"A-aku tidak terlalu memerhatikan perilakunya ketika dia mulai jatuh cinta padaku, dan aku sendiri sebenarnya tidak pernah bertanya padanya kapan pastinya dia mulai menyukaiku, jadi aku mungkin tidak bisa menjawab pertanyaanmu itu. Intinya adalah, manusia tetap akan berubah perilakunya ketika jatuh cinta, dia berubah padaku saat kami mulai terbuka, perlakuannya tidak seperti dulu, seperti, aku lebih diperhatikan, dan ... hal-hal umumnya terjadi, seperti kami lebih sering berkomunikasi, dan sebagainya," papar Hana pada Nuansa.
'Aku dan Neptunus sejak awal kami berkenalan memang sudah harus rajin berkomunikasi, kan? Jadi aku tidak memastikan perasaan dia yang sesungguhnya padaku melalui hal itu. Dan dia sepertinya tidak pernah perhatian padaku,' batin Nuansa.
"Apa ada lagi yang ingin kau tanyakan?" tanya Hana pada Nuansa.
"Engh, mungkin cukup," ucap Nuansa.
"Ok, baiklah."
"Ngomong-ngomong, di mana suamimu? Kau sendirian saja?"
'Apa tidak apa-apa jika aku jujur padanya? Dia terlihat mencurigakan,' batin Hana.
"Dia ..." Hana bingung harus menjawab apa pada Nuansa, ia mulai takut pada gadis itu.
Raut wajah Nuansa tiba-tib berubah, lalu ia berkata, "Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk membuatmu merasa sedih, maaf."
"Huh? Apa maksudmu?"
"Aku turut berduka cita, ya. Kau pasti bisa mengurus anak-anakmu, aku tahu kalau kau adalah wanita yang kuat."
"Astaga! Kau ini bicara apa?! Suamiku masih hidup!"
"Astaga, benarkah? Maaf, maaf, kukira tadi kau terdiam karena suamimu-"
"Tidak! Dia masih hidup! Dia sedang ke toilet bersama anak-anakku!"
"Oh, astaga, maafkan aku, maaf sekali."
Hana tiba-tiba saja merasa kesakitan sambil memegang perutnya.
"Eh, eh, ada apa ini? Kakak Hana, kau baik-baik saja?!" tanya Nuansa yang merasa panik.
"Aduh," keluh Hana.
"Ada apa ini, hei?!"
"Aku ... perutku terasa mulas."
"Kau akan melahirkan?! Astaga, ini gawat! Tolong! Eh, tidak ada yang mengerti, ya? Engh, help! Help!" teriak Nuansa.
"Bawa aku pada suamiku dan anak-anakku," pinta Hana yang terlihat sudah tidak kuat lagi.
"Kau tidak bisa jalan dalam keadaan seperti ini!"
Nuansa kemudian bangkit. "Aku harus mencari bantuan, ke mana? Ke mana? Tidak ada orang di sekitar sini," ujarnya yang kepanikan.
"Cepatlah!" kata Hana. "Bayinya akan keluar!" sambung Hana.
"Help! Aduh, help! Anyone! Help!" jerit Nuansa.
"Kau benar-benar akan melahirkan?!" tanya Nuansa.
"Entahlah, padahal besok baru genap delapan bulan. Ah! Cepatlah cari bantuan!" jawab Hana.
"Tidak ada orang di sini?!" Nuansa kemudian berlarian kesana-kemari.
Untung saja ia kepikiran untuk menelpon Neptunus. Neptunus yang sedang selfie di sebelah pohon-pohon Bunga pun terkejut begitu menerima panggilan dari Nuansa, sebab baru saja ia akan menekan tombol menjepretnya, namun tiba-tiba ada panggilan yang menghentikan kegiatan selfienya itu.
Neptunus tidak hanya terkejut karena mendapatkan panggilan dari Nuansa, namun juga terkejut dengan nada deringnya yang berubah, tetapi ia tidak tahu siapa yang menggantinya, terlebih lagi volume suara nada deringnya ada pada tingkat 100%.
Nada dering di ponsel Neptunus adalah lagu Pamer Bojo bagian Cendol Dawet yang dibawakan oleh Didi Kempot dengan volume 100%nya.
