Neptunus dan Nuansa kini sedang berada di sebuah pasar tradisional yang cukup besar. Nuansa tidak banyak bicara sejak keduanya pergi dari restoran tadi, sementara Neptunus merasa biasa-biasa saja karena dia pikir Nuansa tidak mendengarnya ketika dirinya berbicara sendiri tadi, dan Nuansa memang memastikan Neptunus tidak menyadari bahwa ia mendengarkannya berbicara sendiri tadi.
Seharusnya Neptunus memang merasa heran sebab Nuansa tidak banyak bicara sejak mereka pergi ke sini tadi, namun tampaknya pria tersebut tidak memikirkan hal itu karena dikiranya Nuansa hanya merasa mual akibat kekenyangan, sebab ia sendiri sebenarnya merasa agak mual sekarang dengan perutnya yang belum kembali ke bentuk normal sekarang, alias masih membuncit akibat kepenuhan.
Sesekali Neptunus kepikiran untuk mencari toilet, tetapi beberapa hal selalu mengalihkan perhatiannya, mulai dari anak kecil yang sangat lucu, lalu beberapa bau beberapa makanan yang sangat asing baginya, hingga seorang pedagang secantik artis Song Hye Kyo, sangat banyak hal yang akhirnya membuat Neptunus teralihkan pikirannya dari toilet, sehingga rasa mulas di perutnya yang terkadang datang pun akhirnya hilang sepenuhnya.
Pria itu benar-benar dibuat kagum oleh pasar ini, dan ia sama sekali tidak memperhatikan Nuansa yang memalingkan wajah darinya karena takut salah tingkah sebab masih terus memikirkan kata-kata Neptunus yang tak sengaja di dengarnya tadi.
'Kenapa aku jadi terlalu memikirkannya? Dia bisa curiga kalau aku begini terus, jangan bilang kalau aku juga mulai menyukainya. Tidak, itu menjijikkan,' batin Nuansa.
"Nuansa." Neptunus tiba-tiba memanggil Nuansa sembari tersenyum, Nuansa pun lantas menoleh padanya dan menyahutinya.
"Ya?"
"Aku beli itu dulu, ya."
"Beli apa?"
"Itu, jajanan yang ada di sana itu, aku belum pernah melihatnya, tapi aku tertarik untuk membelinya, kau kalau merasa mual atau mulas, pergi saja cari toilet atau duduk saja, aku akan menunggumu sambil berkeliling mencari jajanan dan buah-buahan."
"Eh? Mual atau mulas?"
"Ya, dari tadi kau hanya diam, kau mual karena kekenyangan, kan?"
"Tidak, kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Habisnya kau hanya diam dari tadi, jadi aku berpikir seperti itu."
"Aku hanya diam dari tadi? Benarkah?"
"Loh? Kita di mana?" sambung Nuansa.
Neptunus kontan saja menggelengkan kepalanya mendengar hal itu.
"Aku mau ke sana dulu, pembelinya sangat ramai, aku takut kehabisan," ucap Neptunus yang kemudian langsung pergi ke gerai tempat jajanan yang ingin dibelinya.
'Bagaimana bisa aku baru sadar kalau aku sedang berada di pasar?' batin Nuansa.
"Astaga, dari tadi aku hanya benar-benar memikirkannya," gumamnya.
Gadis itu pun akhirnya sadar kalau dirinya sedang berada di sebuah pasar tradisional, setelah dari tadi hanya diam dan melangkah tanpa tahu ke mana ia pergi sebab terlalu memikirkan Neptunus, ia pun lantas melihat ke sekelilingnya, dilihatnya ada banyak penjual buah-buahan dan sayur-sayuran di sini, sementara Neptunus pergi ke blok tempat banyak orang yang menjual jajanan.
Pasar ini cukup ramai, namun sangat bersih, Nuansa tersenyum melihat keadaan di pasar ini.
'Bahkan ini jauh lebih baik dari pada mall,' pikirnya.
Gadis tersebut lalu pergi menyusul Neptunus usai dirinya terkagum melihat pasar ini.
Neptunus sendiri sedang mengantre untuk membeli jajanan yang membuatnya tertarik itu padahal ia tidak tahu apa itu, namun keramaian orang yang mengantre demi mendapatkan jajanan itu telah menarik perhatian Neptunus, soal selera belakangan, yang dipikirkannya adalah, kalau sudah ramai, sudah pasti enak dan kualitasnya bagus, ia sama sekali tidak memikirkan apakah dirinya akan menyukai jajanan ini atau tidak.
Nuansa kemudian menorobs keramaian ini demi bisa mensejajarkan dirinya dengan Neptunus, dan dirinya berhasil, tentunya usai melalui sebuah usaha keras melewati keramaian yang menyesakkan ini.
"Astaga, kenapa kau menerobos antrean?" tanya Neptunus pada Nuansa usai gadis itu berdiri tepat di sebelahnya.
"Ya tentu saja agar aku bisa berada di dekatmu."
"Apa?" Neptunus malah menyalah artikan apa yang dikatakan Nuansa tadi menjadi hal yang sangat romantis, sehingga ia agak salah tingkah sekarang, entah sudah berapa kali ia salah tingkah hari ini karena Nuansa.
"Kenapa? Aku juga ingin melihat apa yang kau beli, karena aku tidak tahu harus apa, dan aku tidak mulas ataupun mual, terima kasih atas saranmu tadi," ucap Nuansa.
"Kalau begitu kenapa kau tidak mencari buah-buahan saja? Atau jajanan lain? Jangan dekat-dekatan denganku seperti ini."
