"Dia benar-benar tertembak" Kata Sakura "Manusia biasa seharusnya tidak akan bisa hidup setelah tertembak di kepalanya, mungkin aku harus memastikannya lagi". Sakura lalu kembali mengamati Minami menggunakan scope senapannya.
"Apa!?" Sakura pun terkejut ketika melihat Minami melalui scopenya.
Sementara itu, di dekat stasiun, Minami masih tidak bergerak karena tertembak tepat di kepalanya. "Ugh" kata Minami yang kelihatannya masih hidup mengerang kesakitan.
Peluru pun keluar dari kepalanya dan lubang bekas tembakan di kepalanya pun sembuh kembali. "Apa ini? peluru?" Minami terduduk lalu mengambil sebuah peluru yang tadinya sudah bersarang di kepalanya.
"Sepertinya ada orang yang ingin membunuhku. aku harus pergi dari sini sebelum dia datang lagi" Minami kemudian berdiri dan lari meninggalkan stasiun tersebut.
"Mustahil! dia masih hidup walaupun sudah kutembak kepalanya! dan juga luka tembakannya juga sembuh kembali" Kata Sakura masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Benar juga kata si CEO itu, dia adalah targetku yang paling sulit". "Akan kucoba membunuhnya lain kali" Sakura pun membereskan barang-barangnya dan meninggalkan tempat itu.
Malam harinya, Minami baru tiba di apartemennya dan mulai menuju markas bawah tanah. Ketika sedang berlari di lorong, Minami pun berpapasan dengan Azuki "Oh Minami, Kamu datangnya larut seka-" namun Minami memotong perkataan Azuki dan memegang kedua pundak Azuki "Maaf, Azuki tapi aku harus membicarakan sesuatu dengan Ritsuko-san".
Azuki menunjukkan raut muka kebingungan "Apa kamu tahu dimana dia sekarang?" Tanya Minami "Dia ada di ruang komando seperti biasanya" Jawab Azuki.
"Begitu, terima kasih, Azuki" Minami lalu segera berlari menuju ruang komando "Tunggu Minami, apa yang telah terjadi?" Azuki juga mulai berlari untuk mengejar Minami.
Di ruang komando, terlihat Ritsuko sedang mendiskusikan sesuatu dengan salah satu bawahannya "Jangan lupa untuk melatih para rekrutan baru" Kata Ritsuko "Baik, Bu" Jawab seorang pria yang sedang berdiskusi dengan Ritsuko.
Bersamaan dengan itu, Minami tiba di ruang komando "Ritsuko-san! rupanya kau disini" Kata Minami sambil berjalan menuju kursi Ritsuko.
"Ada apa, Minami?" Tanya Ritsuko ketika Azuki juga baru tiba di ruang komando "Ada seseorang yang berusaha membunuhku" Kata Minami "Apa?" Kata Azuki terkejut.
"Lalu? apa masalahnya? Kamu kan abadi jadi pasti setelah mati kamu bisa dilahirkan lagi" Ritsuko menanggapi perkataan Minami dengan enteng.
"Menurut Mio-san, sebagian besar kekuatanku masih tersegel. jadi kalau aku terbunuh aku tidak akan bisa dilahirkan kembali layaknya phoenix" Minami memberi penjelasan panjang lebar.
"Begitu, masalah ini jadi serius sekarang" Kata Ritsuko "Apa kamu punya petunjuk tentang pembunuhmu?" Tanya Ritsuko pada Minami.
"Aku hanya punya ini" Minami mengeluarkan sebuah peluru dari kantongnya "Aku menemukan peluru ini di dekat kepalaku ketika aku tertembak".
Ritsuko lalu mengambil peluru yang diberikan Minami "Apa kamu melihat wajah pembunuhmu?" Ritsuko bertanya lagi.
"Tidak, hal itu terjadi dengan cepat" Kata Minami.
Ritsuko lalu mengamati peluru yang diberikan Minami "Ini adalah peluru senapan jarak jauh, pembunuhnya pasti menembakmu dari jarak lebih dari 300 meter" Ritsuko memberi hipotesis.
