Chereads / A Phoenix's Story / Chapter 10 - Pedang Mistis 5

Chapter 10 - Pedang Mistis 5

Waktu pun berlalu.

Sore hari pun berganti menjadi malam hari, Namun penyerangan ke Gedung Tanaka masih belum selesai.

Di lantai 14, masih terjadi baku tembak antara tentara Gerakan Pemberontak dengan petarung Perusahaan Asakura.

"Cepat habisi mereka! kita harus segera bertemu dengan kedua gadis itu di lantai 19!" Teriak salah seorang tentara Gerakan Pemberontak.

"Balas tembakan mereka! sejak kapan Gerakan Pemberontak masuk ke gedung ini!?" Teriak salah satu petarung Perusahaan Asakura namun petarung itu tiba-tiba tewas tertembak di kepala berkat tembakan salah satu penembak jitu yang berada di sebelah Gedung Tanaka.

Sementara itu di lantai 18, Minami dan Azuki masih berusaha menghabisi beberapa petarung Perusahaan Asakura.

Azuki menangkis sayatan katana salah seorang petarung, dengan cepat ia berbalik ke belakang petarung tersebut dan memukul bagian belakang leher petarung tersebut dengan gagang pedangnya.

Sementara itu, Minami berusaha menghidari sayatan-sayatan katana para petarung lain.

Begitu berhasil menghindar, dia dengan cepat menjegal kaki mereka dan begitu para petarung itu terjatuh, Minami langsung menginjak muka mereka dan membuat para petarung itu pingsan.

Pada akhirnya Minami dan Azuki tiba berhasil melumpuhkan para petarung tersebut dan menuju ke lantai 19.

Di lantai 19, Minami dan Azuki berlindung di balik dinding dari tembakan MP5, Uzi dan P90 yang ditembakkan para petarung Perusahaan Asakura.

"Akan kuhabisi mereka dengan cepat!" kata Azuki seraya keluar dari persembunyiannya, menghilangkan pedang claymorenya menjadi cahaya dan tubuhnya mulai mengeluarkan bola-bola cahaya.

"Kamu akan mengeluarkan jurus itu lagi, ya?" Tanya Minami yang masih bersembunyi di balik dinding pada Azuki.

"Tentu saja" Jawab Azuki sambil mengangkat jari telunjuk kanannya ke udara. Bola-bola cahaya itu lalu berubah menjadi anak panah "LUMINOUS ARROW!".

Begitu Azuki meneriakkan nama jurusnya, anak panah yang banyak itu melesat ke arah para petarung Perusahaan Asakura dan membunuh sebagian dari mereka sementara sebagian lagi terluka parah.

"Jika kita mau menunggu kompi pertama di sini, berarti tempat ini harus kita amankan dari musuh" Kata Minami yang telah keluar dari persembunyiannya.

Minami lalu menyemburkan api dan membakar para petarung yang masih hidup.

Beberapa saat kemudian, tentara Gerakan Pemberontak telah tiba di lantai 18 namun mereka masih berjuang untuk menghabisi petarung Perusahaan Asakura.

"Terus tembak! dan jangan lupa waspada terhadap pintu-pintu itu! siapa tahu masih ada musuh di dalamnya!" Teriak komandan kompi pertama pada anak buahnya.

"Uah!" Teriak seorang petarung Perusahaan Asakura yang tertembak di dadanya yang pada akhirnya membuatnya tewas.

"Itu yang terakhir, pak!" Lapor seorang tentara Gerakan Pemberontak "Bagus, sekarang kita bisa pergi ke lantai 19".

Tentara-tentara tersebut mulai berlari "Tetap waspada! awasi semua pintu disini!" Perintah si komandan pada para anak buahnya.

Pada akhirnya kompi pertama berhasil bertemu dengan Minami dan Azuki di lantai 19 "Syukurlah kalian selamat" Kata si komandan pada Azuki.

