Neptunus dan Nuansa akhirnya sampai di sebuah restoran Indonesia. Di sana, mereka disambut oleh seorang Pelayan yang sangat ramah, sangat menunjukkan bagaimana ramahnya orang Indonesia itu dibanding orang Eropa, Amerika, dan bagian Asia selain Asia Tenggara.
Neptunus dan Nuansa pun kemudian masuk dan memilih meja makan mereka, di atas meja tersebut sudah ada daftar menu yang tersedia dalam 3 bahasa: Bahasa Inggris, Bahasa Korea, dan Bahasa Indonesia.
Nuansa lantas mengambil daftar menu yang berbahasa Indonesia.
Ia melihat menu-menu yang cukup pasaran, seperti Nasi Goreng, Rendang, Soto, Bakso, Bakmi, Mie Ayam, Sate, dan lain-lain. Untuk makanan ringan, Nuansa juga menemukan cukup banyak jajanan yang pasaran seperti Cilok, Cimol, Bakwan, Tahu Bulat, Batagor, dan lain sebagainya, namun tentu saja dengan harga yang begitu mahal, berbanding terbalik dengan jika kita membelinya di Indonesia.
Biasanya, Bakwan di Indonesia dijual dengan harga paling tidak 3 biji per 2 ribu Rupiah, namun di restoran ini, harganya melonjak sampai 10 kali lipat, jika untuk Bakwan saja segitu harganya, bagaimana lagi dengan Sate dan yang lainnya?.
Nuansa pun jadi berpikir dua kali untuk hal ini, ia bahkan menahan laparnya dan meneguk ludahnya karena memikirkan perbandingan harga yang begitu luar biasa.
Neptunus yang sedang melihat-lihat restoran ini pun akhirnya menyadari bahwa Nuansa menjadi ragu untuk memesan sebuah makanan atau minuman dikarenakan harganya yang jauh lebih mahal dari pada harga di Indonesia.
Pelonjakan harga ini sebetulnya adalah hal yang wajar, sebab bahan-bahan untuk membuat makanan-makanan Indonesia sulit untuk ditemukan di Korea, dan itulah penyebab utamanya.
"Kenapa kau lama sekali memilih menunya?" tanya Neptunus kepada Nuansa.
"Engh? I-iya." Nuansa bingung harus bagaimana.
"Cepat, kau ingin pesan apa?"
"Kau bagaimana?"
"Aku pesan menu yang sama saja denganmu."
"Kenapa?"
"Aku suka semua makanan Indonesia."
"Benarkah?"
"Tentu saja."
"Yasudah, aku pesan Cilok saja."
"Huh? Cilok?"
"Ya."
"O-ok."
"Kau suka, kan?"
"Suka, tentu saja suka, aku pernah menghabiskan uang 50 ribu hanya untuk makan cilok sampai kenyang."
"Hm, baguslah. Pelayan!"
Seorang Pelayan lalu menghampiri Nuansa.
"Ya?" sahut Pelayan tersebut.
"Ciloknya dua ya," pinta Nuansa.
"Baiklah." Pelayan itu kemudian pergi.
"Minumnya? Kau tidak memesan minuman?" tanya Neptunus pada Nuansa.
"Air minum di hotel saja," jawab Nuansa.
"Huh?"
"Kenapa?"
"Tidak, tidak."
"Kau bingung sekali sepertinya."
"Ya karena kau aneh."
"Aku? Aneh?"
"Ya."
"Aneh bagaimana?"
"Permisi." Pelayan tadi datang lagi dengan pesanan Nuansa tadi.
"Oh, iya, terima kasih," ucap Nuansa.
"Sama-sama." Pelayan itu lantas pergi lagi.
Neptunus dan Nuansa pun kemudian sama-sama berdoa sebelum mulai makan. Ketika ingin menyantap Cilok miliknya, Neptunus terkejut sebab yang disajikan hanyalah 4 butir Cilok di sebuah piring kecil, begitu juga dengan Nuansa, namun Nuansa memakannya dengan lahap tanpa merasa heran atau apapun itu.
"Nuansa." Neptunus memanggil Nuansa.
"Hm?" sahut Nuansa. "Tidak baik berbicara saat sedang makan, makan saja dulu," sambung Nuansa.
"Tapi-"
"Ssssht, makan, makan."
Neptunus pun lalu memakan 4 butir Cilok tersebut hanya dalam waktu 60 detik dan membuat Nuansa terkejut, sebab saat Neptunus selesai memakan 4 butir Cilok itu, di piring Nuansa masih tersisa 2 butir lagi sebab gadis itu memotong Cilok-cilok itu menjadi potongan-potongan kecil lebih dulu sebelum memakannya, padahal Cilok-cilok itu sudah cukup kecil, namun sepertinya Nuansa ingin membuatnya terlihat banyak dengan cara memotong-motongnya.
