"Apa?!" ucap Nuansa.
Neptunus mengernyitkan dahinya mendengar hal itu. "Apa?" ujarnya juga.
"K-kau ... memesan makanan sebanyak itu? Kau gila?!"
"Itu bukan pertanyaan yang akan dilontarkan olehmu setelah kita saling kenal sejak beberapa hari belakangan ini."
"Maksudku, astaga."
"Kenapa?"
"Itu berlebihan, Neptunus, berlebihan!"
"Aku bisa menghabisi semuanya."
"Apa? Ini cuma sarapan!"
"Ya, lambungku muat."
"Tapi ..."
"Apa? Kau mau?"
Nuansa terdiam sesaat. "Hmm."
"Tidak usah banyak basa-basi kalau mau, makan saja," kata Neptunus.
"Tapi ... makanan di sini mahal-mahal, Neptunus."
"Hei, kau meragukan keuanganku? Kalau begitu kenapa kau menandatangani kontrak kita?"
Nuansa kemudian terdiam. "Ehehehe, benar juga," ucapnya kemudian.
"Aku mau, aku mau," lanjutnya dengan malu-malu.
Neptunus lantas menyeringai.
***
Setengah jam kemudian, Neptunus dan Nuansa akhirnya berhasil menghabiskan semua makanan dan minuman yang dipesan oleh Neptunus tadi. Entahlah, sepertinya perut Neptunus dan Nuansa sama-sama membuncit sekarang.
"ERGH." Nuansa bersendawa keras, ia pun secara spontan menutup mulutnya usai bersendawa. Neptunus terkekeh melihat hal itu.
"EEEERGH." Bukannya menegur Nuansa, Neptunus malah tertawa dan ikut-ikutan bersendawa keras seperti Nuansa tadi, malahan sendawanya jauh lebih keras dari pada sendawa Nuansa.
"Hei! Kau ini apa-apaan?!" tegur Nuansa yang merasa malu sebab semua orang memperhatikan mereka sekarang gara-gara keduanya bersendawa sangat keras tadi.
"Kau yang memulainya," ucap Neptunus.
"Aku tidak sengaja, kau kenapa ikut-ikutan?" ujar Nuansa.
"Itu menyenangkan, tahu! Ayo lagi!" Neptunus kemudian bersiap untuk bersendawa lagi.
"Kutendang kau Neptunus kalau sampai kau sengaja bersendawa lagi," kata Nuansa, mendengar hal tersebut, Neptunus pun mengurungkan niatnya untuk bersendawa.
"Ck, padahal anginnya sudah diujung tenggorokanku," gerutu Neptunus.
"Kau ini, entah dimana sopan santunmu, malah senang bersendawa seperti itu, aku tidak habis pikir tentangmu, Neptunus."
"Kalau begitu aku akan terus melakukan hal-hal sejenis itu, agar kau tidak berhenti memikirkanku."
"Kenapa?"
"Karena aku suka kau terus memikirkanku."
"Huh?"
"Engh, satenya enak, ya."
"Ya, enak."
Keduanya lantas terdiam dan saling memalingkan wajah dari satu sama lain, seperti biasanya, entah kenapa mereka malah jadi sering salah tingkah seperti ini.
Setelah beberapa menit seperti itu, Neptunus pun kemudian berdiri.
"Kau mau ke mana?" tanya Nuansa.
"Ke kasir," jawab Neptunus.
"Ngapain?"
"Tentu saja untuk membayar semua ini, kita tidak meminta sumbangan di sini, atau kau yang ingin membayar semuanya?"
"Eh, eh, tidak, enak saja kau, aku sudah mencegahmu tadi dan sekarang kau malah menawariku untuk membayar semua ini, tidak, tidak!"
"Mencegah kok setelah dilakukan."
"Yang penting aku mengatakan tidak pada aksimu yang memesan makanan sebanyak ini tadi, jadi aku tidak berhak bertanggung jawab."
"Oi, kau juga memakan semua ini dengan sangat lahap tadi, aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika kita kembali ke hotel dengan hanya memakan empat butir cilok tadi, itu konyol," ucap Neptunus yang lalu langsung pergi ke kasir.