Ritsuko kemudian berdiri dari kursinya "Akan kuperiksa peluru ini untuk mencari tahu pembunuhnya, dan untuk sementara, Jika kamu ingin pergi keluar, kamu harus pergi bersama Azuki" "Baik! Ritsuko-san!" Kata Minami.
Ritsuko lalu keluar dari ruang komando "Sulit dipercaya ada orang yang berusaha membunuhmu, Minami" Kata Azuki "Ya, aku juga tidak percaya. Mungkin pembunuh itu disewa oleh Perusahaan Asakura" jawab Minami.
Beberapa hari berikutnya, setiap kali Minami pergi, disitu pasti ada Azuki yang setia berada di dekatnya yang akhirnya membuat Sakura menjadi kerepotan.
"Gadis berambut putih itu selalu pergi kemana pun targetku pergi, kalau begini aku tidak bisa menembak targetku dengan tepat" Kata Sakura yang sedang mengamati Minami dan Azuki yang pulang dari sekolah bersama-sama melalui teropong dari kejauhan.
Sakura mengenakan rok pendek berwarna putih dan kemeja berwarna aqua dan dilengkapi dengan rompi anti peluru.
"Satu-satunya kesempatanku untuk membunuhnya adalah ketika jeda beberapa detik ketika gadis berambut putih itu mengalihkan perhatiannya dari targetku".
Minami dan Azuki pun melewati sebuah minimarket "Kebetulan sekali kita ada di sini, apa kamu mau sedikit jajan?" Tanya Azuki pada Minami "Ya, tiba-tiba aku jadi ingin makan coklat" Jawab Minami.
"Mereka berhenti di depan minimarket, dan gadis berambut putih itu sepertinya akan meninggalkan targetku sendirian" Kata Sakura yang sedang mengamati Minami dan Azuki melalui teropong dari gang terdekat.
Sakura kemudian bergegas mengambil sebuah RG-6 Grenade Launcher dari tas senjatanya "Cara yang efektif untuk membunuh seseorang adalah meledakkannya hingga berkeping-keping".
Sakura lalu memasukkan beberapa granat ke dalam grenade launcher tersebut dan bergegas mendekati minimarket tersebut.
Sementara itu di depan minimarket, terlihat Minami dan Azuki masih mengobrol "Aku saja yang masuk" Kata Azuki.
"Tapi bagaimana kalau pembunuh itu datang dan berusaha membunuhku ketika kamu masih di dalam sana?" Minami jadi khawatir.
"Tidak apa-apa, dia tidak akan menyerangmu di tempat terbuka seperti ini. dan lagi aku bisa mengawasimu dari dalam minimarket itu" Kata Azuki menenangkan Minami.
"Baiklah, akan kutunggu di sini" Kata Minami.
"Itu dia! sekarang dia sedang sendirian!" Sakura lalu memasang masker hitam di mulutnya dan memakai topi bermotif camo dan kemudian berlari menuju tempat Minami berada.
Minami yang menunggu di depan minimarket tidak menyadari kehadiran Sakura.
Dengan gesit Sakura muncul dari samping minimarket. Minami dan Sakura saling menatap mata satu sama lain.
Kemudian Sakura mulai menembak grenade launchernya pada Minami.
"Apa?" Minami pun terkejut dan tidak sempat kabur.
Granat-granat itu pun jatuh ke tanah di dekat Minami dan mulai meledak.
DUAR
Ledakan granat-granat itu sangat kuat sampai-sampai gelombang kejutnya memecahkan kaca minimarket tempat Azuki berada.
Azuki terkejut ketika terjadi ledakan di depan minimarket.
Dia lalu bergegas keluar minimarket untuk melihat keadaan Minami.
"Sulit dipercaya pembunuh itu akan menyerang di tempat terbuka seperti ini" Azuki mencari-cari Minami, namun tidak dapat menemukannya karena di tempat itu tertutup asap.
"Uhuk! uhuk! Azuki! aku disini!" Minami yang masih hidup memanggil Azuki namun seragam sekolahnya menjadi compang-camping.
"Syukurlah kau selamat! kita harus segera pergi dari sini!" Azuki lalu membawa Minami pergi dari tempat itu.
