Usai mandi, Nuansa dan Neptunus langsung turun ke lantai 1 dan pergi ke ruang makan untuk sarapan. Banyak orang yang sudah mulai sarapan, dan Nuansa hanya mematung saat melihat cara makan ala Korea yang berbeda dengan cara makan ala Indonesia, tentu saja perbedaannya karena memang cara memakan makanannya yang berbeda.
Sadar Nuansa mematung, Neptunus pun lantas menarik tangan gadis itu dan membawanya mendekati menu-menu makanan.
"Ambil piringmu sendiri," ucap Neptunus saat dirinya mengambil sebuah piring untuknya. Nuansa tidak langsung melakukan apa yang disuruh Neptunus tadi, ia melihat-lihat dulu semua menu yang disajikan, sementara Meptunus merasa bingung harus mengambil yang mana sebab ia menyukai semua menu yang disajikan ini.
"Kau akan mengambil yang mana?" tanya Nuansa pada Neptunus.
"Hmm, entahlah, aku bingung, aku pernah memakan semua ini, dan semuanya enak, aku suka semuanya, tidak mungkin aku akan memakan semuanya, kan?" jawab Neptunus.
"Benarkah? Semuanya enak? Mana menurutmu yang paling enak?"
"Aku tidak bisa memilih, semuanya enak." Neptunus lalu lanjut berpikir untuk memutuskan mana menu yang akan dipilihnya.
Sementara Nuansa justru meneguk ludahnya saat melihat makanan-makanan itu.
'Bagaimana dia bisa menyukai semua itu?' batin Nuansa.
"Neptunus," panggil Nuansa.
"Ya?" sahut Neptunus.
"Boleh tidak aku makan di luar saja? Maksudku, di restoran gitu."
"Kenapa? Kau tidak selera melihat makanan-makanan di sini?"
"Y-ya, aku tidak sepertimu yang suka makanan Asia Timur, waktu aku ikut kau pergi ke kampusmu dan kau menyuruhku pergi ke restoran tempat Gladys bekerja saja aku hanya memakan Takoyaki, makanan itu agak aneh bagiku walaupun itu lebih normal dari pada Sushi atau Sashimi atau makanan-makanan mentah lainnya."
"Kenapa waktu itu kau tidak memesan mie saja?"
"Karena aku memesan apa yang paling sering kau pesan."
"Dan sekarang kau juga akan mengambil makanan yang aku ambil?"
Nuansa lantas melihat ulang makanan-makanan itu. "Kurasa ... tidak."
"Huft, rasanya tidak akan seperti yang kau duga, Nuansa, makanan-makanan ini enak-enak, jangan menilainya hanya dari tampilannya, kau pasti akan ketagihan setelah memakannya."
"Tidak, aku tetap tidak mau makan di sini, lebih baik aku berkeliling dan mencari restoran yang menyajikan makanan Indonesia, tidak apa, aku akan menggunakan uangku sendiri untuk makan selama kita berada di Korea."
Neptunus kemudian mendengkus, pria itu lalu mengembalikan piringnya dan membawa Nuansa pergi dari ruang makan.
"Kau mau membawaku ke mana?" tanya Nuansa yang hanya pasrah saat Neptunus berjalan sambil menarik tangannya."
"Kau bilang kau ingin berkeliling mencari restoran Indonesia, kan?" ujar Neptunus.
"Iya, aku sendiri saja, kau makan saja di sini."
"Tidak, kalau kau tersesat nanti bagaimana?"
"Kan ada GPS."
"Tidak, tidak."
"Neptunus, tidak apa, kau sangat menyukai menu-menu makanan yang disajikan di sini, kan? Kau pasti sangat ingin memakan makanan-makanan itu tadi, kan? Ya, kan? Aduh, bagaimana ya, yasudahlah, aku tidak akan pergi, aku akan di sini menemanimu makan, dari pada kau pergi menemaniku tapi kau tidak mendapatkan makanan-makanan kesukaanmu."
"Dan membiarkan kau kelaparan saat aku menyantap makanan-makanan itu dengan sangat lahap? Tidak!"
"Tapi itu kan makanan-makanan kesukaanmu."
"Aku tidak peduli, aku masih bisa memakannya di lain waktu."
"Benarkah?"
"Ya."
"Tapi."
Neptunus lalu mengangkat alis kanannya.
"Kenapa kau tidak menyelaku?" tanya Nuansa.
"Huh?" Neptunus merasa bingung.