"Astaga, sudah selesai?" tanya Nuansa pada Neptunus.
"Sudah, toh cuma empat butir isinya," jawab Neptunus.
"Tapi ... astaga, apa kau mengunyahnya dengan benar? Kau hanya memakannya dalam waktu satu menit! Dan, dan cilok ini jumlahnya empat, bukan satu, kau ...?"
"Tentu saja aku mengunyahnya dengan benar, kalau tidak pasti aku muntah sekarang."
"Benarkah? Kau mengunyahnya 32 kali?"
"32 kali?"
"Tentu saja, makanan itu harus dikunyah sebanyak 32 kali sebelum ditelan agar kerja lambung tidak berat."
"Kalau aku sudah mengunyahnya sampai seperti bubur tanpa harus sebanyak 32 kali bagaimana?"
"Huh?"
"Hei, kau memotong-motong Cilok ini lagi? Astaga padahal ukurannya hanya sedikit lebih besar dari kelereng, tapi kau memotong-motongnya menjadi beberapa bagian lagi? Dan kau mengunyah setiap potongan sebanyak 32 kali? Untukku, mungkin saat baru masuk di mulut saja sudah langsung nyangkut di gigi."
"Berisik, ah! Suka-suka aku mau bagaimana memakannya, kenapa kau pula yang merasa risih?! Setiap orang itu punya cara makan masing-masing, jadi jangan usil mengurusinya."
"Bukannya kau yang memulai dengan mengurusi berapa kali aku mengunyah makanan?"
"Sssht."
'Ok, pria selalu salah,' batin Neptunus, ia lantas memainkan ponselnya sambil menunggu Nuansa selesai makan. Terlintas sebuah pemikiran di pikiran Neptunus untuk mengambil foto Nuansa secara diam-diam saat gadis itu sedang makan, dan Neptunus pun melakukannya.
Pria itu tertawa sendiri melihat hasil jepretannya dan membuat Nuansa yang baru selesai makan menjadi bingung, namun Nuansa tampaknya tidak peduli, ia lebih memilih bersiap-siap untuk pergi.
Nuansa pun kemudian berdiri dan malah membuat Neptunus bingung.
"Kau mau ke mana?" tanya Neptunus.
"Kembali ke hotel, memangnya kenapa? Untuk apa juga kita berlama-lama di sini?" jawab Nuansa.
"Tunggu, kita datang jauh-jauh ke sini hanya untuk memakan empat butir cilok?"
"Ya, memangnya kenapa? Aku yang membayar, tenang saja."
"Tunggu, tunggu, hanya itu sarapan kita?"
"Ya, kenapa?"
"Kenapa?"
"Iya, kenapa?"
"Maksudku, kenapa? Kenapa kau hanya memesan cilok seperti itu? Itu hanya makanan ringan, kan? Lagi pula tidak ada orang yang sarapan dengan hanya memakan cilok."
"Ada, kita."
"Tapi-"
"Kalau kau ingin memesan makanan yang lain, pesan saja, tidak apa-apa, aku yang akan membayar karena aku yang meminta agar kita datang ke sini."
Neptunus lantas terdiam sesaat sembari memandangi Nuansa yang kembali duduk dan memainkan ponselnya. Neptunus pun lalu melihat daftar menunya, namun yang dilihatnya justru yang berbahasa Korea, sontak saja ia langsung mengambil yang berbahasa Indonesia.
Pria tersebut cukup terkejut melihat harga-harga makanan dan minuman di sini, namun dirinya tidak seterkejut Nuansa sebab ia bisa mewajarkannya.
Seketika, Neptunus bisa mengerti kenapa Nuansa hanya memesan Cilok. Ia pun lantas menarik napas panjang dan memanggil seorang Pelayan.
"Ya?" sahut Pelayan yang dipanggil oleh Neptunus ini.
"Aku pesan nasi goreng dua, sate dua, jus alpukat dua, tahu bulatnya satu piring, bakwan satu piring, dan tolong bumbu kacang cilok satu mangkuk ya, tidak usah pakai ciloknya, terus batagor satu piring, dadar gulung, kue cucur, dan bolu kukus," ujar Neptunus. Nuansa tentu saja terkejut mendengar apa yang dipesan oleh Neptunus barusan, gadis itu bahkan membelalakkan matanya, ia langsung bisa memperkirakan berapa juta Rupiah yang akan Neptunus keluarkan.
"Oh, baik, Tuan, mohon ditunggu ya," ucap Pelayan tadi.
"Siap," kata Neptunus seraya tersenyum.