"Ah! kerja bagus!" Jawab Azuki "Kalau boleh tahu apakah ada yang gugur di pihak kita?" Tanya Azuki pada si komandan.

"Ya, 10 orang kami tewas sementara 7 orang kami terluka dan sudah dievakuasi dari sini" jawab komandan itu.

"Baiklah, kalian sudah berkumpul, sekarang kalian bisa menyerang lantai atas" kata Kanako melalui handsfree pada Azuki dan komandan kompi pertama.

Maka dimulailah penyerangan habis-habisan Gerakan Pemberontak melawan Perusahaan Asakura ketika mereka tiba di lantai 20.

Tentara-tentara Gerakan Pemberontak berlindung dari tembakan menggunakan tembok cahaya buatan Azuki.

"Azuki, lebih baik kamu berlindung saja karena kamu lebih berguna dalam pertarungan jarak dekat. biarkan aku dan para tentara ini yang melawan para petarung itu" Kata Minami pada Azuki sambil melemparkan bola-bola api dari balik dinding pelindung Azuki.

"Tentu saja ,Minami" jawab Azuki "BLASTING BALL!" Teriak Minami sambil melemparkan bola-bola api ke dekat kaki para petarung Perusahaan Asakura.

Enam detik kemudian, bola-bola api tersebut meledak dengan dahsyat, membunuh semua petarung Perusahaan Asakura yang ada di sekitar situ "Kalau kita memang bertarung habis-habisan, aku juga tidak akan segan" Kata Minami.

Setelah membunuh semua petarung yang ada, tentara-tentara Gerakan Pemberontak beserta Minami dan Azuki segera pergi ke lantai 21.

"Bagaimana keadaan kompi kedua?" Tanya Azuki pada komandan kompi pertama.

"Menurut laporan yang saya terima, mereka masih memeriksa lantai 15" jawab si komandan.

"Mereka datang! Ayo bunuh mereka!" Teriak salah seorang petarung Perusahaan Asakura di lantai 21 yang melihat kedatangan Gerakan Pemberontak.

Dengan gesit Azuki membentuk tembok pelindung yang terbuat dari cahaya "Cepat berlindung dan balas tembakan mereka!" Perintah si komandan pada anak buahnya.

Baku tembak pun terjadi lagi.

Minami yang melempar bola-bola api melihat Azuki keluar dari persembunyiannya "Azuki! sudah kubilang untuk berlindung saja!" kata Minami pada Azuki "Kita sedang bertarung habis-habisan bukan, kalau begitu aku juga tidak akan segan pada mereka!".

Azuki lalu mengulurkan tangan kanannya "LASER BEAM!" begitu Azuki meneriakkan nama jurusnya, sinar laser keluar dari tangan kanannya.

Sinar laser tersebut mengenai lantai di dekat petarung Perusahaan Asakura dan langsung meledak dahsyat dan menewaskan para petarung itu.

Tentara Gerakan Pemberontak pun sampai dibuat takjub dengan ledakannya "Hebat…" Komentar Minami "Ayo ke lantai selanjutnya" Kata Azuki.

Maka dimulailah usaha tentara Gerakan Pemberontak bersama Minami dan Azuki menyusuri delapan lantai berikutnya yang seperti neraka.

Pada akhirnya, mereka sampai di lantai 29 "Ini lantai terakhir! Semuanya! Cepat habisi mereka!" Perintah si komandan.

Azuki dengan sigap membentuk tembok pelindung yang terbuat dari cahaya "Musuh di lantai ini lebih banyak dari lantai-lantai sebelumnya!" Kata Minami sambil melemparkan bola-bola api ke arah petarung Perusahaan Asakura.

"Benar! mereka tidak ada habisnya!" Komentar salah satu tentara Gerakan Pemberontak.

