulai menutup pintu tapi dihalangi oleh pria itu.
"kau itu bukan hanya, berkelakuan buruk, bodoh dan suka ingkar janji". ia menatap gadis yang masih belum sadar seratus persen dan mulai menekan jarinya di kening gadis itu.
pletak...
auk... sakit... apa yang kau...lakukan? kesadarannya mulai pulih seratus persen. "hei, kenapa kamu bisa ada di rumahku? bagaimana bisa? ... kesadaran itu malah membuatnya bertambah bodoh dan amnesia.
"kau yang memberitahuku". menunjukan kertas yang ada di sakunya. "kau ikut denganku sekarang".
"apa?" aku... aku sibuk" ia berusaha untuk menutup pintu lagi tapi usahanya gagal pria itu langsung mendorongnya dan pria itu menarik tangannya. "aku tidak akan meminta untuk kedua kalinya".
"aku... aku belum mandi, iya... aku belum mandi" ia membuat asalan yang memang itu kenyataannya. rambutnya berantakan dan ia masih mengenakan piyamanya. tapi walaupun begitu ia masih terlihat cantik dengan sandal tidurnya yang berbentuk karakter kartoon itu.
pria itu memandangi dari bawah sampai atas dan berkata "okey" seolah-olah berkata tidak masalah. ia menariknya dengan lebih keras.
"hei, katakan dulu padaku untuk apa kau mencariku"