Tentu saja Neptunus terkejut setengah mati akan hal ini, ia pun sontak menjadi perhatian orang-orang.
Cendol dawet, cendol dawet seger
Cendol cendol dawet dawet
Cendol cendol dawet dawet
Cendol dawet seger piro, lima ngatusan
Terus gak pake ketan
Ji ro lu pat nem pitu wolu...
Begitulah suara nada dering Neptunus dengan volume 100%nya.
Neptunus pun segera menolak panggilan itu karena semua mata sedang tertuju padanya sekarang, namun untunglah ini di Korea karena tidak ada yang tahu lagu apa itu, mereka hanya melirik Neptunus karena besarnya volume suara nada deringnya.
'Kenapa nada deringku jadi seperti ini?!' batin Neptunus yang merasa malu sendiri karena jadi pusat perhatian orang.
Belum sempat Neptunus mengecilkan volume suara nada deringnya, tiba-tiba Nuansa menelpon lagi, sehingga sekali lagi, dengan lirik lagu dangdut Cendol Dawet itu, Neptunus menjadi pusat perhatian orang-orang.
Pria itu pun lantas memutuskan untuk lari dari sana dan menjawab panggilan Nuansa.
"Kenapa kau mengajakku dangdutan?!"
"KENAPA KAU MENOLAK PANGGILANKU?! CEPAT KEMARI, ASTAGA!"
Teriak Neptunus dan Nuansa secara bersamaan begitu panggilan Nuansa tersambung.
"Apa?!" ucap keduanya, secara bersamaan lagi.
"Ada apa?"
"Kau bilang apa tadi?"
Tanya keduanya, secara bersamaan lagi.
"Biarkan aku berbicara duluan! Laki-laki mengalah!" seru Nuansa yang merasa kesal sebab dari tadi Neptunus selalu bicara secara bersamaan dengannya.
"Ah, cepat!" teriak Hana yang sudah tidak kuat lagi, ia harus melahirkan sekarang.
"CEPAT KEMARI, OTAK KOTOR! KENAPA KAU MALAH MENGAJAKKU BERBICARA?!" teriak Nuansa pada Neptunus.
Kontan saja Neptunus menjauhkan ponselnya dari telinganya karena teriakan yang hampir memecahkan gendang telinganya tersebut. Dengan wajah yang datar, Neptunus sebenarnya menggerutu di dalam hatinya.
"Ada apa?" tanya Neptunus pada Nuansa dengan santainya usai Nuansa berhenti berteriak.
"Wanita tadi akan melahirkan, astaga! Kenapa kau lama sekali?!" jawab Nuansa.
"Apa?!" sekarang Neptunus mulai ikutan panik.
"Cepat kemari, HEI, CEPAT KEMARI!"
"Iya, iya, aku akan segera ke sana!"
"Untuk urusan BH saja cepat, giliran untuk urusan darurat seperti ini lamanya minta ampun," gerutu Nuansa.
Neptunus yang mendengarnya pun langsung mengernyitkan dahinya.
"Apa?!" ujar Neptunus, namun ternyata Nuansa telah memutuskan sambungan telepon mereka sesaat setelah ia menggerutu tadi.
"Dasar tidak jelas, pasti dia yang menyetel lagu dangdut itu menjadi nada deringku, heuh!" gumam Neptunus, ia lalu langsung berlari ke tempat Nuansa dan Hana berada.
***
Sementara itu, Nuansa sedang berusaha menenangkan Hana yang sudah melakukan ancang-ancang akan melahirkan bayinya sekarang juga.
"Di mana suamimu?! Astaga!" seru Nuansa.
"Aku tidak tahu, mungkin mereka mengantre di toilet, huft, huft." Hana mulai berusaha mengatur napasnya.
"Astaga jangan melahirkan sekarang!"
"Aku tidak bisa!"
"Tapi aku tidak tahu caranya membantu orang melahirkan!"
"EEEEEEEEENNNNGGGGGGGHHHHHH." Hana mulai ngeden, dan hal ini membuat Nuansa sangat panik sekarang.
"Oh, tidak," gumam gadis itu.