"Aku pun tidak akan memakan semua ini jika kau tidak menawarkannya padaku!" teriak Nuansa pada Neptunus.
"Aku bertanya tadi, bukan menawarkan!" balas Neptunus.
"Alasan!"
"Cih," keluh Neptunus, ia pun akhirnya sampai di kasir.
"Mmm, makanan Indonesia memang sangat enak-enak," ujar Nuansa pada dirinya sendiri sembari membersihkan mulutnya menggunakan tisu.
Sesaat kemudian Neptunus kembali ke mejanya dan Nuansa.
"Sudah?" tanya Nuansa.
"Sudah, yuk," kata Neptunus.
"Ke mana?"
"Tentu saja ke hotel, jadi ke mana lagi? Kau ingin menetap terus di sini?"
"Maksudku ... hehehe."
"Apa?"
"Kau tidak ingin mengajakku jalan-jalan?"
"Jalan-jalan?"
"Ya."
"Bukankah kita tadi jalan-jalan?"
"Jalan-jalan? Kita hanya makan di sini dari tadi."
"Tapi kita sampai di sini dengan berjalan, kan?"
"Ish, kau ini! Bukan jalan-jalan begitu maksudku. Maksudku itu jalan-jalan keliling kota ini, dari pada kita mengerak di hotel, kan?"
"Hmmm."
"Tidak usah berpikir, aku tahu kau juga ingin jalan-jalan."
"Hmmm."
"Lama sekali."
"Konsernya?"
"Konser? Konser apa?"
"Oh! Boyband itu?!" sambung Nuansa.
"Lupakan, konsernya nanti malam, jadi kita bisa jalan-jalan sekarang sampai sore, lalu menghadiri acara pernikahan itu," kata Neptunus.
"Terus?"
"Terus kita terbang ke Seoul."
"Terus?"
"Terus kita pulang."
"Huh? Kau ini bagaimana! Tadi kau bilang-"
"Tapi sebelum pulang, kita akan datang ke konser boyband itu dulu."
"Nah, begitu, aku juga suka pada boyband itu, apa nama mereka? Duh, aku lupa."
"Suka kok bisa lupa nama mereka."
"Aku ini banyak pikiran, Neptunus, kupikir kau bisa mewajarkannya."
"Heleh, alasanmu konyol."
"Hehehe."
"Ketahuan kau."
"Sebenarnya aku tidak tahu boyband mana yang kau maksud, tapi konser manapun yang ingin kau hadiri, aku juga ikut, lumayan bisa lihat artis secara langsung."
"Astaga."
"Hehehe."
"Huft, yasudahlah, ayo kita pergi jalan-jalan."
"Ah, akhirnya! Kau memang pacar idaman!"
"Huh?"
Neptunus dan Nuansa lantas sama-sama kembali terdiam, pipi mereka sama-sama memerah sekarang.
"Engh." Nuansa kembali jadi salah tingkah.
"A-ayo kita pergi," ajak gadis itu kemudian, ia lantas keluar lebih dulu dari pada Neptunus yang mematung dan terus mendengar apa yang dikatakan oleh Nuansa tadi.
'Astaga, kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkannya dan malah mematung seperti ini?' batin Neptunus.
"Apa mungkin aku mengharapkan dia benar-benar mengatakan itu sebagai kekasih sungguhanku?" gumam Neptunus.
"Apa-apaan aku ini? Tiana adalah satu-satunya bagiku, sejak kapan aku mulai memperhatikan Nuansa? Dan kenapa aku baru menyadarinya?" lanjutnya.
"Tidak, aku tidak boleh sampai suka padanya, taruhan itu hanya guyonan, itu tidak serius, aku hanya bercanda, jadi aku tidak mau aku menang, tidak, jangan sampai aku menang."
Tanpa disadari Neptunus, Nuansa sebenarnya mendengarnya dari luar, sebab gadis itu kembali lagi ke restoran itu setelah ia berjalan cukup jauh dan tidak mendapati Neptunus di belakangnya.
Nuansa tidak masuk ketika dirinya mendengar Neptunus berbicara sendiri, ia memilih untuk mendengarkannya dari luar.
'Dia menyukaiku?' batin Nuansa.