"Ish! Kupikir ketika aku mengatakan 'tapi', kau akan menyelaku dan mengatakan 'sudahlah, tidak apa-apa, ayo kita pergi' agar menciptakan suasana romantis, tapi rupanya tidak, dasar!"
"Ooooh, kau mengharapkan hal romantis dariku?"
"Eh! Eh! Tidak! Bukan begitu!" Nuansa sontak saja jadi salah tingkah.
"Hmm, kenapa begitu? Kau suka ya padaku? Waah, kalau begitu kau kalah bertaruh."
"Kalah bertaruh?" tanya Nuansa dengan perasaan bingung.
"Jangan pura-pura lupa, kita bertaruh, selama kontrak kita berjalan, kalau kau suka padaku, maka kau harus memberitahu ukuran BHmu padaku, dan jika kau semakin jijik padaku, maka aku akan memberitahu ukuranku padamu, ingat, kan?"
"Eh?" Nuansa lalu berusaha untuk mengingat hal itu. "Oh, astaga! Ih! Kau menyebalkan!" lanjut Nuansa, ia lantas pergi meninggalkan Neptunus.
"Eh, eh!" Neptunus kemudian menyusul gadis tersebut. "Kau suka ya padaku? Hm? Mengaku saja, ya, kan?" ucap Neptunus saat ia berhasil menyamai langkahnya dengan langkah Nuansa.
"Bagaimana aku bisa suka dengan orang yang menjijikkan sepertimu?!" sewot Nuansa.
"Jijik apa jijik?" goda Neptunus.
"Aku tidak akan pernah suka padamu! Ingat itu!"
"Eits, eits, hati-hati kemakan omongan sendiri."
"Kau menyebalkan!"
"Kau pasti sudah tidak sabar untuk memberitahu-"
"Neptunus!!!"
"Hahahaha."
"Baiklah, baiklah, tapi jika kau memang menyukaiku, akui saja, tidak apa-apa."
"Benarkah?"
"Ya."
"Haha, leluconmu bagus sekali."
"Kenapa kau berkata seperti itu?"
"Tentu saja aku berkata seperti itu, bagaimana dengan Tiana?!"
Neptunus seketika terdiam, dan sesaat kemudian, Nuansa sadar bahwa ia salah bicara.
"Engh, maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk mengingatkanmu padanya, maaf, aku-"
"Tidak apa." Neptunus menyela Nuansa.
"Neptunus, aku tidak sengaja mengucapkan hal itu, sumpah, aku tidak bermaksud untuk-"
"Hei, hei, sudahlah, tidak usah diperpanjang," ujar Neptunus dengan sangat lembut.
"Tapi ..."
"Tidak apa, aku tahu kau salah bicara dan kau tidak menyadarinya saat kau mengucapkannya."
"Maaf sekali lagi, ya."
Neptunus kemudian hanya mengangguk sembari tersenyum.
"Oh, iya, kau ingin makan apa nanti?" tanya Neptunus.
"Apa ya ... kita lihat saja nanti restoran Indonesia yang kita dapatkan menyediakan menu apa saja, aku pun sebenarnya ragu kalau di sini ada restoran Indonesia," jawab Nuansa.
"Ada, pasti ada."
"Kau yakin?"
"Aku sudah menelusurinya di internet untuk persiapan jika hal seperti ini terjadi."
"Benarkah?"
"Ya."
"Wah, kau memang tahu apa saja yang harus dipersiapkan sebelum bepergian ke luar negeri."
"Hahaha, itulah kegunaan utamaku jika bepergian ke luar negeri."
Nuansa lalu hanya tersenyum, dan tidak terasa mereka akhirnya sampai di luar hotel. Keduanya memilih untuk bepergian dengan berjalan kaki di Hawaii-nya Korea ini. Selama berjalan menuju restoran Indonesia yang diketahui Neptunus, mereka saling diam-diaman.
Neptunus memalingkan wajahnya, seolah ia melihat-lihat kota ini, sementara Nuansa hanya menunduk karena masih merasa tidak enak sebab menyebut nama Tiana tadi, padahal Neptunus sudah pernah mengatakan padanya kalau pria itu tidak ingin membahas tentang Tiana lagi.
'Bagaimana perasaannya setelah aku menyebut Tiana tadi, ya? Aku tahu dia tidak merasa baik-baik saja, dia berubah tadi,' batin Nuansa. Ia benar-benar merasa tidak enak sekarang.