"Mustahil! Dia masih hidup!" Kata Sakura yang kembali mengawasi tempat itu dengan teropong.
"Akan kubunuh gadis itu suatu saat nanti" Sakura lalu pergi meninggalkan tempat pengawasannya.
Sesampainya di apartemen, Minami dan Azuki langsung melapor pada Ritsuko "Pembunuh itu mencoba membunuh Minami lagi! aku hanya melepaskan pengawasanku dari Minami sebentar dan pembunuh itu mulai menyerang Minami" Kata Azuki pada Ritsuko.
"Tapi aku melihat pembunuhnya! walaupun dia mengenakan masker dan topi, tapi aku tahu kalau dia adalah seorang perempuan yang memiliki mata serta rambut berwarna biru" Kata Minami.
"Itu sangat membantu, Minami" Kata Ritsuko "Sekarang aku tinggal mencari pembunuh bayaran yang ciri-cirinya sama dengan apa yang dikatakan Minami" Lanjut Ritsuko.
"Azuki, kamu harus lebih siaga lagi lain kali" Perintah Ritsuko pada Azuki.
Beberapa hari kemudian, Azuki masih tetap berada di samping Minami kemanapun Minami pergi.
"Gadis itu masih tetap berada di dekat targetku" Kata Sakura yang mengamati Minami dan Azuki yang sedang pulang sekolah dari kejauhan melalui teropong.
"Tapi aku sudah mempersiapkan jebakan untuk membunuh targetku kali ini" Sakura lalu mengeluarkan sebuah detonator dan berpindah tempat persembunyian lainnya.
Minami dan Azuki lalu mendekati sebuah gang "Itu dia! tong sampah di gang itu sudah kuberi bom" Kata Sakura masih tetap mengawasi Minami dan Azuki.
Begitu Minami dan Azuki melewati gang tersebut, Sakura dengan segera menekan tombol detonator bom yang dia bawa.
DUAR
Tong sampah yang berada di dekat Minami pun meledak dan ledakannya juga mengenai Azuki yang ada di samping Minami hingga dia terpental beberapa meter.
Namun Minami selamat walaupun seragamnya rusak. Minami pun segera membantu Azuki berdiri "Pembunuh itu mulai membuatku kesal" kata Minami.
Di ruang komando, Ritsuko akhirnya memberi informasi tentang Sakura tersebut melalui komputer bersama dengan Kanako.
Kanako lalu menunjukkan profil tentang Sakura pada Minami dan Azuki "Namanya Ikeda Sakura, dan umurnya masih 14 tahun namun dia adalah pembunuh bayaran yang sangat terlatih, dia tidak akan menyerah sebelum targetnya terbunuh" Kata Ritsuko.
"Lihat daftar orang yang dibunuhnya, mereka semua adalah orang-orang penting dan berpengaruh" lanjut Ritsuko.
"Kalau saja kita lebih cepat dari Perusahaan Asakura, Anak ini pasti sudah kita rekrut terlebih dahulu" Komentar Kanako.
"Itu benar, sayang sekali" Ritsuko lalu kembali ke meja kerjanya sementara Azuki telah mendapati Minami sudah tidak ada di ruang komando.
Beberapa saat kemudian, di lobi apartemen, Azuki mendapati Minami yang datang dari sebuah lift sambil mengenakan rok pendek berwarna hitam, sebuah t-shirt berwarna pink, sebuah jaket hoodie berwarna merah dan Akai Sora yang terpasang di punggungnya.
"Kamu mau kemana, Minami?" Tanya Azuki. "Aku ingin membuat perhitungan dengan Sakura" Jawab Minami sambil pergi melewati Azuki.
"Jangan lakukan itu Minami! hal itu sama saja seperti menyerahkan dirimu untuk dibunuh olehnya!" Azuki menggenggam lengan Minami dan mencegahnya pergi.
"Maafkan aku, Azuki tapi aku juga tidak mau kamu terluka gara-gara melindungiku dari Sakura" Minami lalu melepaskan genggaman Azuki dari lengannya dan segera meninggalkan apartemen.