Beberapa menit kemudian, tentara Gerakan Pemberontak berhasil membunuh semua petarung Perusahaan Asakura di lantai itu "Baiklah, kita sudah membereskan semua musuh di lantai ini" Kata Minami "Benar, sekarang kita hanya harus menyerang lantai 30" Kata Azuki.

Azuki lalu berbicara pada si komandan "Kami berdua akan menyerang lantai terakhir, kalian berjaga di sini saja".

"Baiklah, berhati-hatilah kalian di sana" Komandan tersebut lalu memerintahkan anak buahnya membentuk formasi bertahan.

"Ayo Minami, kita akan ke lantai atas" Ajak Azuki pada Minami "Ya" jawab Minami.

Minami dan Azuki tiba didepan pintu masuk penthouse.

Azuki lalu memunculkan pedang claymorenya dari cahaya sementara mata Minami berubah warna menjadi merah dan di kedua pipinya terdapat tato bermotif api.

"Kamu siap?" Tanya Azuki pada Minami "Siap" Jawab Minami, mereka berdua lalu mendobrak pintu penthouse tersebut.

Di dalam penthouse itu, terdapat puluhan petarung Perusahaan Asakura yang bersenjatakan katana siap menyerang kedua gadis itu.

"Ini gawat" Kata Minami "Tapi lihat sisi baiknya, penthouse ini luas jadi aku bisa bertarung dengan leluasa" Kata Azuki.

"Bunuh mereka berdua!" kata salah seorang petarung dan secara bersamaan, puluhan petarung itu menyerbu Minami dan Azuki.

Dengan sigap Minami mengulurkan kedua tangannya, bersiap untuk menyemburkan api.

Namun Azuki berlari terlebih dulu menuju para petarung yang menyerbu mereka sambil membawa pedang claymorenya di tangan kanan.

"Minami, tunggu di sini sebentar" Kata Azuki sambil tersenyum pada Minami dan semakin mendekati para petarung tersebut.

Azuki lalu mengulurkan tangan kirinya sambil tetap membawa pedang claymore di tangan kanannya.

Kemudian cahaya muncul di tangan kirinya dan akhirnya memunculkan sebuah pedang claymore lain "Apa!? dua pedang?" Minami pun terkejut.

Azuki lalu memutar tubuhnya sambil menyayat para petarung Perusahan Asakura dengan kedua pedangnya seperti sebuah pisau blender.

Setelah Minami tersadar dari rasa takjubnya dia pun menyemburkan api dari kedua tangannya dan menghabisi beberapa petarung yang akan menyerang Azuki dari sisi kanan.

Azuki lalu menangkis serangan dari dua orang petarung di kiri dan kanannya menggunakan dua pedangnya, dengan segera dia membuka celah dan menusuk petarung di sisi kirinya dan menyayat petarung di sisi kanannya.

Minami pun tidak mau kalah, dia mengeluarkan api di kedua tangannya lalu membuat dua semburan api di udara.

Api itu pun kemudian memadat dan dapat dipegang oleh kedua tangan Minami "FLAME WHIP" Kata Minami meneriakkan nama jurusnya dan mulai mencambuk musuhnya hingga tewas terbakar.

"Kamu hebat Minami bisa membuat cambuk dari api" Puji Azuki sambil menyayat seorang petarung di depannya "Tidak sehebat kamu yang bisa menggunakan dua pedang" Minami merendahkan diri sambil mencambuk dua orang petarung di sisi kanan dan kirinya dan membuat kedua pria itu terbakar.

Minami dan Azuki bahu-membahu melawan para petarung Perusahaan Asakura mereka sampai akhirnya semua petarung Perusahaan Asakura yang menyerang mereka tewas.

Menyisakan Takahiro dan Masayuki yang berdiri di depan sebuah rak kayu yang menyimpan sebuah katana.

"Jadi anggota Gerakan Pemberontak yang telah merepotkan kita selama ini hanyalah dua orang gadis?" Kata Takahiro melihat Minami dan Azuki.