"Loh? Memangnya kenapa? Lagi pula untuk apa kita datang ke pasar ini dan berbelanja jajanan?"
"Kita ingin jalan-jalan, kan? Sebaiknya kita membawa jajanan, karena kalaupun ada orang yang berjualan di tempat wisata yang akan kita kunjungi nanti, pasti harganya akan sangat mahal, kau ini ratu irit, kenapa tidak paham trik berwisata?"
"Kita akan pergi ke mana memangnya?"
"Jangan banyak bertanya, kau ikut saja nanti."
"Bertanya saja tidak boleh, diam pun tidak boleh."
"Siapa bilang kau tidak boleh diam?"
"Kau memang tidak melarangku untuk diam, tapi sekalinya aku diam, kau malah berpikir aku ingin buang air besar atau muntah, ada-ada saja."
"Itu karena diammu benar-benar diam, kau hanya melamun tidak jelas sambil memalingkan wajahmu dariku."
"Jadi kau ingin aku diam sambil terus menatapmu?"
"Maksudku bukan begitu, Nuansa. Diammu itu ... kau bahkan sampai tidak tahu kita sedang berada di mana, pikiranmu jadi blank, itu bukan diam biasa, kau pasti memikirkan sesuatu, kan? Kupikir kau hanya fokus menahan rasa ingin muntah dan mulasmu, tapi ternyata kau tidak merasakan hal-hal itu, jadi apa yang membuatmu diam seperti tadi?"
"Jangan banyak bertanya, maju sana, antrean di depan sudah mulai lengang, orang-orang dibelakang mulai heran melihat kita, bukannya maju malah mengobrol tidak jelas."
Neptunus lantas menoleh ke belakang, dan benar saja, orang-orang menatapnya dan Nuansa dengan rasa heran, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Nuansa.
"Kau yang memulainya, sudah bagus tadi kau diam tidak jelas, eh tiba-tiba malah jadi banyak bicara," kata Neptunus.
"Hei, kau ini maunya apa? Kau! Grh! Bicara salah, diam salah, ikut mengantre salah, dan diusir pula," keluh Nuansa yang berniat untuk keluar dari antrean tersebut sebab Neptunus menyuruhnya keluar dari antrean tadi, kan?.
"Bagus, pergi sana, jantungku berdebar sangat cepat ketika berada di dekatmu," ucap Neptunus.
"Apa?"
"Engh?! Apa?"
"Kau bilang apa tadi?"
"Tidak ada."
"Telingaku berfungsi dengan baik, Nep."
Neptunus seketika langsung merasa 'meleleh' usai mendengar Nuansa memanggilnya dengan nama 'Nep', ia selalu suka Nuansa memanggilnya seperti itu, dia sudah pernah mengatakannya, kan?.
Tubuh Neptunus pun langsung lemas seketika dan jantungnya berdebar semakin kencang, perasaan ini jauh lebih dalam dari saat pertama kali dirinya mendengar Nuansa memanggilnya seperti itu.
Neptunus menatap Nuansa dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan akibat ucapan-ucapan Nuansa yang membuatnya menjadi salah tingkah dari tadi, tatapan itu pun malah membuat Nuansa jadi ikutan salah tingkah dan tidak menyadari bahwa Neptunus tidak membalas ucapannya lagi.
Nuansa lalu berniat untuk pergi ketika seorang pelanggan di belakang mereka menegur keduanya karena tak kunjung maju, namun tiba-tiba Neptunus meraih tangan Nuansa dan melarangnya untuk pergi.
"Jangan pergi, jangan tinggalkan aku," ujar Neptunus.
Entah kenapa apa yang dikatakan Neptunus barusan terasa sangat berbeda bagi Nuansa, itu terasa sangat dalam, sulit untuk menjelaskannya, namun Nuansa sendiri terdiam ketika Neptunus meraih tangannya dan mengatakan hal tersebut.
'Tuhan, perasaan apa ini? Kenapa yang dilakukannya terasa sangat berarti bagiku? Apa dia merasakannya juga? Apa ... itu adalah ungkapan perasaan cintanya padaku?' batin Nuansa.
'Astaga! Aku gila, apa yang aku pikirkan?! Kenapa aku bisa semudah itu berpikiran seperti itu? Aku tidak pernah bisa memahami bagaimana cintanya Neptunus pada Tiana. Tapi, apa aku berharap dia akan mengatakan dengan sungguh-sungguh kalau dia mencintaiku? Tunggu, itu artinya ... tidak, aku tidak mungkin menyukainya, dia menjijikkan, aku tidak boleh terperdaya olehnya, dia hanya ingin mengetahui ukuran BHku, aku tidak akan membiarkanmu, Neptunus.'
"Maju, bodoh!" seru Nuansa pada Neptunus, gadis itu kemudian maju duluan seraya melepaskan tangan Neptunus dari tangannya.
Neptunus lantas menyeringai melihat sikap Nuansa barusan.
'Itu mengingatkanku pada saat aku sangat ingin tahu ukuran BHnya, apa aku masih ingin mengetahuinya? Itu bukan hal yang penting, bukan? Itu hanya hal bodoh. Sekarang masih ada hal yang sangat ingin kuketahui darinya, tapi bukan ukuran BHnya, lalu apa? Hahaha, aku malah bertanya pada diriku sendiri,' batin Neptunus.
"Neptunus!" Nuansa memanggil Neptunus, karena orang-orang di belakang mulai naik darah.