"Minami! Jangan pergi!" Teriak Azuki namun Minami tidak menanggapi teriakan Azuki dan akhirnya menghilang di kegelapan malam. "Aku harus memberi tahu hal ini pada Ritsuko-san!" Azuki lalu pergi menuju lift.
Minami tiba di sebuah gudang yang terbengkalai sambil dibuntuti oleh Sakura dari kejauhan. Begitu tiba, Minami langsung berteriak "Sakura! Keluar kau! aku tahu kamu ada di dekat sini!".
Sakura yang mendengar namanya dipanggil menjadi terkejut "Aku ingin menantangmu bertarung satu lawan satu dengan jujur dan adil disini! di tempat ini!" Teriak Minami.
"Ini akan menguntungkan kita berdua, bukan!? Kamu bisa lebih cepat membunuhku dan aku bisa menyingkirkanmu yang telah mencoba membunuhku berkali-kali" Minami terus berteriak, berusaha untuk mendapatkan perhatian Sakura.
"Berani juga gadis itu" Komentar Sakura, dia lalu meninggalkan tempat persembunyiannya.
"Aku disini" Sakura menampakkan dirinya di depan pintu masuk gudang, dia mengenakan rok pendek berwarna biru dan kemeja berwarna putih dilengkapi dengan sabuk perlengkapan dan juga sebuah rompi anti peluru.
"Akhirnya kau datang juga" Minami lalu menekan gagang Akai Sora dan menampakkan katana yang ada di punggungnya.
"Sebelum kita mulai bertarung, aku ingin bertanya sesuatu" Sakura pun berjalan memasuki gudang itu. "Apa yang kau mau tanyakan?".
"Aku ingin tahu kenapa kamu bisa selamat dari semua percobaan pembunuhanku siapa kau? atau mungkin lebih tepatnya makhluk apa kamu ini?" Tanya Sakura pada Minami.
"Baiklah, akan kuberi tahu" Jawab Minami, warna matanya berubah menjadi berwarna merah dan tato bermotif api muncul di kedua pipinya.
"Aku adalah perwujudan dari seekor phoenix" Kata Minami, tangan kanannya kemudian mulai mengeluarkan api.
"Karena sebagian besar kekuatan dan semua ingatanku masih disegel oleh Perusahaan Asakura, kekuatanku hanya terbatas mengendalikan api dan menyembuhkan luka-lukaku saja. Aku tidak bisa dilahirkan kembali setelah mati seperti dalam legenda".
"Itu menjelaskan semuanya, terima kasih" Sakura kemudian mulai melepaskan sarung tangan tak berjarinya.
Sakura kemudian melempar pistol glock yang dia sembunyikan di balik kemejanya ke depan Minami. Sakura juga melepaskan sabuk peralatannya dan melemparnya ke depan Minami.
Begitu sabuk peralatannya terjatuh, sejumlah granat, magasin pistol dan flashbang tercecer keluar dari tas-tas yang ada di sabuk itu "Banyak sekali" Kata Minami dalam hati.
"Sesuai katamu, aku akan bertarung dengan jujur dan adil" Sakura kemudian melepaskan rompi anti pelurunya dan kemudian melemparnya ke depan.
Minami kemudian menarik keluar Akai Sora dari sarungnya dan memasang kuda-kuda bertarung "Aku terkesan, rupanya kamu bisa menggunakan katana" Kata Sakura.
"Namun tidak peduli senjata apa yang dipegang seseorang, jika dia tidak bisa menggunakannya maka senjata itu akan menjadi tak berguna" Sakura kemudian mengeluarkan dua buah pisau bertarung dari tas kecil yang ada di kaki kanan dan kirinya.
"Aku akan melawanmu dengan pisau ini" Sakura juga memasang posisi bertarungnya. Akhirnya Minami dan Sakura mulai berlari ke arah lawan mereka dan mulai menyerang satu sama lain.
Sementara itu di Ruang Komando, Azuki sedang meminta pertolongan Ritsuko yang sedang berada di meja kerjanya "Kumohon Ritsuko-san! kalau dibiarkan Minami bisa terbunuh!" Kata Azuki pada Ritsuko.