"Jangan remehkan mereka, mereka berhasil menaiki 30 lantai dan membunuh orang-orang kita" Kata Masayuki.

"Serahkan katana itu!" Teriak Minami pada Takahiro dan Masayuki sambil menghilangkan cambuk apinya.

"Tidak mau, bocah!" Jawab Takahiro "Kalau begitu kami akan membuat kalian menyerahkannya" Kata Azuki sambil menodongkan pedangnya ke arah mereka berdua.

"Coba saja kalau bisa" Jawab Masayuki sambil mengeluarkan pisau dengan gagang brass knuckles dan mengenakannya pada kedua tangannya yang membuat siaga Minami dan Azuki.

"Aku urus si rambut putih ini sementara kamu habisi yang berambut coklat" Kata Takahiro pada Masayuki sambil mengeluarkan katana miliknya dari sarungnya.

Tiba-tiba, Takahiro dan Masayuki mulai berpencar dan menyerang Minami dan Azuki secara terpisah.

Takahiro mulai menyayat kepala Azuki, namun Azuki dengan cepat menunduk untuk menghindari sayatannya.

Sementara Minami mencoba menghindar dari tusukan dan sayatan dari pisau brass knuckles milik Masayuki.

"Ayo! Ayo! Apa cuma begitu saja kemampuanmu?" Takahiro menyayat dengan membabi buta, Azuki tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menangkis serangannya "Meskipun hanya menggunakan sebuah katana tapi dia benar-benar kuat!" Pikir Azuki.

Sementara itu Minami masih berusaha menghindari serangan Masayuki sambil mencoba menyemburkan api namun tidak mengenainya.

"Walaupun kamu kuat, tapi kamu lemah terhadap serangan jarak dekat" Ejek Masayuki sambil terus menyerang Minami.

"Sial! Latihan pertarungan jarak dekatku masih kurang!" Pikir Minami sambil menghindar dan mencoba menyemburkan apinya.

Konsentrasi Minami pun berkurang, Masayuki menggunakan kesempatan ini untuk menyerang Minami "Dasar bodoh! Kamu membuka pertahananmu!".

Masayuki menusuk dada Minami dengan pisau kirinya "Uhuk!" Minami pun mengeluarkan darah dari mulutnya.

Namun Masayuki tidak berhenti sampai disitu, dia lalu meninju Minami menggunakan brass knuckles kanannya yang berduri. Tubuh Minami pun melayang dan menghantam dinding penthouse.

"Minami!" Teriak Azuki yang masih mencoba menangkis serangan Takahiro "Satu orang sudah mati, Mudah sekali" Kata Masayuki sambil berjalan ke arah Azuki.

"Tunggu! siapa bilang aku sudah mati?" Kata Minami dan membuat Masayuki terkejut "Mustahil! manusia biasa tidak bisa bertahan hidup setelah menerima serangan barusan!".

Minami dengan santai berjalan sambil mengeluarkan api dari tangan kanannya "Maaf ya, tapi aku ini bukan manusia" luka di dada Minami dan lubang bekas brass knuckles di pipi kanan Minami pun sembuh kembali dengan cepat.

"Sialan! beraninya kamu mempermainkanku!" Masayuki lalu berlari dan mencoba menyayat Minami.

Namun Minami dengan gesit menghindari serangannya dan menjaga jarak "Meskipun aku lemah terhadap serangan jarak dekat, tapi aku bisa mengatasinya dengan menjaga jarak darimu".

Masayuki yang mengamuk membuat konsentrasinya berkurang "Kamu membuka pertahananmu, lho" Tangan kanan Minami yang mengeluarkan api pun meninju Masayuki dan membuatnya terpental hingga mengenai bar.

"Baiklah! sekarang tinggal mengambil katana itu!" Minami pun berlari menuju rak kayu tempat katana itu disimpan.