Ritsuko pun menghela nafas "haaah, aku memang tidak bisa menolak permintaan darimu, Azuki" dia lalu mengelus pipi kanan Azuki dan mulai berdiri.
"Ada beberapa hal yang harus kusiapkan, Kamu tunggu di mobilku saja" Kata Ritsuko sambil meninggalkan Ruang Komando.
Sementara itu di gudang yang tak terpakai, terlihat Sakura dan Minami sedang bertarung dengan sengit.
Minami mencoba menyayat leher Sakura, namun Sakura dengan cepat menunduk dan mencoba menusuk perut Minami dengan pisau di tangan kanannya.
Minami pun menanggapinya dan menangkis pisau tersebut dengan Akai Sora. Sakura kemudian bersalto menjauh dari Minami. Minami berlari menuju Sakura dan mencoba menyayat kening Sakura tapi Sakura menangkis Akai Sora dengan kedua pisaunya.
Sakura membuka celah dan mencoba menusuk leher Minami dengan pisau di tangan kirinya, namun Minami menangkisnya dengan Akai Sora. Mereka berdua masih mencoba untuk membunuh satu sama lain.
"Cukup sampai disitu, kalian berdua!" Teriak Ritsuko yang tiba-tiba mengganggu pertarungan Minami dan Sakura.
Azuki pun segera menghampiri Minami "Minami! Syukurlah kamu baik-baik saja" kata Azuki. Ritsuko pun berjalan mendekati Sakura sambil membawa sebuah koper.
"Ikeda Sakura, aku sudah mendengar reputasimu" Kata Ritsuko "Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Sakura pada Ritsuko.
"Aku ingin merekrutmu untuk bergabung dengan Gerakan Pemberontak, dengan bayaran sebesar 70 juta yen di muka" Ritsuko pun membuka koper yang dibawanya dan menunjukkan uang jutaan yen pada Sakura "Dan juga apabila kamu berhasil menjalankan misi, kamu juga akan dibayar".
"Ritsuko-san mungkin percuma mengajaknya bergabung dengan Gerakan Pemberontak" Kata Azuki "Azuki benar, dia kan sudah disewa oleh Perusahaan Asakura" Kata Minami pada Ritsuko.
"Baiklah, aku akan bergabung" Jawab Sakura.
"HAH!?" Teriak Minami dan Azuki tak percaya "Kenapa kamu mengkhianati Perusahaan Asakura semudah itu?" Tanya Minami pada Sakura.
Dengan enteng Sakura menjawab "Aku ini pembunuh bayaran, aku hanya bekerja pada penawar tertinggi" Sakura lalu menerima koper yang dibawa Ritsuko.
"Aku juga sudah tidak punya keinginan untuk membunuhmu lagi, Minami-senpai" Tambahnya, sambil memanggil Minami dengan honorifik senpai.
"Baiklah, Mulai besok kamu harus tinggal di apartemenku. ini alamatnya" Kata Ritsuko sambil memberi Sakura secarik kertas. "Sekarang ayo pulang Minami, ada banyak hal yang harus kita bicarakan" Kata Ritsuko yang membuat Minami bergidik ngeri.
Beberapa saat kemudian di Kantor Pusat Perusahaan Asakura, sang CEO menerima telepon dari Sakura "Jadi kau ingin mengundurkan diri dari misi pembunuhanmu?" Tanya sang CEO.
"Ya, aku benar-benar tidak bisa membunuh orang itu, dan juga aku sudah menerima tawaran pekerjaan dengan bayaran yang lebih tinggi" Kata Sakura melalui handphone lipatnya di suatu gang gelap.
"Jangan khawatir, aku akan mengembalikan uangmu" Kata Sakura dan sebelum sang CEO Perusahaan Asakura mengatakan sesuatu, Sakura menutup panggilannya.
Sakura kemudian menginjak handphone lipatnya sampai rusak "Aku tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan Gerakan Pemberontak, mereka bisa saja melacak nomor handphoneku".
Sakura lalu meninggalkan tempat itu. Sementara itu di Kantor Pusat Perusahaan Asakura, sang CEO mulai menelepon seseorang. "Ini aku, Sanada, cepat siapkan Senjata Manusia itu!" Perintah sang CEO.
bersambung