"Tidak akan kubiarkan!" Takahiro kemudian berlari mencegat Minami.

"Hei! jangan palingkan perhatianmu dari musuh" Kata Azuki yang dengan gesit menyayat punggung Takahiro dengan kedua pedangnya "Apa?" Takahiro pun terkejut dan akhirnya jatuh tidak sadarkan diri.

"Kita berhasil membereskan kedua orang itu" Kata Minami "Ya, sekarang kamu ambil katana itu dan cobalah membukanya" Kata Azuki.

Minami pun mengambil katana itu dari raknya dan mencoba membuka katana tersebut dari sarungnya.

"Hm? tidak terjadi apa-apa" Minami kebingungan "Itu berarti katana ini memilihmu untuk menjadi penggunanya" Kata Azuki.

"Wah! begitu, ya! Berarti aku kuat, ya!" Minami pun bersemangat.

"Akan kunamai katana ini Akai Sora" Kata Minami memberi nama pedangnya.

"Langit merah, ya, nama yang bagus" Kata Azuki.

"Ayo kita pergi dari sini sebelum mereka berdua sadar kembali" lanjutnya.

Minami dan Azuki pun menuruni penthouse dan bertemu kembali dengan kompi pertama dan kompi kedua di lantai 29.

"Bagaimana?" Tanya komandan kompi pertama "Misi selesai, ayo kita pergi dari sini" Kata Minami sambil menunjukkan Akai Sora "Baiklah. Kalian semua! mundur!" Perintah si komandan pada anak buahnya.

Kemudian di Ruang Komando bawah tanah, Minami dan Azuki melapor pada Ritsuko "…dan begitulah yang terjadi, Ritsuko-san" Kata Azuki "Begitu, hebat juga Minami bisa membuat katana itu memilihnya".

"Sekarang aku ingin agar Minami selalu membawa katana itu setiap saat, bahkan ketika dia bersekolah" Perintah Ritsuko "Tunggu, nanti aku bisa ditahan karena membawa senjata tajam" Komplain Minami.

Ritsuko lalu mengambil smartphone dari sakunya dan mulai menelepon seseorang.

Setelah menutup panggilannya Ritsuko menyerahkan amplop berwarna coklat pada Minami dan Azuki "Ini upah kalian. Aku minta maaf sudah menaruh kalian di garis depan. ini terjadi karena orang yang memiliki kekuatan luar biasa di sini hanya kalian berdua".

Minami dan Azuki kemudian menerima amplop itu. Minami kemudian membuka amplop itu "E-enam ratus ribu yen!?" Minami berteriak terkejut "Banyak sekali!".

"Tentu saja, bayaran misi ini sesuai dengan tingkat kesulitannya" Kata Ritsuko.

Kemudian seorang wanita tiba di Ruang Komando, wanita itu memakai celana panjang berwarna coklat dan mengenakan sebuah jas laboratorium berwarna putih.

Wanita itu berambut oranye sepanjang pundak dan bermata ungu "Siapa dia?" Tanya Minami "Namanya adalah Nishimura Mayumi, dia adalah seorang teknisi, ahli mesin dan penemu" Kata Ritsuko memperkenalkan wanita itu.

"Penemu?" Tanya Minami "Ya, aku adalah seorang penemu. sebagian besar peralatan milik Gerakan Pemberontak adalah hasil penemuanku" Kata Mayumi membanggakan dirinya.

"Jadi, ada perlu apa memanggilku, komandan?" Tanya Mayumi pada Ritsuko "Aku ingin kau membuat katana ini menjadi bisa dibawa Minami kemana saja, tanpa membuat dia takut ditangkap atau merasa canggung" Kata Ritsuko.

"Begitu, ini akan sedikit sulit, tapi akan kuusahakan" Jawab Mayumi.

"Ini, tolong urus Akai Sora" Kata Minami sambil menyerahkan Akai Sora pada Mayumi "Hati-hati Mayumi-san, Akai Sora hanya dapat digunakan oleh orang yang dipilih oleh Akai Sora saja" Minami memperingatkan Mayumi.

"Begitu, ya, jadi aku tidak bisa mengutak-atik katana ini. Tapi mungkin aku bisa membuat sebuah sarung pedang baru untuk katana ini" Mayumi pun berpikir "Akan kuteliti dulu di laboratoriumku, sampai nanti~" Mayumi lalu pergi meninggalkan Ruang Komando.

"Setelah Mayumi selesai dengan katana itu akan kuajari kamu cara bertarung menggunakan pedang, Minami. karena kamu tidak tahu atau mungkin tidak ingat cara memakainya" Kata Azuki sambil menekankan kalimat 'tidak ingat' pada Minami.

"Tentu saja. Mohon bantuannya, Azuki" Kata Minami "Mungkin aku harus belanja beberapa bahan untuk makan malam" Lanjut Minami.

"Makan malam, ya kebetulan aku belum makan" Kata Ritsuko "Boleh aku ikut makan di tempatmu?" Tanya Azuki "Aku juga ikut!" Kata Kanako "Ya ampun" Kata Minami sambil memegang keningnya.

Sementara itu di penthouse Gedung Tanaka, Takahiro telah tersadar dan menyadari bahwa katana yang disimpan di rak kayu tersebut telah hilang "Sialan! Tidak akan kubiarkan mereka berdua hidup!" Kata Takahiro.

"Wah! Wah! Kamu semangat sekali" Sebuah suara terdengar dari belakang Takahiro.

Takahiro yang terkejut menoleh ke belakang dan melihat seorang gadis berambut putih sepundak sedang berdiri di dekat bar.

"Eksekutor! Mau apa kau disini!?" Tanya Takahiro pada gadis itu "Sudah jelas, bukan? Aku akan membunuhmu karena kamu gagal menjalankan misi".

Tiba-tiba sebuah tangan yang terbuat dari bayangan melempar tubuh Masayuki yang telah tewas bersimbah darah ke dekat Takahiro.

"Aku sudah membunuh pacarmu tadi" Mata biru gadis itu melihat wajah Takahiro yang terkejut bercampur sedih dan marah "Sialan!" Takahiro lalu berlari dan menyerang gadis itu.

Tiba-tiba Takahiro berhenti bergerak seperti telah tertahan sesuatu "Apa ini?" Takahiro melihat kakinya yang telah diikat oleh semacam tangan yang terbuat dari bayangan.

"Lemah sekali" Kata gadis itu.

Tiba-tiba Takahiro tewas tertusuk empat buah pedang yang datang entah dari mana.

Begitu mayat Takahiro tergeletak di samping mayat Masayuki, Gadis itu pun pergi meninggalkan Gedung Tanaka.

Sementara itu di Kantor Pusat Perusahaan Asakura, si CEO dikagetkan dengan berita kehilangan katana tersebut.

"Dasar Pemberontak sialan!" Teriak si CEO.

"Aku harus menyingkirkan si phoenix itu" Kata CEO itu berkata pada diri sendiri "Mizuki! ambilkan ponselku!" Perintah sang CEO yang dengan segera dilaksanakan oleh si sekretaris.

Di sebuah hotel, seorang gadis berambut pendek berwarna biru sedang duduk di sofa hotel itu "Aku bosan" Kata gadis itu sambil memainkan rok seragam serafuku berwarna birunya.

Tiba-tiba dia mendengar nada dering ponselnya.

Gadis itu pun langsung mengangkatnya "Halo? Tawaran pekerjaan? Baiklah" Gadis itu lalu berdiri dari sofa.

Dia lalu mengambil sebuah L85A2 di sampingnya dan mengalungkannya di punggungnya. Meninggalkan mayat-mayat yang tergeletak di sekitar sofa itu.

bersambung